Asal-usul Jawa Barat: Dari Kerajaan Sunda hingga Jadi Provinsi di RI

Asal-usul Jawa Barat: Dari Kerajaan Sunda hingga Jadi Provinsi di RI

Dian Nugraha Ramdani - detikJabar
Selasa, 19 Agu 2025 08:30 WIB
Gedung Sate.
Ilustrasi Gedung Sate (Foto: Anindya Aurellia Devi/detikJabar)
Bandung -

Provinsi Jawa Barat merayakan hari jadinya setiap tanggal 19 Agustus. Tahun 2025 ini, Jawa Barat menginjak usia 80 tahun, sama dengan umur Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Namun, banyak kisah yang melatari berdirinya provinsi ini. Sejak zaman kerajaan, hingga zaman modern ini, manusia Jawa Barat telah melintasi berabad-abad lembar sejarah.

Bagaimana perjalanan sejarah Jawa Barat hingga menjadi provinsi pertama di Indonesia? Simak kisahnya yuk!

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Zaman Purba di Jawa Barat

Gua Pawon di Padalarang, Situs Tambaksari di Ciamis, dan Lembah Cisaar di Kabupaten Sumedang adalah beberapa tempat di Jawa Barat yang bisa mengungkap manusia purba penghuni wilayah ini.

Diceritakan bahwa peralatan-peralatan purba yang ditemukan di Gua Pawon berbahan dasar batu obsidian. Dan batu obsidian itu di antaranya ada di Nagreg, Kabupaten Bandung dan Kandangwesi, Garut.

ADVERTISEMENT

Konon, manusia-manusia purba dari Gua Pawon itu menyusuri pinggiran-pinggiran danau untuk bisa sampai ke wilayah yang banyak batu obsidiannya. Batu itu diambil sebagai bahan untuk membuat pisau dan mata panah. Manusia-manusia purba itu telah hidup di tanah ini, jauh sebelum sejarah dimulai.

Dikutip dari buku 'Sejarah Pendidikan Daerah Jawa Barat' (Departemen P&K, 1998), dijelaskan bahwa manusia-manusia itu telah menciptakan peradaban, betapapun sederhana.

"Berdasarkan data arkeologis dan geologis, sejak masa prasejarah di Jawa Barat telah ada kehidupan manusia yang bermasyarakat dan berbudaya, betapapun sederhananya. Hasil penelitian di beberapa situs prasejarah, seperti Pesisir Utara antara Rengasdengklok dan Tangerang, Klapa Dua (Jakarta), Kampung Muara dan Pasir Angin (Bogor), dataran tinggi Bandung, Lembah Leles (Garut), dan Kuningan telah membuktikan hal itu," tulis buku tersebut.

Zaman Kerajaan di Jawa Barat

Di Jawa Barat, pernah berdiri kerajaan-kerajaan tertua di pulau Jawa. Dikatakan pada abad ke-2 M pernah ada Kerajaan Salakanagara. Kata 'salaka' berarti perak. Negara perak. Namun, keberadaan kerajaan ini belum banyak cukup bukti.

Kemudian yang peninggalannya cukup banyak, Kerajaan Tarumanagara. Kerajaan pada abad ke-4 M ini beribukota di sekitar Bogor-Bekasi. Salah satu raja yang terkenal adalah Purnawarman. Nama 'Taruma' merujuk pada tanaman Tarum atau nila, tanaman yang sering dijadikan pewarna kain.

Setelahnya, pada abad ke-6 berdiri Kerajaan Kendan di wilayah Nagreg sekarang, dengan tokohnya di antaranya Wretikandayun. Setelah Kendan, berdiri kerajaan Galuh di Ciamis sekarang pada awal abad ke-7 M. Kerajaan ini bertahan lama.

Setelahnya, muncul lagi Kerajaan Sunda di Bogor. Dan pada akhirnya, ketika Sri Baduga Maharaja tampil sebagai Raja, Galuh dan Sunda disatukan melalui pernikahan.

Terkena Pengaruh Mataram

Orang Sunda mulanya adalah bangsa yang demokratis, egaliter, dan tidak mengenal tingkatan tutur dalam bahasanya sehari-hari. Namun, ketika pranata kekuatan kerajaan di Sunda melemah, pengaruh dari bangsa lain masuk.

Mataram, sebuah kerajaan di Jawa Tengah mulai menancapkan kukunya di Pasundan. Orang-orang Sunda yang 'seba' atau menyerahkan upeti ke Mataram, sekaligus juga dididik bagaimana cara bertutur dan berkesenian.

Sehingga, kebudayaan Sunda secara nyata terpengaruh oleh kebudayaan Mataram. Karenanya, hingga kini, bahasa Sunda punya tingkatan tutur, yang disebut undak-usuk basa. Undak-usuk basa ini mempengaruhi sikap mental orang Sunda yang tidak lagi 'berani" dan 'merdeka'.

Jawa Barat di Zaman Kolonial

Nama 'West Java' sebelumnya tidak dikenal. Ketika Alfred Russel Wallace seorang naturalis menjelajah nusantara, dia kemudian membuat catatan perjalanan. Dalam bukunya yang terbit pada 1861, Wallace menyebut 'West Java' sebanyak dua kali.

Kemudian, ahli bahasa S. Coolsma menulis dengan khusus sebuah buku berjudul 'West Java' pada 1879 yang isinya membahas tentang pembagian pulau Jawa, yaitu 'West Java' dan 'Oost Java', dengan batas alami di Sungai Cilosari dan Sungai Citanduy.

Barulah nama 'West Java Provincie' diresmikan seiring dengan pembentukan wilayah ini menjadi daerah administratif provinsi, sesuai dengan Staatblad Nomor 378 tertanggal 14 Agustus 1925.

Orang kolonial secara formal mengenal wilayah ini sebagai 'West Java', sementara pribumi mengenalnya dengan nama Pasundan. Wilayah ini dibentuk sebagai provinsi sebagai janji Kolonial Belanda untuk memberikan hak otonomi bagi pemerintah Indonesia. Demikian menurut studi yang diunggah laman elib.unikom.ac.id.

Dari nama itulah, muncul nama Jawa Barat. Dan ketika Jepang menjajah (1942-1945), status provinsi itu sempat dihapuskan, akan tetapi diaktifkan kembali ketika Indonesia merdeka. Penetapan itu dilakukan melalui Sidang PPKI pada 19 Agustus 1945, yang menetapkan Jawa Barat sebagai salah satu dari delapan provinsi di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Delapan provinsi yang dimaksud adalah: Sumatera dengan gubernur Mr. Teuku Muhammad Hasan; Jawa Barat dengan gubernur Mas Sutardjo Kertohadikusumo; Jawa Tengah dengan gubernur Raden Panji Soeroso;

Jawa Timur dengan gubernur R.M.T. Ario Soerjo; Sunda Kecil dengan gubernur I Gusti Ketut Pudja; Kalimantan dengan gubernur Ir. Pangeran Muhammad Noor; Sulawesi dengan gubernur Dr. G.S.S. Jacob Ratulangi; dan Maluku dengan gubernur Mr. Johannes Latuharhary.

Hari Jadi Jawa Barat

Meski sejarah panjangnya sudah dimulai sejak 1945, penetapan hari jadi atau hari ulang tahun Provinsi Jawa Barat baru resmi disahkan 15 tahun lalu melalui Peraturan Daerah Nomor 26 Tahun 2010. Penetapan ini dilakukan setelah melalui kajian yang dimulai sejak 1989, dilanjutkan pada 2003, dan dirumuskan kembali pada pertengahan 2010.

(iqk/iqk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads