Idulfitri menjadi hari yang paling ditunggu oleh semua umat muslim setelah satu bulan puasa. Banyak persiapan pun dilakukan mulai dari membeli pakaian baru, membersihkan rumah, menyiapkan aneka hidangan tamu termasuk memasak ketupat.
Suasana itu juga dirasakan sebagian masyarakat di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Beberapa hari sebelum hari raya, mereka dalam satu rumah terlihat sibuk membagi tugas menyiapkan berbagai hal sebelum hari raya tiba.
Namun, dari semua persiapan itu, terdapat cerita yang tidak terlupakan bagi warga di Blok Truwali, Desa Kedokanbunder Wetan, Kecamatan Kedokanbunder, Indramayu. Terutama pengalaman saat membuat kerangka ketupat dengan mitosnya yang kental ditularkan oleh para orang tua.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Naidah (34) misalnya, ia mengaku dahulu sering melihat aktivitas warga seolah berlomba-lomba membuat kerangka ketupat sebelum hari raya. Bahkan, ia termasuk orang yang juga turut mempelajari cara menganyam ketupat sejak masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Ketertarikan belajar itu kata Naidah, bukan karena benar-benar ingin memiliki keterampilan. Namun, ia justru takut karena saat itu terdapat sebuah mitos bahwa jika seseorang tidak bisa membuat ketupat, maka nantinya kedua tangannya akan dibawakan kemaluan hantu buta yang disebarkan oleh orang tua zaman dulu.
"Iya dulu begitu, kalau nggak bisa bikin ketupat nanti bisa mangku kemaluannya buta (hantu raksasa)," kata Naidah kepada detikJabar, Minggu (31/3/2024).
Sekitar awal tahun 2004-an, Naidah selain bahagia menunggu datangnya hari raya, ia juga cemas karena belum bisa membikin kerangka ketupat. Ia pun takut akan kata-kata orang tua bisa benar-benar terjadi menimpanya.
"Kita sampai belajar dua hari ke paman biar bisa bikin ketupat. Waktu itu sudah SMP kalau nggak salah," ujarnya.
Usaha Naidah tidak sia-sia, ia pun kemudian merasa lega karena di hari raya nanti tidak akan mengangkat kemaluan hantu buta. Dari sekian model kerangka ketupat, Naidah mengaku baru bisa menganyam satu model ketupat. Yaitu ketupat bawang.
Rupanya, setelah mampu membuat satu model kerangka ketupat. Wanita 34 tahun itu justru semakin tertarik dan ingin bisa membuat model lainnya. Meski, akhirnya ia tidak bisa menguasainya karena tingkat kerumitan yang menurutnya lebih tinggi.
"Cuma bisa satu model, yang ketupat bawang aja. Pernah belajar ketupat segiempat ke Mimi (almarhumah ibu) tapi rumit dan tidak bisa," ucapnya.
Dijelaskan Naidah, mitos itu konon sudah ada sejak zaman dulu. Bahkan, sejak orang tuanya masih remaja dulu sudah mengenal istilah tersebut.
Di sisi lain, suasana kampung yang dulu masih banyak terdapat pohon kelapa, membuat warga lebih mudah untuk mencari daun kelapa muda (janur). Sehingga, hampir setiap jelang hari raya, warga sibuk membuat kerangka ketupat di dalam maupun di teras rumah.
Senada disampaikan Rasmadi (54), ia pun mengaku tak asing dengan mitos tersebut. Meskipun ia memahami mitos itu hanya akal-akalan orang tua zaman dulu agar anak-anaknya bisa membantu pekerjaan orang tua saat jelang lebaran.
Dari cara mendidik orang tua zaman dulu itu, Rasmadi mengaku bisa menguasai sejumlah model kerangka ketupat. Mulai dari ketupat bawang yang banyak digunakan oleh warga, ketupat segiempat, ketupat jantung, hingga ketupat jago yang ukurannya dua sampai tiga kali lebih besar.
"Ya kalau dulu kan masih banyak pohon kelapa, jadi orang masing-masing pada bikin sendiri ketupatnya. Sedangkan yang perempuan pada nyiapin untuk masaknya," ujarnya.
"Dulu waktu masih ada istri, bisa bikin 50 ketupat. Ya di cicil kalau malam, atau pas senggang kerjanya baru bikin lagi, bisa 3 hari baru selesai," imbuhnya.
Seiring waktu berjalan, suasana ramainya momen persiapan lebaran terutama saat membuat kerangka ketupat itu mulai hilang. Terlebih setelah pohon kelapa mulai sulit ditemukan.
Sementara dilansir dari berbagai sumber, ketupat berasal dari istilah bahasa Jawa yaitu ngaku lepat (disingkat kupat) yang artinya mengakui kesalahan. Atau laku papat (empat perilaku) yang dilambangkan dengan 4 sisi ketupat.
Singkatnya, ketupat atau kupat awal mulanya dikenalkan oleh sunan Kalijaga kepada masyarakat Jawa. Kemudian pada masa pemerintahan Kesultanan Demak, Raden Fatah di awal abad 15an, ketupat menjadi simbol perayaan hari raya Islam.
Dalam perkembangannya, ketupat memiliki ragam bentuk atau model. Bahkan, penggunaan makanan ini sudah tersebar di seluruh Nusantara dengan berbagai kulineran khasnya setiap daerahnya.
(sud/sud)