Tak Ada Kata Terlambat bagi Karci Belajar Mengaji

Kabupaten Indramayu

Tak Ada Kata Terlambat bagi Karci Belajar Mengaji

Sudedi Rasmadi - detikJabar
Rabu, 12 Mar 2025 09:00 WIB
Potret Mak Karci yang gigih belajar iqro
Potret Mak Karci yang gigih belajar iqro (Foto: Sudedi Rasmadi/detikJabar)
Indramayu -

Peribahasa belajar ketika dewasa bagai mengukir di atas air dirasakan Karci. Di bulan suci Ramadhan saat ini pun menjadi momen bagi Nenek berusia 85 tahun itu untuk tetap belajar mengenal huruf Hijaiyah.

Penglihatannya yang mulai buram, tidak menghalangi Karci untuk mengikuti tuntutan pengajarnya. Dengan nafas tersengal, Karci terus mengeja setiap huruf Hijaiyah yang tertulis di Iqro.

Karci merupakan satu dari 50 emak-emak lansia yang ada di Desa Tegal Lurung, Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu. Di momen bulan puasa saat ini, Karci turut menjadi peserta pesantren Ramadhan Lansia yang digelar oleh Relawan Rumah Zakat Indramayu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bagi Karci, jadi santri Ramadhan Lansia diikutinya sejak 4 tahun belakangan. Namun, setiap momen itu, Karci mengaku masih belajar mengenal huruf Hijaiyah.

Kegiatan ini ia lakoni untuk mengisi aktivitas kesehariannya di rumah. Dari mencuci dan sebagainya, di sela waktu itu pun Karci manfaatkan untuk belajar.

ADVERTISEMENT

"Jadi kalau beberes rumah sudah selesai terus tidur. Kalau sudah jam 10 jadwalnya ke sini ya ke sini belajar ngaji. Kalau nggak ada jadwal ya nggak ke sini, saya mah sudah tua nggak kemana-mana," ujar Karci kepada detikJabar, Selasa (11/3/2025).

Bukan tanpa sebab, Karci yang lahir sebelum kemerdekaan Indonesia itu mengaku tidak pernah mengenyam dunia pendidikan. Diceritakan Karci, masa kecilnya hanya diselimuti suasana mencekam dari penjajah.

Terlebih lanjut Karci, sewaktu kecil ia dibesarkan oleh neneknya. Sebabnya ibunya telah meninggal dunia. Sehingga, ia akui tak bisa membaca karena tidak pernah bersekolah.

"Emak itu budeng, nggak bisa baca nggak bisa apa-apa. Baru bisa tuh sekarang disuruh ngaji. Tahu semua zaman ada Jepang, Belanda sampai DI. Sulit boro-boro buat belajar, kemana-kemana aja, sawah lain-lain, apalagi kalau ada pesawat ya langsung tiarap aja," ujar ibu empat orang anak itu.

Sulit menghafal setiap huruf Hijaiyah memang diakui Karci. Bahkan setelah belajar 4 tahun ini, Karci terang-terangan baru mengenal dua huruf pertama yaitu Alif dan Ba.

Namun bagi Karci, semangat dan pantang mengeluh jadi salah satu pedoman yang terus ia lakukan. Sebab, menurutnya, berkeluh-kesah hanya akan menjadi sumber penyakit.

"Berapa huruf ya cuma A, Be, Te aja," ucap Karci sambil tersenyum.

"Semangat ibu mah meskipun nggak bisa juga nggak pernah ngeluh. Hidup kalau mengeluh cepat sakit," sambungnya.

Berkat kegigihannya dalam hidup, Karci mengaku bersyukur telah memiliki keturunan yang bisa mengenyam pendidikan lebih baik. Bahkan, beberapa anak dan cucunya sudah sukses.

Tak hanya nenek Karci, Pesantren Ramadhan Lansia yang diinisiasi oleh Relawan Rumah Zakat ini sudah berjalan selama 4 tahun belakangan. Yaitu dilaksanakan selama 10 hari di pertengahan bulan puasa.

Pesantren Lansia di IndramayuPesantren Lansia di Indramayu Foto: Sudedi Rasmadi/detikJabar

Dalam kegiatan itu, peserta diberikan banyak pembelajaran dan bimbingan keagamaan. Bahkan, sejumlah pemateri dari tim kesehatan pun turut dihadirkan.

"Alhamdulillah kegiatan Pesantren Ramadhan Lansia tahun ini menginjak tahun keempat," ujar Relawan Rumah Zakat, Lastri Mulyani.

Diterangkan Lastri, dari total 50 lansia, kehadiran setiap harinya hanya sekitar 40 orang. Hal itu karena dimungkinkan adanya keperluan keluarga.

Sejauh ini, pesantren lansia tidak hanya seolah menjadi pengingat bagi ibu-ibu lansia. Melainkan, mereka (peserta) menunjukkan progres yang cukup setelah belajar Tilawatil Qur'an.

Kendatipun diakui Lastri tidak sedikit mereka yang istilah warga Indramayu barlen atau bubar kelalen (bubar lupa).

"Iya, banyak. Tadi kan dari semua peserta itu sekitar 40 persen yang udah lancar Qur'an dan 60 persennya masih iqro, masih belajar Alif, Ba, Ta, seperti itu. Ada yang udah lancar, ada yang iqro tapi ada juga yang benar-benar sama sekali tidak tahu huruf Alif," ujarnya.

"Memang kalau belajar di usia tua itu kan kayak istilahnya menulis di atas air. Nah, ya tapi kan dengan kehadirannya pun dapat pahala Insyaallah kan hadirnya dapat pahala, belajarnya dapat pahala, mengulang-ulangnya dapat pahala," pungkasnya.




(dir/dir)


Hide Ads