Tidak hanya sebagai pusat pendidikan agama Islam. Pondok Pesantren Assalafie Babakan Ciwaringin juga melakukan kegiatan lain yang mendukung kemandirian ekonomi pesantren.Yakni, melalui wadah organisasi Badan Usaha Milik Pesantren Assalafie (BUMPA).
Ketua Badan Usaha Milik Pesantren Assalafie, Jaelani menuturkan, ada sekitar 19 sampai 20 usaha yang berada di naungan Pondok Pesantren Assalafie seperti air galon, koperasi, toko kelontong, sembako, laundry, pangkas rambut dan warung makan. Semuanya bertransaksi menggunakan kartu nama santri yang dilengkapi barcode khusus.
Jaelani sendiri, sehari-hari bertugas menjaga koperasi milik pondok yang menjual berbagai macam kebutuhan santri seperti kitab, atk, sarung, peci,kaos dan tas jinjing. Menurutnya, transaksi menggunakan kartu membuat pembayaran menjadi lebih mudah, meski ketika awal digunakan cukup sulit karena belum terbiasa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Alhamdulillah kendala mah tidak ada. Paling awal-awal memang sebelum beradaptasi masih susah," tutur Jaelani, Selasa (19/4/2024).
Pengasuh Pondok Pesantren Assalafie Babakan Ciwaringin, KH Arwani Syaerozi juga menambahkan, untuk kebutuhan beras, pondok pesantren tidak membeli dari luar pesantren. Tapi didapatkan dari beras hasil panen sawah sendiri. Ia mengistilahkan hal ini sebagai swasembada beras di pesantren.
![]() |
"Kita ini ada sawah cukup luas lalu tanamin padi. Ketika panen kita jual untuk kebutuhan santri. Sehingga santri beli berasnya itu seakan-akan langsung dari petani. Jadi harganya lebih murah," tutur Arwani.
Arwani sendiri tidak mengetahui secara rinci harga beras yang dijual berapa. Tapi ia pastikan harga beras yang dijual lebih murah daripada harga pasar. "Saya perbandinganya tidak tahu, pokoknya di bawah harga pasar. Makanya pembayaran di sini relatif murah," tutur Arwani.
Arwani juga menjelaskan, meskipun harga beras sedang naik. Harga beras untuk kebutuhan santri masih tetap di bawah harga pasar. "Walaupun gonjang-ganjing harga beras. Untuk santri kita tetap di bawah harga pasar," kata Arwani.
![]() |
Selain lembaga ekonomi, Pondok Pesantren Assalafie juga terdapat Lembaga Amil Zakat Infaq, Sedekah dan Wakaf Qinthorul Barokah (LAZISWA QB).
"Lembaga filantropi sudah ada sejak tahun 2014. Dan alhamdulillah bisa mengumpulkan dana yang sifatnya sosial. Yang mendapatkan manfaat pertama pesantren, kedua santri, ketiga masyarakat dan kempat alumni," tutur Arwani.
Melalui LAZISWA QB, setiap tahun, banyak kegiatan sosial yang dilakukan seperti santunan anak yatim, sunatan massal, pengobatan gratis, beasiswa santri, pembagian sembako dan pasar sembako murah. "Membuat berapa ratus paket dengan separuh harga. Misal, paket 100 ribu masyarakat cukup membayar 50 ribu, besar diskonnya," kata Arwani.
Untuk pasar sembako murah dilaksanakan ketika memasuki bulan Ramadan, sedangkan pembagian sembako untuk warga Ciwaringin dilaksanakan menjelang hari raya Idul Fitri.
Ketika Idul Adha, LAZISWA QB juga menghimpun hewan qurban yang dibagikan untuk santri dan masyarakat sekitar. "Sifatnya tidak sekali ramai lalu bubar. Ini masih eksis. Transparansi dan kegiatanya murni dilakukan oleh santri dan alumni," tutur Arwani.
Semangat Jurnalistik Santri Assalafie
Sebagai pesantren tradisional yang melek teknologi. Para santri dibekali juga dengan kemampuan jurnalistik. Lewat majalah Salafuna yang dirintis sejak tahun 2003. Pimpinan redaksi majalah Salafuna, Ilham Maulana menuturkan, majalah Salafuna terbit setiap tiga bulan sekali.
Untuk pengelolaan majalah dilakukan secara mandiri, sejak pengumpulan naskah sampai penerbitan. "Kalau dalam bidang media itu ada Badan Informasi & Penerbitan Assalafie (BIPA). Jadi pengasuh itu hanya menerima jadinya saja," tutur Ilham.
Ilham juga menjelaskan, proses pembuatan majalah yang dimulai dari penyebaran flyer ke santri dan alumni, pengumpulan naskah, pengeditan, layout, penerbitan sampai pendistribusian. "Yang diwawancarai kepala pondok, santri berprestasi dan alumni yang sudah menjadi orang sukses," kata Ilham.
![]() |
Arwani, menambahkan, awalnya majalah Salafuna cukup sederhana yakni dalam bentuk fotokopian. Lalu pada tahun 2012 waktu majalah mulai menggunakan halaman warna. Dengan kisaran 50 - 80 halaman per majalah.
"Sekitar 5 tahun terakhir versi cetaknya diganti dengan versi digital jadi hanya bentuk pdf yang disebar lewat grup-grup whatsapps, 2003 cetak alakadarnya, 2012 berwarna," tutur Arwani.
Di tahun 2018 setelah cetak, majalah dijual ke jejaring pesantren seperti santri alumni dan orang yang kenal dengan pondok Assalafie. "Dan itu dikelola 100 persen dikelola oleh santri, tidak melibatkan orang luar," pungkas Arwani.
Ada sekitar 2.000 santri yang mondok di Pondok Pesantren Putra Putri Assalafie Babakan Ciwaringin. Untuk lokasinya ada di Jalan Gedong Manis No 52, Desa Babakan, Kecamatan Ciwaringin, Kabupaten Cirebon.
(yum/yum)