Prasasti Batu Kujang di Sukabumi yang Pikat Wisatawan Belanda-Kanada

Prasasti Batu Kujang di Sukabumi yang Pikat Wisatawan Belanda-Kanada

Siti Fatimah - detikJabar
Selasa, 19 Mar 2024 12:00 WIB
Museum Prabu Siliwangi di Sukabumi
Potret santri di depan etalase batu kujang (Foto: Siti Fatimah/detikJabar)
Sukabumi -

Kujang adalah salah satu senjata tradisional asal Jawa Barat yang paling tersohor. Kujang di wilayah Pasundan merupakan sebuah senjata yang memiliki nilai.

Terkadang, senjata yang berkembang dan berevolusi di tanah Pasundan ini berfungsi sebagai medium mistik, simbol status, jimat, atau piandel. Selain sebagai pemenuhan kebutuhan ritual, Kujang juga melengkapi nilai-nilai budaya Sunda pada zaman itu.

Di zaman Kerajaan Pajajaran atau sekitar tahun 1170, Kujang didesain oleh para Empu tersohor seperti Mpu Windu Sarpo, Mercukunda, dan Ramayadi. Bentuk kujang pun tak terhitung jumlahnya, namun di Sukabumi ada 13 buah prasasti batu yang masing-masing menunjukkan gambar 10 jenis kujang sehingga total ada 130 gambar kujang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Batu kujang itu tersimpan di Museum Prabu Siliwangi. Lokasinya berada di dalam kawasan Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath, Karang Tengah, Gunungpuyuh, Kota Sukabumi.

Gambar bentuk rupa kujang ini sebagai acuan bagi para perajin kujang pada zaman kerajaan Pakuan Padjadjaran. Pusaka kujang memiliki tiga warna yaitu putih yang melambangkan kesucian, hitam melambangkan kekuatan dan kuning melambangkan kesetiaan.

ADVERTISEMENT
Museum Prabu Siliwangi di SukabumiMuseum Prabu Siliwangi di Sukabumi Foto: Siti Fatimah/detikJabar

Pendiri sekaligus pimpinan Ponpes Dzikir Al-Fath KH Fajar Laksana merupakan keturunan ke-17 Prabu Siliwangi. Prasasti batu kujang itu ia dapat secara turun temurun dari keluarganya.

"Ada peninggalan benda-benda dari zaman Padjajaran yang diwariskan kepada kami. Utamanya ada batu bergambarkan kujang, ada 130 gambar kujang di atas batu yang sudah terukir dengan tulisan berbagai macam bentuk rupa kujang," kata Fajar kepada detikJabar, Senin (18/3/2024).

Selain ada prasasti batu kujang, dia juga menyimpan kitab yang menjelaskan filosofi dari tiap-tiap bentuk kujang. Dengan adanya koleksi itu, pihaknya telah mengajukan agar ada penelitian kepada Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN).

"Kami juga diwarisi kitabnya, kitab bentuk rupa kujang yang ada di museum. Dengan nama yang unik-unik dan dijelaskan filosofi masing-masing kujang itu. Yang terkumpul di kita 130 bentuk, mungkin lebih banyak dari itu," ujarnya.

"Butuh penelitian, memancing para peneliti untuk melihat, membandingkan bentuk-bentuknya seperti apa. Ada kitabnya namanya kitab Sekar Sunda, menggambarkan kujang yang ada di batu tadi," sambungnya.

Meski ukuran museum Prabu Siliwangi tak sebesar museum lainnya, namun koleksi-koleksi di sana memantik minat para wisatawan asal mancanegara. Dia pernah menerima kunjungan wisatawan asal Belanda hingga Kanada.

"Ada dari Kanada yang ingin melihat batu kujang. Tapi dia bukan penelitian hanya observasi, membandingkan. Kedua dari Belanda, rombongan, bahkan dia belajar tentang bagaimana menjamah keris," kata Fajar.

Tak hanya tertarik pada kujang saja, ternyata mereka juga mendalami tentang cara memelihara keris. Menurutnya, beberapa warga Belanda ada yang mewarisi keris.

"Mereka ternyata ada komunitasnya, sering melakukan penelitian. Menginap di sini belajar bagaimana membersihkan keris. Karena di Belanda punya keris, terwariskan oleh warga Belanda yang keturunan Indonesia," ucapnya.

"Kemarin ada 4 orang dari Belanda datang ke museum menanyakan tentang keris yang dia punya. Dia minta bagaimana cara merawat keris, menjamas, memelihara, dalam konteks secara teknologi dan tradisi," tambahnya.

(yum/yum)


Hide Ads