Tradisi Memitu, Syukuran Ibu Hamil 7 Bulan yang Masih Dilestarikan di Indramayu

Tradisi Memitu, Syukuran Ibu Hamil 7 Bulan yang Masih Dilestarikan di Indramayu

Sudedi Rasmadi - detikJabar
Senin, 23 Sep 2024 16:31 WIB
Prosesi Memitu bagi ibu hamil yang kandungannya berusia 7 bulan di Kabupaten Indramayu
Prosesi Memitu bagi ibu hamil yang kandungannya berusia 7 bulan di Kabupaten Indramayu (Foto: Sudedi Rasmadi/detikJabar)
Indramayu -

Adat istiadat dalam rangka syukuran ibu hamil di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat tetap dilestarikan. Termasuk upacara Memitu untuk ibu hamil yang memiliki usia kandungan 7 bulan.

Seperti di Desa Kedokanbunder Wetan, Kecamatan Kedokan Bunder, Kabupaten Indramayu, Minggu (22/9/2024). Keluarga pasangan muda itu terlihat sibuk mempersiapkan kebutuhan selama prosesi Memitu.

Tak hanya hidangan makanan, pihak keluarga dari pasangan Gustiana Purnama Setia Budi dan Ropisa itu turut menyiapkan berbagai persiapan yang wajib disediakan selama prosesi memitu. Mulai dari aneka bunga, kelapa muda kuning. Biasanya, segala persyaratan yang disiapkan mengandung unsur angka tujuh.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Iya biasanya ambil dari angka tujuh di usia kehamilan 7 bulannya. Misal tanggal 7 atau 17 bisa juga tanggal 27 yang penting ada angka tujuh," kata Orang tua pasangan muda, Kulsum.

Memitu dilakukan sejak pagi hari. Dalam upacara itu diawali dengan tahlil atau doa bersama oleh masyarakat yang dipimpin tokoh ulama setempat.

ADVERTISEMENT

Setelah itu, barulah ibu hamil Ropisa yang sudah bersolek, duduk di kursi sebelum dimandikan dengan air kembang. Ia duduk sambil memangku satu buah kelapa muda kuning yang sudah bertuliskan doa (sebagian lainnya bergambar wayang).

Dengan gayung ditangannya, Gustiana sebagai suaminya, mengawali pemandian itu dengan menyiramkan satu gayung air kembang ke atas kepala istrinya. Setelah selesai, ibu hamil itu kemudian menjatuhkan kelapa muda yang dipangkunya.

Upacara itu dilakukan bergantian oleh sanak saudara dan kiai secara berturut-turut sebanyak 7 kali. Sebagai tandanya, keluarga menyiapkan 7 lembar kain tapi untuk menutupi ibu hamil tersebut setiap satu kali penyiraman.

"Minimal 7 kali, tapi kalau banyak saudara yang mau ikut memandikan dan mendoakan biasanya lebih," ujarnya.

Momen seru lainnya terjadi saat penyiraman air bungan ke-7. Gustiana sebagai suami pun bersiap mengangkat kendil yang berisikan kembang tujuh rupa serta bunga pohon jambe yang wajib ada.

Di siraman ke tujuh, kendil itu langsung diangkat dilarikan ke arah perempatan jalan terdekat. Langkah cepat yang dilakukan olah Gustiana sebagai suami seraya diikuti oleh beberapa warga.

Praakk!!, setelah kendil itu pecah, banyak warga yang berebut setiap keping koin uang yang ada didalamnya. "Dapat berapa? Kita cuma dapat Rp5 ribu," riuh ibu-ibu yang turut berebut uang koin.

Diakui Kulsum, adat itu sudah dilakukan sejak turun temurun. Terutama bagi pasangan muda atau salah satu suami atau istrinya yang menikah saat menyandang status perjaka atau perawan.

"Iya kehamilan pertama aja. Misal suaminya atau istrinya yang menikahnya masih bujang itu harus ada Memitu kalau kehamilannya sudah 7 bulan(usia)," kata Kulsum.

"Harapannya biar lengser persalinannya, selamat semua untuk ibu dan bayinya. Dan mudah-mudahan diberikan anak yang soleh dan soleha," ucapnya.




(tya/tey)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads