Pemerintah Kabupaten Kuningan akan menerapkan pembelajaran Muatan Lokal (Mulok) Gunung Ciremai untuk semua jenjang pendidikan mulai tahun ajaran baru 2024/2025 mendatang.
Pj Bupati Kuningan R Iip Hidajat mengatakan, penetapan Mulok Gunung Ciremai ini sebagai bentuk keseriusan Pemerintah Kabupaten Kuningan memegang komitmen menjadikan Kuningan sebagai Kabupaten Konservasi. Menurut Iip, potensi Gunung Ciremai yang sebagian besar berada di kawasan Kabupaten Kuningan, telah memberi banyak manfaat kepada masyarakat tidak hanya Kuningan namun juga daerah sekitar seperti Majalengka, Cirebon bahkan Brebes.
"Pemerintah Kabupaten Kuningan telah berkomitmen menjadikan Kuningan sebagai Kabupaten Konservasi, dimana salah satu potensi terbesarnya adalah memiliki gunung tertinggi di Jawa Barat yaitu Ciremai. Banyak masyarakat yang menggantungkan harapan dari Gunung Ciremai, bahkan sumber mata air terbesar dari sana. Sebagai bentuk implementasi komitmen kami menjadikan Kuningan sebagai Kabupaten Konservasi dan bentuk rasa syukur serta tanggung jawab adalah menghadirkan pembelajaran kepada anak cucu kita melalui Mulok Gunung Ciremai untuk semua jenjang pendidikan," ungkap Iip kepada detikJabar, Selasa (22/5).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Iip menambahkan, rencana penerapan Mulok Gunung Ciremai sebagai bahan ajar di sekolah akan dimulai pada tahun ajaran baru 2024/2025 mendatang. Secara resmi, Mulok Gunung Ciremai ini akan diluncurkan dalam event Festival Ciremai yang akan digelar bulan Juni mendatang.
"Jadi siapapun yang bersekolah di Kuningan mulai jenjang TK, SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi akan mendapat pembelajaran tentang Gunung Ciremai. Dengan cara ini, diharapkan masyarakat akan paham dan peduli bagaimana Ngarawat, Ngaruwat, Ngarumat Gunung Ciremai," papar Iip.
Selain itu, lanjut Iip, di kawasan Gunung Ciremai juga terdapat situs-situs peningalan budaya. Potensi ini juga yang saat ini menjadi perhatian Pemerintah Kabupaten Kuningan untuk dikelola dan dikembangkan dan dilestarikan.
"Di Ciremai juga ada situs-situs peninggalan budaya, seperti di daerah Cibuntu ada peninggalan purbakala, situs Desa Sagarahiyang dan ada juga Batu Naga di Desa Jabranti yang meski jauh dari Gunung Ciremai namun menjadi perhatian kita. Mudah-mudahan ini bisa menjadi bahan edukasi kepada masyarakat, dan menyadarkan kepada semua untuk bersama menjaga dan melestarikannya," ungkap Iip.
Dalam upaya melestarikan potensi tersebut, kata Iip, pihaknya telah menginstrukskan kepada para kepada desa dan perangkatnya untuk menjadi yang terdepan dalam menjaganya. Dia berharap, dari keberadaan situs tersebut ke depan bisa berkembang menjadi potensi wisata yang dapat meningkatkan perekonomian masyarakat di desa tersebut.
"Oleh karena itu, kami selalu berusaha mendatangi setiap situs atau peninggalan sejarah tersebut untuk dilakukan inventarisasi sekaligus meminta kepada kepala desa setempat untuk mengembangkannya. Tidak hanya secara historis, namun bagaimana bisa menjadikan situs tersebut menjadi tempat wisata yang dapat meningkatkan perekonomian masyarakatnya," ujar Iip.
(yum/yum)