Makna Kata Cugenang dalam Naskah Kuno Bujangga Manik

Makna Kata Cugenang dalam Naskah Kuno Bujangga Manik

Dian Nugraha Ramdani - detikJabar
Senin, 05 Feb 2024 15:15 WIB
ilustrasi buku
Ilustrasi buku (Foto: Getty Images/aeduard)
Bandung -

Sesar Cugenang memicu terjadinya dua kali gempa di Cianjur, Senin (5/4/2024) pagi. Dua gempa itu masing-masing berkekuatan magnitudo (M) 2,9 dan M 2,1.

Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah mengonfirmasi bahwa gempa darat dengan episenter di kedalaman 6 kilometer dan jarak 6 kilometer arah Barat Laut Kabupaten Cianjur itu dipicu Sesar Cugenang.

Kata Cugenang telah lama dijadikan nama sebuah kecamatan di Cianjur. Kecamatan itu berada di arah utara dari pusat kota. Kecamatan ini akan detikers lewati saat berkendara dari pusat kota Cianjur ke arah puncak.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kontur daerah ini berbukit dan banyak gunung-gunung kecil. Di wilayah ini pula ada perkebunan téh Gedeh. Pada bencana gempa bumi 21 November 2022, kawasan Cugenang terdampak paling parah.

Kata 'Cugenang' telah dikenal oleh masyarakat Sunda sejak zaman Sunda-Hindu. Jejak kata itu dapat diperiksa paling tidak dalam naskah Sunda kuno, Bujangga Manik.

ADVERTISEMENT

Naskah Bujangga Manik

Naskah Bujangga Manik berasal dari abak ke 15 dan berkisah tentang seorang peziarah bernama Bujangga Manik yang bepergian mengelilingi Tanah Jawa.

Naskah ini awalnya merupakan koleksi peneliti bernama J. Noorduyn. Bujangga Manik sendiri disebut-sebut merujuk kepada Pangeran Kerajaan Pajajaran bernama Jaya Pakuan.

Dari kitab Bujangga Manik ini pula didapati beragam toponimi di Jawa, khususnya Jawa Barat saat ini. Sebab, kitab ini ditulis seperti sebuah catatan perjalanan.

Sebuah istana di Pakancilan sendiri menjadi titik keberangkatan Bujangga Manik untuk perjalanan panjangnya melintasi berbagai tempat, bahkan sempat naik perahu ke Palembang.

Makna Kata Cugenang

Dalam sebuah adegan di dalam kitab itu, ketika kembalinya Bujangga Manik dari fase pertama perjalanannya, ada seorang pembantu Kadatuan bernama Jompong Larang.

Tersebutlah Jompong Larang akan melapor ke Putri Ajung Larang Sakean Kilat Bancana, seorang putri, tentang tugasnya mendatangi kediaman Bujangga Manik di Pakancilan.

Putri Ajung Larang rencananya akan melamar Bujangga Manik alias Rakéan Ameng Layaran. Meskipun akhirnya lamaran itu ditolak dan Rakéan Ameng Layaran pergi lagi untuk perjalanan fase keduanya.

Begini adegannya:

"Tohaan / na Ajung Larang / 5v / Sakean Kilat Bancana, ngaleke ebreh na cangkeng, cugenang tuang pinareup."

(Putri Ajung Larang Sakean Kilat Baneana, mengenakan pakaian dengan cerobohnya, pinggangnya terlihat, dadanya menonjol ke depan.)

Di dalam cerita itu, didapatkan arti bahwa arti kata Cugenang adalah menonjol.

(iqk/iqk)


Hide Ads