Misteri Prasasti Kuno di Arab Saudi, Benarkah Ditulis Sahabat Nabi?

Misteri Prasasti Kuno di Arab Saudi, Benarkah Ditulis Sahabat Nabi?

Rachmatunnisa - detikJabar
Senin, 22 Sep 2025 14:00 WIB
Prasasti di Thaif
Prasasti di Thaif. Foto: Taif-Mecca Epigraphic Survey Project
Jakarta -

Sebuah prasasti Paleo-Arab yang terpahat pada batu besar di dekat masjid terbengkalai di Arab Saudi diperkirakan ditulis oleh Ḥanẓalah bin Abī ʿĀmir, salah seorang sahabat Nabi Muhammad. Dugaan ini muncul dari studi terbaru yang meneliti peninggalan berusia lebih dari 1.300 tahun itu.

Selama ini banyak prasasti awal Islam ditemukan, tetapi hanya sedikit yang dapat dipastikan keasliannya. Hingga kini, baru satu prasasti di wilayah al-Bahah, Arab Saudi, yang terbukti terkait dengan sahabat Nabi, yang kemudian menjabat gubernur Makkah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penelitian yang terbit di Journal of Near Eastern Studies edisi April 2024 menyebut, prasasti baru dari Taif ini menjadi yang kedua dengan atribusi langsung kepada sosok yang dekat dengan Nabi.

Saksi Bisu Awal Islam

Berbeda dari temuan sebelumnya, prasasti ini dipahat pada awal abad ke-7, sebelum Islam menyebar luas di Jazirah Arab. Keberadaannya menjadi saksi penting kehidupan religius di Hijaz-wilayah tempat Makkah berada-serta memberi konteks sejarah bagi para pembaca Al-Qur'an awal.

ADVERTISEMENT

Meski begitu, identitas penulisnya masih menimbulkan perdebatan. Namun, para peneliti menegaskan bahwa penemuan ini memberikan gambaran nyata tentang periode awal Islam.

"Bertentangan dengan kepercayaan umum bahwa Islam lahir berdasarkan sejarah yang utuh, kita tidak tahu banyak tentang kebangkitan Islam dari sumber-sumber kontemporer," ujar Ahmad Al-Jallad, profesor studi Arab di Ohio State University sekaligus rekan penulis studi, dikutip dari Live Science.

"Periode waktu itu diselimuti misteri. Prasasti-prasasti ini memberikan dasar yang dapat diverifikasi untuk penulisan sejarah berbasis bukti pada periode ini," tambahnya.

Ditemukan Kaligrafer Turki

Kisah penemuan prasasti ini bermula pada 2021. Yusef Bilin, kaligrafer asal Turki, mengunjungi masjid kuno di kota Taif yang diyakini dibangun oleh Ali bin Abi Thalib, khalifah keempat Islam. Sekitar 100 meter dari lokasi itu, ia melihat dua prasasti pada batu besar menonjol, lalu melaporkannya kepada para peneliti.

Tulisan tersebut menggunakan aksara Paleo-Arab, bentuk alfabet yang dipakai pada periode pra-Islam. Dua nama muncul dalam pahatan: Hanzalah bin Abd-Amr-w dan Abd al-Uzzē bin Sufyan.

Terjemahannya berbunyi:

"Dengan nama-Mu, Tuhan kami, aku adalah Ḥanẓalah (putra) ʿAbd-ʿAmr-w, aku mendesak (engkau) agar bertakwa kepada Allah."

"Dengan nama-Mu, Tuhan kami, aku adalah ʿAbd al-ʿUzzē putra Sufyān, aku mendesak (engkau) agar bertakwa kepada Allah."

Jejak Sahabat Nabi

Para peneliti kemudian menelusuri literatur biografi awal Islam dan silsilah Arab. Mereka menemukan bahwa kombinasi nama tersebut sangat jarang. Salah satunya adalah Hanzalah dari suku Aws di Yatsrib (Madinah), yang tercatat sebagai sahabat Nabi.

Analisis paleografi menunjukkan prasasti itu dipahat antara akhir abad ke-6 hingga awal abad ke-7. Waktu ini sesuai dengan masa hidup Hanzalah, yang gugur dalam Perang Uhud pada 625 M.

Nama kedua, ʿAbd al-ʿUzzē, merujuk pada dewi pagan Arab, al-Uzza. Hal ini memperkuat dugaan bahwa prasasti dibuat sebelum penulisnya memeluk Islam.

"Pada dasarnya tidak masuk akal jika prasasti ini dibuat setelah Muhammad memulai dakwahnya, karena penduduk Taif sangat memusuhi beliau, dan kecil kemungkinan salah satu pengikutnya pergi ke sana dan meninggalkan prasasti ini," ujar Hythem Sidky, rekan penulis studi sekaligus direktur eksekutif International Quranic Studies Association di Washington, DC.

Al-Jallad menambahkan, lapisan patina dan pola pelapukan pada batu menunjukkan prasasti tersebut berusia sangat tua, sehingga menutup kemungkinan pemalsuan modern.

Tanggapan Akademisi

James Montgomery, profesor Studi Arab dan Timur Tengah di Cambridge University, menilai penelitian ini sebagai karya ilmiah yang solid.

"Artikel ini merupakan karya ilmiah yang sangat mengesankan," ujarnya.

"Penelitian ini sangat cermat, teliti, dan cermat dalam penggunaan bukti, dengan setiap klaim didukung dengan tepat melalui referensi terhadap semua bukti yang relevan dan tersedia," lanjutnya.

Namun, Montgomery tetap berhati-hati menyimpulkan identitas Hanzalah dalam prasasti tersebut.

"Saya ingin menunda penilaian sampai kita memiliki dua prasasti lagi yang juga memenuhi kriteria penanggalan ketat yang digunakan para penulis," katanya.

Artikel ini telah tayang detikINET. Baca selengkapnya di sini.

(rns/sud)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads