20 Tatarucingan Sunda Lengkap dengan Terjemah dan Penjelasannya

20 Tatarucingan Sunda Lengkap dengan Terjemah dan Penjelasannya

Dian Nugraha Ramdani - detikJabar
Rabu, 29 Jan 2025 12:00 WIB
Ilustrasi Kamus Bahasa Sunda.
Ilustrasi (Foto: Dian Nugraha Ramdani)
Bandung -

Bagaimana bahasa bekerja? Filsuf kelahiran Austria, Ludwig Wittgenstein punya penjelasan yang rileks dengan konsep Sprachspiel atau 'permainan bahasa'. Konsep ini menjelaskan di antaranya bagaimana kata-kata menjadi bermakna sesuai konteksnya.

Di Jawa Barat, ada 'permainan bahasa' yang benar-benar sebuah permainan, namanya Tatarucingan atau teka-teki Sunda. Tatarucingan ini adalah permainan bertanya dan menjawab.

Tetapi, dalam pertanyaan yang diajukan, penanya hanya memberikan klu (kunci), dan jawabannya harus diabstraksi sebaik mungkin yang berkaitan dengan klu itu. Kesamaan latar budaya akan memudahkan setiap pertanyaan terjawab.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebab, dalam hal tatarucingan, pertanyaan-pertanyaan yang digunakan semuanya bertautan dengan konteks kebudayaan Sunda. Kata-kata seperti jerami, tiwu, angkaribung, tidak akan 'nyambung' jika diterjemahkan ke dalam bahasa lain.

Seperti tarucing menggunakan kata 'jaram' (berarti baksil atau racun) yang kemudian menuntut jawaban 'jarami' (jerami padi). Misalnya pada tatarucingan 'Jaram naon anu ngeureut daging (jaram di sini tidak bisa diterjemahkan baksil, baksil apa yang suka memotong daging? Tidak akan ada jawabannya jika diterjemahkan). Jawabannya, jarami. Ya jerami padi yang tajam bisa menusuk daging.

ADVERTISEMENT

Contoh lain:

Tarucing : Aki-aki ragrag sila (kakek jatuh langsung bersila, apa?)

Jawab : Tai munding (kotoran kerbau).

Penjelasan: Pengertian kakek ialah orang yang sudah sangat tua, dan mendekati mati. Rumput yang dimakan kerbau dianggap cukup lama berada dalam perut kerbau, sudah tidak berguna lagi dan dibuang. Apabila kerbau berak, kotorannya itu jatuh bertumpuk, dan inilah yang disamakan dengan bersila.

Di bawah ini, detikJabar menghimpun Tatarucingan Sunda. Tatarucingan ini dikutip dari berbagai sumber, di antaranya buku "Tatarucingan (Teka-teki Sunda)" yang dikumpulkan Henry Tarigan dan Undang Misdan, terbitan Depdikbud RI (1978).

20 Tatarucingan Sunda dengan Arti dan Penjelasannya

1. Tarucing : Angka naon anu sok ngelek, ngajingjing, nyuhun? (Angka apa yang suka menggendong, menjingjing, menjungjung?)

Jawab : Angka ribung.

Penjelasan: Angkaribung, maksudnya repot segala dibawa. Tangan yang hanya dua dipakai membawa banyak barang, ada yang digendong, dijinjing, juga barang disimpan di atas kepala. Kerepotan itu di Sunda disebut angkaribung).

2. Tarucing : Asak hiji dua, diala, asak kabéh diantep (matang satu-dua, dipungut, masak semua dibiarkan?)

Jawab : Huis (uban).

Penjelasan: Buah-buahan itu kalau matang satu-dua buah, buru-buru dipetik, apalagi matang semua. Tapi kalau rambut beruban, satu-dua lembar ya dicabut saja, tapi jika putih semua, tidak mungkin dicabuti karena menyebabkan botak.

3. Tarucing : Diragap aya dilieuk euweuh (Diraba ada dilirik tiada).

Jawab : Ceuli (telinga).

