Penamaan Cirebon Raya di Mata Budayawan

Penamaan Cirebon Raya di Mata Budayawan

Devteo Mahardika - detikJabar
Rabu, 22 Nov 2023 12:00 WIB
Situs Lawang Sanga di Cirebon
Situs Lawang Sanga Cirebon (Foto: Ony Syahroni/detikJabar).
Cirebon -

Perubahan nama aglomerasi dari Ciayumajakuning (Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan) menjadi Cirebon Raya disambut positif oleh budayawan. Pasalnya nama Cirebon Raya dinilai memiliki semangat kebersamaan terutama terkait pembangunan.

"Sangat setuju dengan perubahan nama Ciayumajakuning menjadi Cirebon Raya," kata Casta, budayawan asal Cirebon, Selasa (21/11/2023).

Dia menilai penamaan Ciayumajakuning menunjukkan pada gerakan yang sangat tersegmentasi artinya masing-masing daerah terpisah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau Cirebon Raya artinya berpikir pada pembangunan yang lebih terintegratif dan kemudian bisa membuat satu gerakan yang sama antar daerah," ucap dia.

Casta mengungkap, perubahan nama ini merupakan pengembalian cara berpikir secara kuktural Cirebon yang dapat menyatukan antar daerah bukan secara wilayah administratif.

ADVERTISEMENT

Secara kearifan lokal, sambung dia, penamaan Cirebon Raya ini dalam pandangannya untuk mengembalikan fakta sejarah dan fakta secara empiris karena pusat pengembangan di wilayah aglomerasi berasal dari Cirebon.

"Artinya memang dulu pusat pengembangan wilayahnya berpusat di Cirebon, kemudian menyebar sampai memberikan kesejahteraan terhadap wilayah lainnya secara kuktur," ujarnya.

"Saya pikir ini design kebersamaan bukan design masing-masing sektoral untuk menunjukan egonya masing-masing antar daerah," tegasnya.

Tidak hanya itu, dirinya berharap dari rencana perubahan nama ini dalam upaya membentuk satu pemikiran untuk membangun aglomerasi secara bersama.

"Sudah selayaknya membangun dengan jaringan kebersamaan antar wilayah yang sudah menjadi kemestian karena tidak mungkin berjalan sendiri-sendiri," kata dia.

Dengan perubahan nama itu, dia menganggap, lebih efektif dengan sebuah potret kebersamaan wilayah dengan satu visi yang sama. Maka secara empiris lebih memadai ketika harus dibangun kerjasama antar wilayah.

"Beda dengan konteks Ciayumajakuning yang seolah-olah masing-masing daerah berjalan sendiri-sendiri yang kemudian dipadukan dari hal yang sama, jadi gak ada inovasi baru secara kebersamaan," paparnya.

Jika Cirebon Raya menjadi satu kesatuan wilayah, kata dia, maka dalam satu pengambilan keputusan bersama maka dinilainya Cirebon Raya lebih cocok untuk dijadikan nama aglomerasi.

"Terus dari sisi pengembangan ekonomi, pariwisata dan industri harus membuat visi bersama wilayah aglomerasi ini. Tapi harus diimbangi dengan design yang jelas juga bukan hanya sebatas perubahan nama saja," tutupnya.

(mso/mso)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads