Setiap pergantian kepemimpinan, yang menjadi perhatian publik adalah arah kebijakan yang akan diambil oleh pemerintahan baru. Di Kabupaten Majalengka, salah satu isu yang sering menjadi sorotan adalah penamaan ruang-ruang publik seperti taman, gedung, hingga fasilitas umum.
Isu ini menjadi perhatian masyarakat karena nama-nama ruang publik biasanya berganti nama ketika pemimpin baru menjabat. Nama-nama ruang publik diubah sesuai dengan identitas pemimpin baru.
Namun, Bupati Majalengka terpilih Eman Suherman tidak akan mengikuti tradisi tersebut. Eman tidak berniat mengubah penamaan ruang publik sebagai ajang klaim kinerja pemerintahannya. Alih-alih mengubah nama ruang publik di Majalengka, Eman hanya berniat mengganti dengan nama-nama pahlawan atau tokoh bersejarah dari 'Kota Angin'.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya tidak ingin selama 5 tahun ke depan terjebak dalam kebiasaan mengklaim hasil kinerja untuk kepentingan pribadi atau politik. Saya hanya bekerja untuk masyarakat. Ketika ada hasilnya, tidak boleh ada klaim-klaim," kata Eman kepada detikJabar, Rabu (19/2/2025).
Eman menambahkan, dirinya tidak butuh validasi dari masyarakat. Dia bekerja untuk rakyat karena memang itu adalah kewajibannya sebagai bupati. Eman tidak ingin terjebak dalam politik simbolik, namun dia hanya ingin lebih mengedepankan kerja nyata untuk kemajuan Majalengka.
"Tidak enak rasanya jika pemerintahan ini dicap hanya ingin mendapat keuntungan pribadi atau popularitas. Lebih baik ruang publik diberi nama sesuai tokoh-tokoh yang berjasa bagi Majalengka," ujar dia.
Dengan demikian, Eman menginginkan nama-nama ruang publik seperti taman hingga jalan menggunakan nama-nama pahlawan lokal atau tokoh yang memiliki sejarah penting di Majalengka.
"Pakai nama-nama raja, tokoh hebat Majalengka, atau sejarah lokal. Tidak perlu ada penyebutan yang merujuk pada kinerja pemerintah atau pemimpin yang sedang menjabat," pungkasnya.
(dir/dir)