Rumah Tuli Majalengka: Untaian Kalimat Suci dalam Sunyi

Rumah Tuli Majalengka: Untaian Kalimat Suci dalam Sunyi

Erick Disy Darmawan - detikJabar
Senin, 18 Mar 2024 17:30 WIB
Rumah Tuli Jatiwangi Majalengka, Tempat Belajar Ilmu Agama Tuna Rungu
Rumah Tuli Jatiwangi Majalengka, Tempat Belajar Ilmu Agama Tuna Rungu (Foto: Erick Disy Darmawan/detikJabar)
Majalengka -

Gerakan jari ditunjukkan Ustaz Muhammad Lutfi Bannani saat mengajar para penyandang disabilitas menggunakan bahasa isyarat. Ustaz Lutfi tanpa pamrih membimbing mereka agar bisa membaca Al-Qur'an.

Dengan memanfaatkan kebun di belakang rumahnya, dia mendirikan bangunan seluas 12x5 meter untuk yayasan 'Rumah Tuli Jatiwangi'.

Di tempat yang berlokasi di Blok Sabtu, Desa/Kecamatan Jatiwangi, Kabupaten Majalengka itu, mereka senantiasa belajar ilmu agama dan mengaji. Apalagi di bulan suci Ramadan ini, mereka tampak bersemangat dalam mencari keberkahannya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat detikJabar mengunjungi tempat tersebut, para santri tampak tengah bersiap untuk belajar mengaji. Satu per satu dari mereka membawa Al-Qur'an di lemari dan langsung mengambil posisi duduk untuk belajar.

Rumah Tuli Jatiwangi Majalengka, Tempat Belajar Ilmu Agama Tuna RunguRumah Tuli Jatiwangi Majalengka, Tempat Belajar Ilmu Agama Tuna Rungu Foto: Erick Disy Darmawan/detikJabar

Suara mereka nyaris tak terdengar saat membacakan Al-Qur'an. Meski begitu, semangat mereka saat membacakan kitab suci tersebut tetap terdengar sampai ke sang Khalik.

ADVERTISEMENT

Ustaz Lutfi mengatakan, semangat mereka mempelajari ilmu agama bisa dibilang sangat serius. Pasalnya, hampir setiap hari mereka belajar mengaji dan ilmu agama di tempatnya itu.

"Cuma hari Jumat (mereka) libur," kata Ustaz Lutfi saat berbincang dengan detikJabar.

Seperti yang diketahui, Rumah Tuli Jatiwangi sendiri didirikan pada 2013 lalu. Sesuai namanya, yayasan ini dijadikan tempat belajar ilmu agama bagi para penyandang tuna rungu.

"Rumah Tuli Jatiwangi itu buat aktivitasnya sendiri dimulai dari tahun 2013. (Awalnya) kami bertemu dengan komunitas-komunitas tuna rungu yang ada di Majalengka, terus kemudian melakukan pendekatan dengan mereka, dan akhirnya mereka datang ke rumah kami," ujar Ustaz Lutfi.

"Tadinya di emper rumah (belajar) ngajinya. Terus kita dapat rezeki, ada kawan yang membantu membuatkan ruang, akhirnya kita buatlah bangunan bernama Rumah Tuli Jatiwangi di tahun 2017," sambungnya.

Rumah Tuli Jatiwangi Majalengka, Tempat Belajar Ilmu Agama Tuna RunguRumah Tuli Jatiwangi Majalengka, Tempat Belajar Ilmu Agama Tuna Rungu Foto: Erick Disy Darmawan/detikJabar

Metode pembelajaran Al-Qur'an di Rumah Tuli Jatiwangi ini menggunakan 'kurikulum' yang sah dari Kemenag RI. Tilawah adalah metode yang diterapkan di tempat tersebut.

"Sama Kemenag RI sudah dimusyawarahkan, dirembukkan, akhirnya lahir lah dua metode besar, yaitu metode tilawah dan kitabah. Itu lahir di tahun 2020. Kami juga diundang untuk merumuskan tentang membaca Al-Qur'an isyarat. Di situlah hadir metode (pembelajaran untuk tuna rungu)," ucap dia.

"Rumah Tuli Jatiwangi sendiri mengusung yang tilawah. Bagi kami itu lebih cocok lah, yang namanya mau membaca Al-Qur'an tentu kita harus punya kaidah mengisyaratkan bacaan Al-Qur'an," tambahannya.

Selama mengajar para penyandang tuna rungu, Ustaz Lutfi mengaku tidak ada kesulitan apapun. Hanya saja, perlu ada perhatian khusus selama membimbing mereka.

"Nah itu juga sebenarnya tantangan untuk kami juga. Akhirnya kami belajar dari karakter mereka, jadi sebisa mungkin menyesuaikan dengan kemampuan yang mereka punya. Terus kemudian kami usahakan agar mereka bisa mengikuti program kami," bebernya.

Rumah Tuli Jatiwangi juga, kata Ustaz Lutfi, tidak hanya untuk wadah para penyandang disabilitas. Kaum marjinal yang tak tersentuh pun ditampung di tempat ini.

"Ini kan kami judulnya inklusif, jadi gabungan antara tuna rungu, santri biasa bahkan ada yang teman-teman hijrah," ucap dia.

Rumah Tuli Jatiwangi Majalengka, Tempat Belajar Ilmu Agama Tuna RunguRumah Tuli Jatiwangi Majalengka, Tempat Belajar Ilmu Agama Tuna Rungu Foto: Erick Disy Darmawan/detikJabar

Perkembangan Rumah Tuli Jatiwangi saat ini terbilang cukup pesat. Bahkan di tempat tersebut ada belasan santri yang ikut 'mondok'. Adapun jumlah pengajar di tempat ini kurang lebih ada 5 orang.

"Tadinya (santri) tidak terlalu banyak, sekarang sampai kami nggak muat tempatnya. Jadi kami pindah ke satu lokasi lagi di rumah nenek saya tepatnya, itu ada ruangan lagi yang lebih luas, jadi mereka di sana," jelasnya.

"Santri biasa ada 8 orang, yang tuna rungu ada 2 orang. Terus yang hijrah ini ngajinya malam karena kerja kan paginya, itu kurang lebih ada 4 sampai 5 orang yang suka ikut ngaji di kita," ujar dia menambahkan.

(yum/yum)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads