Suasana Kota Sukabumi berubah menjadi lautan manusia saat perayaan Cap Go Meh digelar dengan arak-arakan spektakuler. Tahun ini, sebanyak 36 kelompok barongsai tampil memukau, membawa warna dan semangat kebersamaan yang menghangatkan ribuan warga yang memadati sepanjang jalur pawai, Selasa (18/2/2025).
Sejak pukul 14.00 WIB, masyarakat mulai berdatangan ke kawasan Odeon Kampoeng Naga, Jalan Pajagalan, Kecamatan Warudoyong, Kota Sukabumi. Jalanan yang biasanya lengang kini dipenuhi lautan manusia yang menanti aksi barongsai dan liong.
Anak-anak duduk di bahu orang tua mereka, sementara para pedagang makanan dan cendera mata memanfaatkan momen ini untuk menjajakan dagangan mereka. Tak lama kemudian, dentuman tambur dan simbal menggema di udara, menandakan dimulainya arak-arakan.
Satu per satu, kelompok barongsai mulai melangkah dengan gerakan lincah dan penuh tenaga. Ada yang menari di tanah, ada pula yang melompat-lompat di tiang tinggi dengan keseimbangan yang luar biasa. Setiap gerakan barongsai mengundang tepuk tangan dan sorak-sorai penonton. Tak sedikit yang mengabadikan momen ini dengan kamera ponsel mereka.
Danni selaku salah satu panitia mengatakan, jumlah peserta tahun ini meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Setidaknya ada 36 kelompok barongsai yang memeriahkan perayaan Cap Go Meh.
"Kami sangat bersyukur dengan antusiasme yang luar biasa. Tahun ini ada 36 kelompok barongsai dari berbagai daerah, termasuk dari luar Sukabumi. Ini menunjukkan bahwa Cap Go Meh tetap menjadi bagian penting dari budaya kita," kata Danni kepada detikJabar, Selasa (18/2/2025).
Tak hanya barongsai, pawai ini juga dimeriahkan oleh atraksi liong atau naga raksasa yang meliuk-liuk mengikuti irama musik tradisional. Liong sepanjang 50 meter itu dikendalikan oleh puluhan pemain yang bekerja sama dengan harmonis. Keberadaan liong menambah kemegahan arak-arakan dan menjadi daya tarik utama bagi penonton.
Seorang warga, Yanti (32) mengaku sangat terhibur dengan acara tahun ini. "Saya selalu datang setiap tahun, dan setiap tahun selalu terasa lebih meriah. Tahun kemarin kan nggak ada ya," kata Yanti.
"Barongsainya keren-keren, terutama yang bisa melompat tinggi, itu luar biasa!," ujarnya penuh semangat.
Menurutnya, Cap Go Meh di Sukabumi benar-benar menjadi ajang perayaan budaya yang inklusif dan mengundang berbagai lapisan masyarakat untuk ikut serta. Perayaan Cap Go Meh bukan sekadar pesta tahunan, tetapi juga menjadi simbol persatuan dalam keberagaman.
Acara ini mempertemukan berbagai kalangan, dari etnis Tionghoa hingga masyarakat lokal lainnya, dalam satu perayaan yang penuh kegembiraan dan kebersamaan. Semangat gotong royong terlihat dalam setiap aspek acara, dari persiapan hingga pelaksanaan.
Dengan kemeriahan yang ditampilkan tahun ini, Cap Go Meh di Sukabumi kembali membuktikan bahwa budaya adalah jembatan yang menyatukan perbedaan. Perayaan ini bukan hanya hiburan, tetapi juga warisan yang terus dilestarikan dan dinikmati oleh berbagai generasi.
(iqk/iqk)