Penjelasan: Coba saja raba telingan sendiri dengan tangan, tentu ada. Tapi kalau dilirik dengan mata sendiri, tanpa menggunakan cermin, tentu tidak akan terlihat. Jadi telinga itu dilihat tiada, tapi kalau diraba terasa.

4. Tarucing : Awak tilu, suku sapuluh, panon genep (badan tiga, kaki sepuluh, mata enam).

Jawab : Anu ngawuluku (yang sedang meluku)

Penjelasan: Ini konteksnya tentang tradisi pertanian di Sunda, di mana lahan sawah digemburkan kembali dan diratakan permukaan lumpurnya dengan memanfaatkan kerbau atau sapi. Badan tiga, yaitu orang yang memegang luku dan dua ekor kerbau atau sapi yang menarik luku. Maka jumlah kakinya adalah sepuluh. Dengan sendirinya pula jumlah matanya adalah enam.

5. Tarucing : Pung ka luhur, pung ka handap mawa awi dua (terbang ke atas, terbang ke bawah membawa bambu dua kerat).

Jawab : Langlayangan (layangan).

Penjelasan: Klu-nya adalah sesuatu yang terbang dengan bambu dua. Tiada lain adalah bambu itu rangka layangan yang terbang setelah dibalut kertas.

6. Tarucing : Awakna bodas, uratna hiji (badannya putih, uratnya satu).

Jawab : Peuyeum sampeu (tape singkong).

Penjelasan: Tapai atau tape yang terbuat dari singkong yang telah difermentasi dengan ragi punya tampilan berwarna putih, di tengah kudapan khas Jawa Barat itu ada seutas bagian seperti akar yang disebut 'urat'.

7. Tarucing : Kopeah hejo, baju bodas (kopiah hijau, baju putih).

Jawab : Toge (tauge).

Penjelasan: Tauge yang terbentuk dari kacang hijau yang berkecambah punya tampilan yang hijau di bagian kepala, dan kecambahnya warna putih. Ini seperti orang berpeci hijau dan berbaju putih.

8. Tarucing : Budak leutik make baju alus wae, lamun ditoel hiber (anak kecil selamanya memakai baju bagus, kalau disentuh terbang).

Jawab : Kukupu (Kupu-kupu).

Penjelasan: Kupu-kupu itu hewan kecil, diserupakan dengan anak-anak. Sayapnya yang indah selalu, diserupakan dengan baju bagus. Selamanya kupu-kupu itu indah, seperti anak yang selalu berbaju bagus. Tapi kalau dicolek, kupu-kupu akan terbang.

9. Tarucing : Budak leutik mamawa batere (anak kecil membawa senter).

Jawab : Cika-cika (kunang-kunang).

Penjelasan: Kunang-kucang hewan kecil diserupakan dengan anak kecil, tapi selalu membawa senter karena bagian belakan hewan itu menyala. Itulah Kunang-kunang.

10. Tarucing : Dahar tina beuteung ngising dina tonggong (makan dari perut, berak dari punggung).

Jawab : Sugu (ketam).

Penjelasan: Perkakasa menghaluskan kayu bernama ketam di Sundang disebur Sugu. Cara kerjanya: perut ketam ditempelkan pada kayu, kemudian digosokkan; maka serpihan kayu yang terbawa masuk ke dalam perut, dan ke luar dari punggung. Waktu masuk ke dalam dianggap makan, sedang waktu ke luar dari punggung dianggap berak.

11. Tarucing : Beuheungna dicapit, beuteungna ditincak (lehemya dijepit, perutnya diinjak).

Jawab : Gamparan (terompah kayu).

Penjelasan: Terompah dari kayu tidak memakai tali, tetapi supaya dapat dipakai berjalan, maka antara ibu jari kaki dengan telunjuk kaki ada sebangsa pasak yang dibentuk halus dan berkepala dan juga berleher, tempat jari menjepitnya. Sedangkan yang dimaksud dengan perutnya yaitu bagian terendah yang kena pada telapak kaki. Itulah sebabnya dikatakan bahwa perutnya diinjak.

