Padi yang menjadi beras, lalu beras ditanak menjadi nasi, merupakan makanan utama bagi orang Sunda. Jika orang Sunda sudah menyantap lontong, bala-bala, bugis, kupat tahu, dan lainnya dalam suatu saat, semua itu belum dikatakan "makan", jika belum ada nasi yang disantap.
Tidak ada yang dapat menggantikan posisi padi. Meski orang Sunda menanam umbi-umbian sebagai bahan makanan, umbi-umbian hanya menempati posisi kedua.
Sebab padi yang paling utama, orang Sunda buhun (dahulu) menanam padi tidak sembarangan. Melainkan ada sejumlah upacara adat dalam menanam tumbuhan yang dipercaya sebagai titipan dari Kahyangan itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Wawacan Sulanjana, Mitologi Padi Orang Sunda |
Upacara itu tidak begitu saja ada dalam kebudayaan Sunda, melainkan berbasis pada kepercayaan masyarakat Sunda terhadap asal-muasal padi. Mitologi Sunda tentang padi menyebutkan bahwa padi berasal dari jasad Dewi Sri atau Nyai Pohaci Dangdayang Sri. Upacara adat dalam menanam padi adalah bentuk penghormatan kepada Nyai Pohaci itu.
Dalam pelaksanaan upacara adat itu, tentu ada beragam istilah pertanian padi dari tebar hingga panen. Orang-orang Sunda buhun juga tidak semuanya hafal istilah itu, melainkan ada tetua yang ahli yang disebut Wali Puhun yang lebih hafal dan menjadi pemimpin upacara.
Di bawah ini, detikJabar merangkum 10 istilah pertanian padi Sunda buhun yang kini di tanah Pasundan sendiri sudah jarang ditemui. Istilah-istilah ini diambil dari penjabaran R Akip Prawira Soeganda tentang adat pertanian padi dalam buku berjudul "Upacara Adat di Pasundan" (1980).
Mitologi Padi Orang Sunda
Mitologi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ilmu tentang bentuk sastra yang mengandung konsepsi dan dongeng suci mengenai kehidupan dewa dan makhluk halus dalam suatu kebudayaan. Mitologi padi orang Sunda, tentu saja berkaitan dengan dewa-dewi.
Padi di Sunda, sebagaimana terceritakan dalam Wawacan Sulanjana, muasalnya tumbuh dari jasad Dewi Sri. Dewi Sri dibuat wafat karena khawatir Batara Guru, penguasa para dewata di Kahyangan akan mengawininya, sebab sejak bayi, Dewi Sri disusui oleh istri Batara Guru.
Dewi Sri dikubur, maka dari jasadnya tumbuhlah tetumbuhan yang kini ditemukan di alam dunia. Dari arah kepalanya tumbuh pohon kelapa, dari matanya keluar padi, dan seterusnya.
Padi itulah yang menjadi makanan utama orang Sunda hingga saat ini. Sementara Sulanjana, dalam Wawacan Sulanjana, adalah titisan Batara Guru ketika dia menjatuhkan cahaya saat melihat kecantikan Dewi Sri. Sulanjana diperintahkan untuk memulihkan padi dari kerusakan yang dilakukan oleh Dempu Awang terhadap padi-padi di Pakuan.
Dempu Awang memang datang dari luar Pakuan, dia ingin membeli padi dari Pakuan tapi ditolak Siliwangi. Sebab, padi itu diyakini bukanlah milik orang Sunda di Pakuan melainkan sebatas titipan dari kahyangan. Dempu Awang tersinggung dan mengamuk merusak tanaman-tanaman padi. Sulanjana dan beberapa tokoh lainnya berhasil memulihkan kembali padi.
10 Istilah Pertanian Padi Sunda Buhun
![]() |
1. Pabinihan
Pabinihan adalah persemaian, tempat benih ditebar. Pabinihan berupa petakan sawah yang ukurannya kecil, namun harus berada di hulu-wotan atau sawah paling atas tempat air mulai mengalir. Maksudnya di pabinihan di tempat ini adalah agar tidak kekurangan air.
Benih sendiri merupakan gabah padi khusus yang sudah direndam dengan air, kemudian diirik atau dimasukkan ke dalam karung untuk diinjak-injak agar kulit gabahnya mengelupas.
Namun, sebelum benih ditebar, orang Sunda buhun selalu mengadakan kenduri pada malam harinya. Kenduri itu isinya selamatan, berdoa bersama dengan cara mengundang para tetangga.
2. Sumihung
Benih padi yang telah disiapkan, keesokan harinya ditebar pada petakan yang sudah dibuat jauh-jauh hari, yaitu yang di paling atas tempat air mengalir. Benih padi ditebar. Bukan tanpa upacara, Wali Puhun (pemimpin upacara adat padi) turut hadir di Pabinihan, lalu menyalakan kemenyan pada tempat sesajian yang telah disiapkan pesawah.
Tebaran benih dilakukan dengan merata. Setelah 7 hari tebar, benih itu akan bertunas seperti siung. Kondisi seperti siung ini dalam bahasa Sunda disebut sumihung.
"Sumihung artinya keadaannya seperti siung; kira-kira 20 hari lamanya dikatakan orang: bubuni tikukur, artinya apabila ada burung tekukur bersembunyi di situ tidak kelihatan; sampai umurnya benih itu 40 hari lalu dibabut, yaitu dicabut akan disebarkan untuk ditanamkan di kotakan lain-lain," tulis R Akip Prawira Soeganda.
3. Tandur
Benih yang telah dicabuti dibuatkan ikatan. Satu ikat benih isinya lima kepal benih cabutan. Benih yang sudah diikat itu lalu ditebarkan pada petakan sawah yang akan ditanami. Menanam pada petakan sawah dinamakan tandur.
Sebagaimana mitembeyan (memulai) menanam benih, mitembeyan tandur pun didahului dengan upacara adat. Yaitu, pada malam hari sebelum esok pagi tandur, ada kenduri di rumah pemilik sawah. Begitupun esok paginya ketika para petani telah siap tandur, didahului dengan doa yang dirapalkan Wali Puhun.
"Sebelum benih ditanamkan, dibaca mantera dahulu, maksudnya mantera itu memberi tahu kepada Nini Kinayan Tani dan Aki Kinayan Tani (yakni orang halus yang dipandang akan melindungi tanaman padi) bahwa Nyi Pohaci akan ditanamkan di atas bumi bernama: Nyi Mas Bumi Siti Pertiwi, minta berkah selamat," tulis R Akip Prawira Soeganda.
Bagi orang Sunda buhun, Nyi Pohaci bukan sebatas tempat padi bermula, tetapi padi itu sendiri disebut Nyi Pohaci.
4. Ngabedug
Bedug adalah beduk. Tetabuhan yang biasanya dibunyikan ketika waktu azan untuk salat wajib telah tiba. Dahulu kala tidak ada pengeras suara, maka untuk menjangkau orang-orang yang jauh, dibunyikanlah bedug.
Bunyi bedug juga menjadi pertanda waktu kerja dalam tradisi pertanian padi di Sunda. Ngabedug berarti bekerja di sawah dari pagi hingga waktu zuhur tiba, di mana bedug berbunyi. Orang yang tandur bekerja dalam sistem ngabedug.
"Cara ngabedug ini sesungguhnya belum lama. Sebab dahulu waktu orang mengerjakan sawah selamanya tolong-menolong tidak dengan upah, hanya sekedar diberi makan saja. Tetapi sesudah ada aturan di kota-kota segala main upah saja, karena kuatnya pengaruh barat, maka diturut pula oleh orang-orang dusun," tulis R. Akip
5. Lilir
Lilir atau bangun, yaitu kondisi padi yang baru ditanam pada petakan sawah. Biasanya, padi dikatakan lilir ketika terlihat segar setelah sepekan dari tandur.
Setelah 20 hari, padi di petakan sawah dikatakan "gumunda" karena warna daun padi hijaunya seperti daun gunda. Dalam pada ini, rumput-rumput juga mulai bertumbuhan dan harus disiangi. Rumput baru akan disiangi pada hari ke-30 dari masa tandur.
6. Ngarambet
Menyiangi rumput pada petakan padi yang baru 30 hari dari masa tandur dinamakan Ngarambet. Ngarambet umumnya aktivitas menyiangi dengan tangan. Yaitu, rumput-rumput yang tumbuh di sekitar padi diambili dengan tangan. Rumputnya tidak susah dicabut sebab ia tumbuh pada lumpur.
