Vihara Welas Asih Cirebon banyak menyimpan sejumlah cerita, satu diantaranya adalah lonceng berukuran cukup besar yang terpasang digantung di dalam vihara.
Pengurus Vihara Welas Asih, Suhendra menyebutkan, lonceng tersebut berfungsi sebagai penanda sembahyang.
"Kalau waktu sembahyang datang lonceng ini kami pukul sebanyak 18 kali," ungkapnya kepada detikJabar, Jumat (9/2/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tidak hanya itu saja, lonceng yang berjumlah dua dengan ukuran yang berbeda ini juga di pukul kembali saat waktu penutupan sembahyang.
"Kami pukul juga kedua lonceng ini sebagai tanda penutupan sembahyang," ucapnya.
Siapa sangka, ternyata Suhendra menyampaikan jika lonceng yang berdiameter setengah meter ini sudah ada sejak tahun 1.800 Masehi.
"Lonceng ini usianya sudah tua banget ada dari tahun 1.800, sampai sekarang lonceng ini masih bisa dan tetap kami gunakan," ujarnya.
Ia menegaskan, kedua lonceng ini dibuat secara tradisional dan di bawa langsung oleh orang-orang China yang saat itu datang ke Cirebon.
"Lonceng ini langsung dari China, jadi waktu orang-orang Tionghoa datang ke Cirebon mereka juga bawa lonceng ini," bebernya.
Lebih lanjut ia menjelaskan, lonceng yang terbuat dari besi murni ini sebagai simbol Cirebon sebagai kota toleransi.
"Kita ketahui bersama dimana lonceng kerap kali digunakan oleh jemaat nasrani," ungkapnya.
Untuk proses pemeliharaan lonceng berusia tua ini, ia menyebutkan tidak membutuhkan pemeliharaan yang berlebihan. Karena lonceng ini cukup di bersihkan pada momen-momen tertentu saja, salah satunya momen tahun baru Imlek.
"Proses pemeliharaan dibersihkan dalam waktu-waktu tertentu,"kata dia.
(tya/tey)