12. Tarucing : Dibeuweung diutahkeun (dimamah/kunyah lalu dimuntahkan)

Jawab : Tiwu (tebu).

Penjelasan: Ya demikianlah cara menikmati tebu, yaitu dengan dikunyah dan sarinya diminum. Tetapi tebu yang keras itu tidak mungkin ditelan, maka dimuntahkan. Cara makan tebu di Sunda.

13. Tarucing : Buah dina tangkal, tangkal dina buah (buah pada pohon, pohon pada buah).

Jawab : Ganas (nanas).

Penjelasan: Buah biasanya ada pada pohon atau pada ranting. Tetapi nanas buah tunggal, dan buahnya itu merupakan kelanjutan dari batang. Karena itu fungsi batang untuk menyangga buah. Dan di ujung buah itu terdapat lagi bakal pohon.

14. Tarucing : Poe naon anu cagakan? (Jemuran apa yang bercabang?)

Jawab : Calana panjang (celana panjang).

Penjelasan: Pertanyaan di atas menimbulkan bermacam-macam tafsiran. Si penjawab akan menjawab aneka macam makanan yang biasa dijemur. Kalau demikian sulit menemui jawaban yang dituju Si penanya. Sebenarnya yang bercabang adalah celana (panjang). Maka kalau celana (panjang) dicuci kemudian dijemur akan terlihat bercabang.

15. Tarucing : Nuar cau kudu nu kumaha? (menebang pisang harus yang bagaimana?)

Jawaban : Nu nangtung (yang tegak).

Penjelasan: Dengan pertanyaan di atas akan timbul asosiasi bahwa pisang bisa di tebang apabila sudah tua. Tetapi yang dimaksud dengan yang harus ditebang tentulah yang berdiri tegak, karena kalau tidak demikian tak usah ditebang, hanya tinggal mengambil saja.

16. Tarucing : Dicangcang ku nu boga lulumpatan, dileupaskeun cicing (diikat oleh si pemilik lari, dilepaskan diam).

Jawab : Sapatu (sepatu).

Penjelasan: Kalau pakai sepatu, yang bertali si pemakai perlu mengikatkan dahulu, kemudian ke mana ia berjalan sepatu itu turut terbawa. Itulah yang dimaksud dengan lari-lari. Tepi sebaliknya, kalau talinya dilepaskan, ya berarti sepatu itu dicopot dari kaki pemakainya.

17. Tarucing : Diasupkeun heuras, dikaluarkeun leuleus, bijil cai ngeungeunahna (Dimasukkan keras, dikeluarkan lunak, keluar air kenikmatan).

Jawab : Tiwu (tebu).

Penjelasan: Setelah dikupas tebu bisa dimakan. Waktu dimasukkan ke dalam mulut keras sekali. Setelah dikunyah tinggal ampasnya, menjadi lunak. Air tebu itu manis dan enak. Karena itu dikatakan keluar airnya enak.

18. Tarucing : lndung nyembah ka anak (ibu menyembah kepada anak).

Jawab : Teko jeung cangkir (teko dengan cangkirnya).

Penjelasan: Teko adalah tempat menyimpan air minum. Kalau orang hendak minum maka isinya dituang dulu ke dalam cangkir. Pada saat menuangkan itu teko harus ditunggingkan seolah-olah sang teko (ibu) menyembah/menghormat kepada sang cangkir (anak).

19. Tarucing : Budak leutik tunggu imah? (Anak kecil menunggui rumah?)

Jawab : Tulak (palang pintu).

Penjelasan: Palang pintu bentuknya kecil, diserupakan dengan anak kecil yang menjaga rumah, karena tulak berfumgsi untuk mengunci pintu agar pintu tidak terbuka sembarangan.

20. Tarucing : Sirah botak loba kutu (kepala botak banyak kutu?)

Jawab : Onde-onde (kudapan onde-onde).

Penjelasan: Ya, taburan biji wijen yang dilumurkan pada adonan onde membuatnya bintik-bintik ketika matang. Itu seperti kutu pada kepala botak.

(iqk/iqk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads