Babasan Sunda, Asal-usul hingga Contohnya

Babasan Sunda, Asal-usul hingga Contohnya

Dian Nugraha Ramdani - detikJabar
Selasa, 25 Jun 2024 06:00 WIB
Ilustrasi kata bahasa Sunda dalam KBBI.
Ilustrasi. (Foto: Istimewa)
Bandung -

Di dalam tradisi lisan Sunda, ada yang dinamakan babasan. Babasan Sunda sering diucapkan orang-orang Sunda untuk mengumpamakan sebuah situasi, sikap, atau perbuatan seseorang.

Kata babasan menurut Kamus Sundadigi adalah bentuk ringkas dari "babasaan". Yaitu, bahasa yang dipakai untuk mengumpamakan sesuatu, seperti, ibarat, dan umpamanya.

Dalam studi berjudul "Pemanfaatan Nilai-nilai Kepribadian pada Babasan untuk Praremaja" yang diterbitkan pada situs Universitas Komputer Indonesia (Unikom), disebutkan "babasan merupakan ungkapan tradisional, salah satu kekayaan tradisi lisan nusantara yang dimiliki oleh suku Sunda."

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lebih lanjut, studi tersebut mengungkapkan penyebaran dan pewarisan tradisi itu dilakukan secara lisan, yakni dari mulut ke mulut. Waktu pewarisan bahkan kelahiran babasan Sunda tidak dapat terdeteksi baik itu dari siapa dan kapan, sehingga ungkapan tradisional ini disebut anonim.

Pengertian Babasan Sunda

Para ahli bahasa menyebutkan bahwa babasan dalam bahasa Sunda termasuk ke dalam jenis peribahasa. Studi berjudul "Pemanfaatan Nilai-nilai Kepribadian pada Babasan untuk Praremaja" mengutip penegasan itu, yakni pernyataan Soetarno dalam Soekatman (2009).

ADVERTISEMENT

Peribahasa sendiri dapat digolongkan menjadi tujuh jenis, yaitu (1) ungkapan, (2) peribahasa, (3) pepatah, (4) ibatar, (5) tamsil, (6) hadis Melayu, (7) pemeo.

"Menurut R. Satjadibrata (dikutip dari Ajip Rosidi, 2005) dalam Kamus Basa Sunda 1954, babasan atau paribasa adalah susunan kata yang artinya tidak sama dengan arti sewajarnya, namun tuturannya telah disepakati bersama." tulis studi itu.

Studi itu juga mengutip pendapat Ajip Rosidi (2005), bahwa babasan maupun Paribasa merupakan kekayaan batin orang Sunda. Namun banyak sekali Orang Sunda yang tidak tahu mengenai makna sebenarnya dari babasan atau paribasa yang ditujukan oleh penyampai pesan kepada komunikan. Babasan bagi orang Sunda dapat menjadi pegangan bagi yang ingin memiliki referensi mengenai bahasanya, terutama bagi orang Sunda yang saat ini semakin jauh dari bahasa aslinya."

Asal-usul Babasan Sunda

Yayat Hendayana dari Universitas Pasundan dalam jurnal berjudul "Teks dan Konteks dalam Jejak Budaya Takbenda Studi Kasus: Babasan dan Paribasa Sunda" menyebutkan bahwa babasan (perumpamaan) dan paribasa (peribahasa) dalam bahasa Sunda, merupakan warisan budaya takbenda yang masih tetap hidup dan digunakan oleh masyarakat Sunda hingga saat ini.

Menurut jurnal tersebut, Bahasa Sunda termasuk rumpun bahasa-bahasa Austronesia. Erat hubungannya dengan rumpun bahasa Austro-Asia. Keduanya disebut sebagai rumpun bahasa Austris.

"Bahasa Sunda merupakan anggota dari keluarga bahasa yang besar dan penting sekali di dunia. Bahasa Sunda mengenal tiga tahapan perkembangan, yaitu bahasa Sunda Buhun (kuno), bahasa Sunda Klasik (peralihan) dan bahasa Sunda Kiwari (Masa Kini), yaitu bahasa Sunda yang mulai digunakan sejak tahun 1900-an, ketika kolonialisme Belanda mulai melancarkan politik balas budi (politik etis)," tulis jurnal itu.

Dalam perkembangan bahasa itu pula, muncul babasan (perumpamaan) dan peribahasa, yang masih digunakan hingga kini. Yayat Hendayana menggaris bawahi bahwa babasan dan paribasa tersebut merupakan "teks" yang diciptakan oleh para leluhur Sunda.

Dengan demikian, "teks" akan memiliki fungsi yang berbeda ketika konteksnya berubah.

"Perumpamaan (babasan) dan peribahasa (paribasa) merupakan produk yang dihasilkan dari penggunaan bahasa. Perumpamaan dan peribahasa merupakan hasil kreasi para leluhur pengguna bahasa tersebut. Para penutur bahasa Sunda melahirkan perumpamaan dan peribahasa dalam bahasa Sunda," tulisnya.

Contoh Babasan Sunda Lengkap dengan Artinya

1. Abong biwir teu diwengku

Artinya: Mentang-mentang bibir tidak dianyam (maksudnya orang sering berkata seenaknya, seperti tidak dipikir dahulu akan enak didengar atau tidak).

2. Hirup katungkul ku pati

Artinya: Hidup tertunduk oleh kematian (maksudnya, hidup sepanjang apapun akan berujung kematian).

3. Nya di hurang nya di keuyeup

Artinya: Ada pada udang, ada pada kepiting (maksudnya, rasa kemanusiaan tidak hanya lahir dari golongan orang kaya, tetapi juga pada golongan jelata).

4. Munding dicekel dadungna

Artinya: Kerbau yang dicocok hidungnya (maksudnya, manusia harus menepati janjinya).

5. Henteu unggut kalinduan, henteu gedag kaainginan

Artinya: Tidak goyah, seperti pangkal pohon yang kuat. Tidak bergoyang dihempas angin.

(orb/orb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads