Nostalgia Masa Kecil Irjen Aan Saat Pulang Kampung ke Kuningan

Nostalgia Masa Kecil Irjen Aan Saat Pulang Kampung ke Kuningan

Mohamad Taufik - detikJabar
Selasa, 24 Sep 2024 23:00 WIB
Kakorlantas Irjen Aan Suhanan di Kuningan
Kakorlantas Irjen Aan Suhanan di Kuningan (Foto: Mohamad Taufik/detikJabar)
Kuningan -

Kakorlantas Irjen Aan Suhanan punya memori tersendiri untuk Kabupaten Kuningan. Sebagai pituin yang lahir dan besar di Kuningan, daerah berjuluk 'Kota Kuda' jadi saksi perjalanan hidup jenderal bintang dua.

Aan lahir dan besar di Desa Karamatwangi, Kecamatan Garawangi, Kabupaten Kuningan. Aan pun memilih tempat masa kecilnya untuk Peringatan Hari Lalu Lintas Bhayangkara ke-69 di Lapangan Karamatwangi.

Dalam kesempatan ini, Aan bercerita masa kecilnya dulu mulai dari yang menyenangkan hingga yang membuatnya berderai air mata.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Lapang bola ini menjadi saksi bisu saat saya kecil dulu bermain bola dan digembleng ayah saya berlatih lari untuk mengejar cita-cita menjadi polisi. Alhamdulillah, tahun 1985 saya berangkat tes Akpol dan setelah hampir 35 tahun saya menjadi aparat kepolisian dan sekarang mendapat amanah menjabat Kakorlantas Polri, saya akhirnya bisa pulang dan bertemu teman-teman masa kecil dan keluarga besar di Desa Karamatwangi," ungkap Aan.

Untuk mengejar cita-citanya menjadi Polisi, kata Aan, dia juga harus belajar berenang di Sungai Cisanggarung yang jaraknya sekitar 1 kilometer dari rumahnya. Tak hanya berenang, di sungai terbesar di Kabupaten Kuningan tersebut juga menjadi tempat Aan dan teman kecilnya mencari ikan dan udang dengan menggunakan pipiti atau wadah semacam boboko atau bakul dengan umpan keong yang ditumbuk.

ADVERTISEMENT

"Pipiti tersebut kemudian saya tenggelamkan lalu ditinggal berenang. Nanti setelah beberapa menit pipitinya saya angkat dan dapatlah udang dan ikan kecil. Kalau sudah dapat banyak udangnya lalu saya bawa pulang kemudian digoreng untuk makan bersama," kenang Aan.

Dari kesenangannya berenang di Cisanggarung itu juga, kata Aan, menjadi bekal untuk dia ikut tes Akpol pada tahun 1985.

"Zaman dulu kalau latihan renang bukan di kolam renang, tapi di Sungai Cisanggarung ini. Kemudian latihan lari di lapangan bola ini," ujarnya.

Aan pun bercerita tentang sejumlah kenakalannya semasa kecil hingga kerap membuat marah sang ayah Johar Efendi. Tak jarang pula dari kenakalannya itu Aan harus kena hukuman dan menangis.

"Pernah gara-gara keasyikan main bola sambil hujan-hujanan sampai sore. Begitu sampai rumah, saya langsung dimarahi oleh ayah sampai menangis," ungkap Aan.

Kejadian lain yang membuat Aan menangis waktu kecil adalah gara-gara ketahuan jualan es potong di sekolah. Sang ayah yang akrab dipanggil Mang Ohang pun marah besar saat mengetahui anaknya jualan es sehingga langsung membuangnya ke kamar mandi.

"Rupanya Mang Ohang gengsi kalau anaknya harus jualan es. Meski ayah saya hanya seorang petani, tapi dia tidak ingin anaknya berjualan dan menginginkan saya serius saja sekolah dan belajar, tidak usah jualan es," sambung Aan.

Satu lagi pengalaman lucu masa kecil Aan adalah saat berjualan petasan ketika bulan puasa bersama sang kakak yang bernama Maman.

"Saat sedang asyik jualan, tiba-tiba ada yang menyalakan petasan lalu jatuhnya ke kotak dagangan saya. Otomatis petasan dagangan saya ikut terbakar dan meledak sampai habis. Nangis lagi saya kena marah Kang Maman," tutur Aan yang disambut tawa tamu undangan dan warga yang hadir di Lapangan Keramatwangi.

Berbagai pengalaman lucu dan seru Aan semasa kecil itu pun kini menjadi kenangan yang tak terlupakan. Didikan keras sang ayah waktu itu, telah mengantarkan Aan menjadi orang sukses sebagai pemimpin tertinggi di kepolisian lalu lintas sebagai Kepala Korps Lalu Lintas (Kakorlantas Polri).

"Sebagai ungkapan rasa syukur di hari Lalu Lintas ini kami menggelar kegiatan sosial di berbagai daerah di Indonesia, dan untuk yang terakhir digelar di kampung kelahiran saya. Sekalian saya ingin bernostalgia masa kecil saya dan bersilaturahmi dengan teman-teman masa SD, SMA dan SMA dan keluarga besar Mang Ohang ayah saya," ujar Aan.

"Saya adalah seorang anak petani, seorang anak yang bukan siapa-siapa namun bisa mencapai cita-cita sebagai anggota polisi seperti sekarang. Dengan kehadiran saya di sini, ingin memotivasi warga Karamatwangi bahwa siapapun bisa dan berkesempatan untuk menjadi apapun. Tidak perlu minder, tidak perlu takut, yang penting berani berjuang untuk menggapai harapan dan cita-cita yang diinginkan," kata dia menambahkan.




(dir/dir)


Hide Ads