Cara Paguron Silat Cimande Lindungi Anak dari Dampak Negatif Gadget

Cara Paguron Silat Cimande Lindungi Anak dari Dampak Negatif Gadget

Dian Nugraha Ramdani - detikJabar
Sabtu, 08 Nov 2025 14:45 WIB
Para pesilat aliran Cimande saat Workshop Pencak Silat di West Java Festival 2025
Para pesilat aliran Cimande saat Workshop Pencak Silat di West Java Festival 2025 (Foto: Dian Firmansyah/detikJabar).
Bandung -

Paguron Silat Cimande yang dipimpin Didi Supriadi punya cara jitu menghindarkan anak dari dampak negatif keterlaluan bermain gadget. Tiada lain, Ki Didi, demikian sapaan akrabnya, menggunakan silat sebagai jalannya.

Ki Didi mengungkapkan, saat memimpin workshop pencak silat di West Java Festival (WJF) 2025 yang berlangsung di Kiara Artha Park, Kota Bandung, Sabtu (8/11/2025).

Dahulu kala, 'talek' atau janji orang yang akan belajar Silat Cimande yang merupakan silat tertua di Jawa Barat, harus diucapkan ketika orang tersebut berumur 17 tahun. Namun, kondisi saat ini membuat Ki Didi melakukan penyesuaian.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ki Didi yang lahir tahun 1965 sendiri telah belajar silat sejak umur 12 tahun, dan telah mengajar silat sejak sebelum tahun 1990. Dahulu, dia mendatangi kampung-kampung sunyi untuk 'jemput bola' mengajarkan silat.

Kini, di perguruannya di Kampung Babakan Tarikolot, Desa Cimande, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor, dia tak kekurangan murid. Setiap hari minggu, tak kurang dari 100 orang, dari mulai umur 4-5 tahun, remaja, sampai dewasa, belajar silat kepadanya.

"(Dahulu) kalau talek itu usia 17 tahun. Tahun 1990 ke bawah, kalau sekarang menunggu usia 17 tahun, kita menyadari kemajuan teknologi telah berkembang, kalau menunggu 17 tahun keburu hancur generasi muda,"

"Dan memang sudah saya jalankan sejak 1991. Saya syiarkan (silat) ke usia pradini 4-5 tahun sampai dewasa. Antisipasi menyiarkan sejak pradini, kami antisipasi dampak negatif dari kemajuan teknologi, mengimbangi dengan tradisional kita," kata Ki Didi.

Salah satu butir talek adalah menghormati kedua orang tua. Sementara saat ini, orang tua banyak mengeluh waktu berharga anak-anak mereka habis percuma karena anak lebih senang bermain ponsel.

"Dari tahun 2005 ke sini ada talek untuk anak-anak 4-5 tahun. Sebelumya (penyesuaian talek) masih takut dipelototi orang tua (sesepuh). Sekarang, lahirnya hape (smartphone), saya antisipasi dan sudah punya feeling, anak akan terkontaminasi dengan (dampak negatif) kemajuan teknologi," kata Ki Didi.

Dia sendiri merasakan dampaknya kini. Silat membuat anak-anak punya batasan tersendiri dalam hubungan mereka dengan gadget. Orang tua juga banyak yang mengapresiasi langkah Ki Didi itu.

"Alhamdulilah saya punya aturan setiap generasi (santri silat Cimande) tidak boleh keterlanjuran menggunakan hape. Batas penggunaan setiap hari sampai jam 21.00, ada batas yang dilihat, juga batas yang diketik. Alhamdulillah yang ikut talek, anak-anak itu, yang penting bagaimana cara mengurangi hape, dan itu dampaknya positif sekali," katanya.

Ki Didi berharap, langkahnya ke Bandung hadir di West Java Festival 2025 diharapkan menginspirasi banyak pihak yang menyimaknya memperagakan silat Cimande dan menjelaskan nilai-nilai yang terkandung dalam setiap gerakannya.

West Java Festival 2025 didukung oleh Bank BJB (Official Banking Partner), Le Minerale (Official Mineral Water), serta sejumlah sponsor lain yang turut berpartisipasi dalam kemeriahan acara ini diantaranya PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN), dan Tolak Angin.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Dayeuhkolot Bandung Banjir Lagi, Warga Ngaku Sudah Capek"
[Gambas:Video 20detik]
(mso/mso)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads