Dongeng Cerdik Si Kabayan 3 Kali Lepas dari Jerat Utang

Dongeng Cerdik Si Kabayan 3 Kali Lepas dari Jerat Utang

Dian Nugraha Ramdani - detikJabar
Sabtu, 13 Des 2025 18:00 WIB
Dongeng Cerdik Si Kabayan 3 Kali Lepas dari Jerat Utang
Ilustrasi si Kabayan. (Foto: dibuat menggunakan AI)
Bandung -

Bagi tokoh jenaka seperti Si Kabayan yang tidak bekerja formal dan tidak rutin menerima honor bulanan, utang bisa jadi sebuah keniscayaan. Kalau tidak berutang, mau mengandalkan apa Kabayan?

Si Kabayan sering ditampilkan sebagai lelaki yang kerjanya hanya tidur dan bermalas-malasan. Hanya, beruntungnya dia sering mujur. Misalnya, dalam cerita 'Si Kabayan Moro Uncal' yang disusun M.O. Koesman, ketika orang lain sekampung sibuk menggiring rusa buruan, dia hanya keliling-keliling di hutan mencari buah-buahan yang bisa dimakan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Beruntungnya, rusa yang digiring melaju ke arahnya. Dia ketakutan dan naik ke dahan pohon tetapi kain sarungnya menjuntai. Tanduk rusa terjerat kain sarung itu, rusa akhirnya tertangkap. Setelah rusa disembelih oleh warga kampung, Si Kabayan kebagian paha rusa.

Tetapi, ada banyak momen dalam kehidupan Si Kabayan di mana dia harus berutang. Utangnya sampai ditagih-tagih pemberi utang. Namun, setiap kali menghadapi jatuh tempo, dia selalu punya akal untuk membayar utangnya itu.

ADVERTISEMENT

Berikut cerita cerdik Si Kabayan Tiga Kali Lepas dari Utang, dikutip dan disesuaikan dari cerita berbahasa Belanda yang disusun Lina Maria Coster-Wijsman (1929). Ini merupakan cerita pertama dalam buku 'Uilespiegel-Verhalen in Indonesie, in Het Biezonder in de Soendaland' itu.

Si Kabayan Tiga Kali Lepas dari Jeratan Utang

Utang 1

Si Kabayan selalu terlilit utang. Suatu waktu, untuk mendapatkan uang demi membayar salah satu utangnya, dia merancang tipu daya. Memang ada sedikit uang, maka dia gunakan untuk membeli kepala kerbau dari tukang daging.

Kepala kerbau itu dia ikat dengan tali lalu ditempatkan di hutan. Seolah-olah tubuh kerbau tertutupi rerumputan, seolah-olah kerbau sedang berbaring saja di lantai hutan.

Cerdik, Si Kabayan memasukkan ikan bogo (gabus) ke dalam dua telinga kerbau itu. Ikan bogo hidup membuat telinga kerbau seolah-olah mengibas-kibas tanda kerbau itu hidup.

Sambil bersiul, dia menawarkan kerbau itu kepada orang yang melintas. Menarik, harganya terjangkau. Pejalan kaki itu membelinya dengan harga 150.

Setelah menerima uang, Si Kabayan langsung melarikan diri. Dia pergi sejauh-jauhnya dari tempat kerbau itu. Ketika pembeli sadar dia tertipu, semuanya sudah terlambat. Dia tak tahu nama apa lagi di mana alamat rumah Si Kabayan.

Utang II

Lain waktu, Si Kabayan kembali terlilit utang. Jengkel juga baginya, sementara penagih akan segera datang sebab utang telah jatuh tempo. Namun, bukan Si Kabayan namanya kalau tidak ada akal untuk mengatasi masalahnya.

Kali ini, dia melakukan penyamaran yang aneh. Dia berpura-pura menjadi burung yang menjadi idaman seorang pangeran. Pertama-tama, dia menggulung dirinya dengan karet, kemudian dengan bulu, dia lantas merangkak ke dalam sangkar.

Sebelum masuk kurungan, dia memerintahkan istrinya untuk memberi tahu penagih jiga dia tiba. Katakan bahwa suaminya telah pergi untuk menagih pembayaran dari sang pangeran karena telah memelihara seekor burung yang indah.

Si Iteung, wanita yang menjadi istrinya itu pun melakukannya. Dia mengatakan apa yang tadi dikatakan Si Kabayan kepadanya. Demi mendengar Si Kabayan memelihara burung indah itu, penagih penasaran. Dia memang telah dilarang untuk membuka kurungan, tetapi membandel.

Penagih itu membuka sangkar dan seketika 'Burung-Kabayan' itu langsung loncat kabur dari sangkarnya. Si Iteung menuntut ganti rugi, dan sang penagih akhirnya senang ketika dia melunasi ganti rugi itu sebesar jumlah utang Si Kabayan kepadanya. Impas.

Utang III

Akal Si Kabayan memang likuid. Ada saja cara untuk lepas dari jerat utang. Dia selalu punya cara untuk mendapatkan uang untuk melunasi utangnya.

Suatu hari, dia punya uang senilai 10. Uang receh. Dia akan meningkatkannya. Caranya, dia duduk di bawah pohon loa dan memasukkan uang receh itu ke dalam buah loa.

Seseorang melintasi Si Kabayan yang sedang duduk itu. Tak tunggu lama, Si Kabayan menunjukkan kepada pejalan kaki itu buah yang digenggamnya mengeluarkan uang. Dari buah itu, keluar senilai 10. Si Kabayan berkelakar bahwa pohon loa itu bertuah.

Orang itu tertarik, kebetulan, kata Si Kabayan, dia memang berniat menjual pohon itu. Pohon itu dijual kepada pejalan kaki tersebut senilai 150. Setelah sukses, Si Kabayan pun lekas pergi. Kini uang miliknya jadi 250.

Halaman 2 dari 2
(orb/orb)


Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads