Narsun (45) menghela napas panjang. Bising deru mesin kendaraan yang padati Jalan Pantura Indramayu seperti hilang, digantikan sambutan sepoi-sepoi angin yang datang dari persawahan.
Warga Purwokerto tersebut bersiap istirahat dari lelahnya perjalanan mudik sedari Tangerang. Ia memarkirkan sepeda motor matic-nya di tepi bahu jalan. Sementara, istrinya sibuk menggelar jas hujan yang kemudian ia gunakan untuk beristirahat.
Narsun merupakan satu dari sekian juta perantau yang hendak mudik ke kampung halaman. Sejak pukul 04.00 WIB subuh, Narsun bersama istri dan anaknya berangkat dari Tangerang menuju Purwokerto.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ringan, Narsun menarik gas motornya. Ia menikmati ramainya jalur Pantura bersama pemudik lainnya. Di sepanjang perjalanan Narsun tak pernah bosan untuk beristirahat. Hanya sekedar melepas lelah, ia mampir di masjid hingga warung yang ada di pinggir Jalan Pantura.
Tak terasa hari semakin siang, teriknya matahari cukup hangat dirasakan Narsun dan keluarganya. Setelah 5 jam perjalanan, Narsun pun memilih bahu jalan Pantura Desa Legok, Kecamatan Lohbener, Kabupaten Indramayu.
"Cari yang adem aja soalnya tadi panas banget cuacanya. Udah gitu agak macet juga jadi istirahat dulu kan di situ macet tuh," ujar Narsun ditemui detikJabar, Sabtu (29/3/2025).
Selain rindangnya di bawah deretan pohon mahoni hingga pohon trembesi. Nuansa hijau persawahan di 'kota mangga' cukup menyegarkan mata Narsun agar bisa kembali memacu kuda besinya.
Perjalanan mudik dengan sepeda motor belum terbiasa dilakukan Narsun. Sebab biasanya, ia selalu mudik dengan menggunakan bus.
"Ya ngadem aja. Mudik tiap tahun tapi pakai motor itu baru 3 tahun," ujarnya.
Tidak butuh waktu lama bagi Narsun untuk melemaskan otot dan menghilangkan rasa kantuk. Ia pun lantas berkemas dan bersiap kembali menyisir tipis Jalur Pantura menuju Purwokerto.
"Iya ini mau berangkat lagi, perjalanan santai aja, paling nanti jam 5an sore sampai di Purwokerto," ungkapnya seraya menyalakan mesin sepeda motornya.
Trititit, bunyi peluit sontak membuat Narsun paham. Pria yang memakai rompi hijau dengan senter parkir di tangannya pun menghampiri Narsun yang hendak kembali ke jalan.
Febriansyah (28) warga Desa Legok yang mendadak jadi juru parkir di bahu Jalan Pantura Indramayu pun terlihat sibuk. Mondar mandir di tepian jalan mengatur kendaraan yang melintas agar tidak timbul kecelakaan.
Aktivitas ini dilakoni Febriansyah setelah minim job dekorasi hajatan. Ia mengaku baru tiga tahun belakangan beralih profesi sementara jadi tukang parkir dadakan spesialis arus mudik.
"Sehari-sehari sih dekorasi hajatan, kalau bulan puasa kan sepi hajatan," ujar Febri.
Dalam sehari, Febri bisa mendapatkan jasa parkir sekitar Rp200 sampai Rp400 ribu. Penghasilan itu menjadi berkah tersendiri bagi Febri untuk persiapan hari Lebaran.
"Ya lumayan buat Lebaran," ungkapnya singkat.
Namun yang terpenting bagi warga Desa Legok itu, potensi kecelakaan di tengah ramainya jalanan membuat Febri terpanggil hingga menjadi tukang parkir dadakan.
"Mengurangi resiko kecelakaan agar nggak serempetan karena padat kendaraan. Tapi nggak harus bayar sih, seikhlasnya aja," katanya.
(dir/dir)