Sawah "dirambet" dua kali. Ngarambet ngabaladah berarti penyiangan untuk pertama kali, yaitu ketika padi berumur 30 hari sejak tandur. Rumput akan tumbuh lagi, yang mengharuskan pada hari ke-50 dilakukan Ngarambet mindo, atau penyiangan kedua.
Setelah dua kali rambet, dikatakan tidak ada lagi rumput yang benar-benar mengganggu, sehingga padi tumbuh dengan baik, dengan subur.
6. Nyiram
Nyiram adalah mengidam. Dalam masa pertumbuhan padi, ada masa di mana padi dikatakan mengidam. Seperti perempuan hendak hamil, maka demikian padi ketika akan berbulir.
Mengidam atau nyiram terjadi ketika umur padi mencapai 70 hari. Para pemilik sawah menurut adat Sunda buhun, biasanya memperlakukan padi seperti kepada perempuan hamil. Yaitu, menyediakan bebuahan yang masam yang dipadukan menjadi rujak.
Yang lumrah adalah rujak bebek (tumbuk). Rujak itu kemudian disimpan pada aliran air yang masuk ke petakan sawah tersebut. Dari sejak dikatakan mengidam itu, pemilik sawah begitu hati-hati memperlakukan padi. Tak henti dia menjaga tingkah laku supaya keselamatan untuk padi yang sedang mengidam itu. Tak jarang padi yang merumbai ke pematang diperciki air sambil didoakan.
7. Bebegig
Kini, padi mulai berbuah dan hari demi hari, bulir-bulir padi menuju kematangannya. Pemilik sawah dengan telaten memanjatkan doa, membaca ayat-ayat Al-Quran yang dengan itu diharapkan tidak ada hama, dan menjaga padi dari serangan burung-burung.
Jika kebetulan pemilik sawah ada perlu, disuruhnyalah anaknya untuk menunggui padi di sawah. Terkadang, dibuatkan bebegig atau orang-orangan sawah yang digunakan untuk menghalau burung-burung hinggap di batang padi.
Bebegig dibuat beragam kreasi, namun nyatanya semirip mungkin dengan penampilan petani. Yaitu, menggunakan dudukuy (topi dari bambu).
8. Beuneur
Beuneur adalah lebat. Namun, lebih tepatnya lebat dalam isinya, bukan lebat seperti kelihatannya. Ada pula padi itu sepertinya lebat, tapi setelah dijemur dan dibuang cangkangnya ternyata hasilnya sedikit.
Ada cara adat Sunda buhun untuk membuat padi beuneur. Yaitu ketika akan dipanen, pemilik sawah mengelilingi petakan sawah sambil berdoa dan menabur-naburkan beunyeur atau beras yang pecah-pecah ke arah padi.
Cara ini dipercaya menjadikan padi yang esok akan dipanen menghasilkan beras yang melimpah.
9. Cerita Sulanjana
Malam hari sebelum panen, ada kenduri lagi. Yaitu, kenduri khusus panen di mana isinya yang utama adalah permintaan maaf sebab Nyi Pohaci (padi) akan dipotong. Pemilik sawah dan yang akan bekerja berdoa agar panen itu tidak menimbulkan celaka.
Di dalam kenduri tersebut, biasanya dibacakan cerita tentang Sulanjana, yang sebetulnya adalah Wawacan Sulanjana. Sulanjana adalah salah satu utusan Kahyangan yang bertugas menyembuhkan padi dari kerusakan.
10. Panen
Sampailah pada waktu panen. Dalam panen padi, ditemukan sejumlah istilah yang maknanya sama yaitu memotong. Di antara yang maknanya sama dengan panen adalah kata "Nyalin" dan "Dibuat". Dalam tradisi Sunda buhun, memanen padi biasanya dilakukan dengan menggunakan etem (ketam). Yaitu, dengan memotong bagian atas batang padi saja.
Padi yang telah diketam dan banyaknya satu genggaman penuh dinamakan satu pocong. Pocong berarti kepalan atau genggaman. Setelah panen selesai, padi diangin-anginkan supaya kering untuk selanjutnya disimpan di leuit atau lumbung padi.
(iqk/iqk)