Rumah Kampung Naga merupakan salah satu warisan budaya Indonesia yang kaya akan nilai sejarah dan tradisi. Bentuk rumahnya begitu unik dan dibangun dengan arsitektur yang ramah lingkungan.
Kampung naga sendiri berada di lembah dengan ketinggian 488 mdpl. Pemandangan yang dapat disaksikan dari kampung ini di antaranya yaitu pesawahan, empang, bukit, sungai, hingga hutan. Yuk, ketahui lebih lanjut mengenai Rumah Kampung Naga!
Mengenal Rumah Kampung Naga
![]() |
Kampung naga adalah suatu pemukiman yang sangat memegang kuat adat istiadat leluhurnya, yaitu adat Sunda. Menurut liputan detikJabar sebelumnya, nama Naga sendiri berasal dari lokasi daerah yang ada di bawah bukit atau di lembah bukit.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seringkali, tempat semacam ini disebut sebagai 'dina gawir' oleh orang Sunda. 'Dina' merujuk pada makna tempat dan' gawir' artinya lembah atau jurang. Namun, orang Sunda menyebutnya 'na gawir' dan disingkat menjadi 'Naga'.
Mengutip laman repository Kemdikbud, Bangunan rumahnya memiliki bentuk yang tidak jauh berbeda satu sama lain. Rumah-rumah di kampung Naga dibangun di atas permukaan tanah yang berbentuk bangunan panggung. Ada yang berhadapan, ada yang saling membelakangi. Semua rumah dan bangunan di Kampung Naga dibangun mengarah ke Sungai Ciwulan.
Salah satu aturan yang berlaku di rumah Kampung Naga adalah jumlah rumah yang tidak boleh bertambah. Semuanya ada 112 bangunan termasuk masjid, balai pertemuan, dan Bumi Ageung.
Uniknya, rumah-rumah di Kampung Naga dikenal tahan gempa. Mengutip jurnal berjudul Model Rumah Panggung Masyarakat Kampung Naga Sebagai Bentuk Kearifan Lokal dalam Mengurangi Risiko Bencana Gempa Bumi oleh Sofia Anggita dkk, pada tahun 2009 silam wilayah Tasikmalaya mengalami guncangan gempa bumi 7,2 SR. Tapi, semua rumah bisa tahan guncangan gempa, sehingga tidak terdampak kerusakan.
Berdasarkan penelitian Wiradimajda, berbagai bangunan adat yang ada di Kampung Naga tak hanya berfungsi untuk melestarikan budaya Sunda, tapi juga pelindung dari bencana gempa bumi, banjir, serta tanah longsor.
Hal ini disebabkan karena konstruksi rumah adat di Kampung Naga merupakan rumah tinggal yang tahan gempa. Sistem pondasinya dibuat dari tumpukan batu tanpa semen, sehingga air bisa meresap ke dalam tanah jika turun hujan.
Arsitektur Rumah Kampung Naga
Bentuk rumah di Kampung naga termasuk dalam jenis rumah panggung dengan ketinggian kira-kira 60 cm dari tanah. Lantainya terbuat dari palupuh (bambu), sedangkan dindingnya dari bilik bambu yang disebut dengan bilik.
Jenis anyaman dindingnya terdiri dari anyaman kepang, anyaman sasag, dan anyaman kandang jaga. Kendati demikian, anyaman sasag lebih banyak dipakai, sebab menurut masyarakat setempat lebih awet, lebih kuat, dan tahan dibandingkan dengan bentuk anyaman lainnya.
Fungsi kolong rumahnya yaitu sebagai pengatur suhu dan kelembaban, serta untuk kandang ternak, ayam, itik, atau tempat menyimpan kayu bakar. Umumnya, rumah ini dibangun dari kerangka kayu yang diperkuat dengan pasak kayu, bambu, dan paku. Sementara, tiang-tiang penahan rumah dialasi dengan batu yang disebut tatapakan.
Atap rumahnya tampak seperti segitiga dari arah muka dan belakang. Bentuk ini memiliki ciri khas yang disebut susuhunan julang ngapak jolopong atau bentuk atap panjang pada satu atau kedua sisinya.
Pada ujung atap arah timur dan barat yang merupakan pertemuan antara kedua belah atap, biasanya dipasang gelang-gelang yang erbuat dari bahan bambu dan kayu yang dibungkus ijuk. Bagian ini disebut dengan Cagak Gunting.
Rumah-rumah tradisional di Kampung Naga harus memanjang dari arah timur-barat. Sementara, pintu rumah harus menghadap ke arah utara atau selatan.
Fungsi Rumah Kampung Naga
Rumah dalam upacara masyarakat Kampung Naga mempunyai fungsi sosial, ekonomis, dan kultural. Sehingga, segala sesuatu yang berhubungan dengan rumah dianggap sangat sakral.
Bagian Depan
Bagian depan rumah disebut tepas atau hareup. Tempat ini diperuntukkan untuk menerima tamu kaum pria, tapi bukan larangan bagi kaum wanita.
Bagian Tengah
Ruang tengah yang disebut dengan tengah rumah merupakan ruang netral yang digunakan oleh semua anggota keluarga. Ruang ini juga dipakai unuk kegiatan selamatan atau pertemuan. Selain itu, di ruangan tengah juga terdapat kamar tidur yang disebut dengan pangkeh enggon.
Bagian Belakang
Bagian Belakang adalah dapur yang merupakan area perempuan. Laki-laki tidak boleh melakukan pekerjaan apapun di area ini.
Di dapur terdapat daerah sakral, yaitu goah atau padaringan. Laki-laki dilarang masuk area ini, sebab goah yang merupakan tempat untuk menyimpan padi atau beras menurut kepercayaan warga merupakan penjelmaan Dewi Sri atau Dewi Padi. Sebagai penghormatan, di area ini juga diadakan sesajen yang dilakukan oleh perempuan.
Lokasi
Kampung Naga berada di Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya Jawa Barat. Lokasinya tidak jauh dari jalan raya yang menghubungkan daerah Garut dan Tasikmalaya. Jaraknya sekitar 32 km dari kota Tasikmalaya dan 25 km dari Kota Garut.
Itulah informasi mengenai Rumah Kampung Naga di Tasikmalaya. Kamu tertarik untuk mengunjungi rumah adat yang unik ini?
(elk/row)