Ciamis memiliki berbagai tradisi dan budaya yang masih dilestarikan hingga saat ini. Salah satunya tradisi Jamasan. Tradisi ini merupakan salah satu warisan budaya yang luhur serta sebagai penghormatan yang masih dilakukan secara turun temurun sampai sekarang.
Pada tradisi ini dilakukan pembersihan pada pusaka bersejarah yang merupakan peninggalan dari Bupati Galuh Raden Adipati Aria Kusumadiningrat. Berikut beberapa fakta menarik dari Tradisi Jamasan yang dilaksanakan di Ciamis.
1. Mengenal Tradisi Jamasan
Tradisi Jamasan merupakan tradisi yang dilakukan di Kabupaten Ciamis. Tradisi ini merupakan tradisi merawat pusaka bersejarah dengan cara mencuci pusaka tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pusaka tersebut merupakan peninggalan Bupati Galuh Raden Adipati Aria Kusumadiningrat yang merupakan tokoh penting dalam sejarah Tatar Galuh. Pusaka ini dicuci di Situs Jambansari. Tradisi Jamasan rutin dilaksanakan pada bulan Rabiul Awal setiap tahunnya.
2. Makna Tradisi Jamasan
Tradisi Jamasan dilakukan untuk melestarikan budaya serta agar generasi mendatang tetap mengenal tradisi ini dan tidak kehilangan jati diri. Benda-benda pusaka yang dirawat bukan hanya sebagai simbol sejarah, tetapi juga untuk mengingatkan bahwa ini merupakan nilai-nilai luhur yang harus diwariskan kepada generasi selanjutnya agar tetap hidup meski zaman telah berganti.
Tradisi ini merupakan salah satu kekayaan budaya yang dimiliki untuk memperkuat identitas budaya serta memberikan kebanggan bagi masyarakat Ciamis.
3. Pusaka Apa Saja yang Dibersihkan
Terdapat delapan pusaka peninggalan Bupati Galuh Raden Adipati Aria Kusumadiningrat yang dibersihkan pada Tradisi Jamasan ini. Pusaka yang dibersihkan terdiri dari keris Ki Betok, pedang, dua tombak, serta trisula.
![]() |
4. Proses Pencucian Pusaka
Tradisi ini diawali dengan kirab pusaka dari Keraton Selagangga menuju Situs Jambansari. Delapan pusaka tersebut dibawa oleh keluarga Bupati Galuh Raden Adipati Aria Kusumadiningrat. Kemudian, pusaka tersebut diserahkan kepada kuncen Situs Jambansari.
Lalu, pusaka tersebut diberikan kepada petugas Jamasan yang merupakan keturunan Bupati Galuh Raden Adipati Aria Kusumadiningrat.
Dalam membersihkan pusaka tersebut, pertama-tama benda pusaka tersebut dicuci dengan air yang berasal dari delapan mata air. Delapan mata air tersebut mencakup Jambansari, Karangkamulyan, Pulo Majeti, Ciomas, Cakradewa Panjalu, Tumenggung Wira, Adikusuma, Gunung Galuh, dan Situs Gandoang. Proses pencucian dimulai dengan memasukkan benda pusaka ke dalam air yang disimpan di dalam bokor.
Kemudian, pusaka digosok dengan jeruk nipis, lalu direndam kembali di dalam air yang berisi bunga. Setelah itu, pusaka dikeringkan dengan kain halus, lalu diasapi dupa, dan diberikan wangi-wangian.
Kemudian, simpan pusaka tersebut di tempat khusus agar kering. Lalu, pusaka tersebut disimpan kembali di Museum Galuh.
5. Tradisi ini Dapat Dihadiri oleh Siapa Saja
Pada awalnya, tradisi ini hanya dihadiri oleh keluarga besar dan kerabat Bupati Galuh Raden Adipati Aria Kusumadiningrat. Namun, seiring berjalannya waktu, kini tradisi ini dapat disaksikan oleh siapa saja. Mulai dari masyarakat umum, pelajar, budayawan, keturunan Galuh, berbagai komunitas dapat menyaksikan prosesi pembersihan pusaka yang dilakukan dalam tradisi ini.
Nah, itulah 5 fakta menarik dari Tradisi Jamasan yang rutin dilaksanakan setiap tahunnya di Ciamis. Tradisi ini tidak hanya sebagai simbol sejarah tetapi memiliki nilai-nilai budaya yang luhur untuk diwariskan kepada generasi muda yang akan datang.
(yum/yum)