Tarawangsawelas, dua musisi tarawangsa asal Bandung yang kini berdomisili di Tanjungsari, Kabupaten Sumedang, sukses memikat pendengar di Eropa. Keduanya bahkan telah rekaman dengan label asal Jerman.
Dua musisi yang sangat dipengaruhi oleh seni tarawangsa Rancakalong Sumedang ini, kini sedang menggelar tur bertajuk Winter Tour 2023 sekaligus rekaman untuk album keduanya di Berlin, Jerman. Adalah Teguh Permana sebagai pemain tarawangsa dan Azah Sastra sebagai pemain kecapi.
Sekadar diketahui, seni tarawangsa dimainkan dengan menggunakan dua alat musik yakni tarawangsa atau alat musik gesek dengan dua dawai dan jentreng atau sebuah kecapi dengan tujuh senar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kepada detikJabar Teguh bercerita tentang awal mula Tarawangsawelas hingga sampak ke titik seperti sekarang ini.
"Tarawangsawelas dibentuk atas dasar kecintaannya terhadap kesenian tarawangsa, awalnya grup ini adalah sebuah laboratorium bagi siapa pun untuk belajar langsung ke pusatnya di Rancakalong (Sumedang)," ungkap Teguh.
Hingga pada 2011, sambung Teguh, tercetus sebuah gagasan untuk bertransformasi. Sebuah kesadaran tentang seni tarawangsa yang tidak hanya membahasnya dari sisi musikal semata.
Bak gayung bersambut, Tarawansawelas kemudian berkenalan dengan seorang etnomusikolog asal Amerika, Palmer Keen pada 2017.
Dari perkenalannya itu seolah menjadi gerbang pembuka bagi Tarawangsawelas untuk memperdengarkan seni tarawangsa ke kota-kota di Eropa. Itu setelah kemudian Tarawangsawelas diperkenalkan kepada pemilik label rekaman Morphine Records asal Berlin, Jerman yakni Rabih Beaini.
Kolaborasi antara Tarawangsawelas dengan Morphine Records berhasil menelurkan sebuah album bertajuk Wanci. Album tersebut berisikan tujuh lagu di antaranya Selalu, Tetap Terbit, Kecemasan, Dari Timur, Ada, Sekalipun dan Matahari.
Wanci adalah sebuah album kosmik minimalis yang disusun dengan interpretasi kontemporer yang cermat dari seni tarawangsa. Pada tur Eropa kali ini, sederet kota akan disambanginya di antaranya Naples (Italia), Milan (Italia), Turin (Bologna), Roma (Italia), Geneva (Switzerland) dan Berlin (Jerman).
Sebelumnya dari 2017 sampai 2019, Tarawangsawelas pun telah sukses memperdengarkan seni tarawangsa ke sejumlan kota di Eropa. Di antaranya Meakusma (Eupen,Belgia), Korzo Theater (Den Haag, Belanda), Berghain (Berlin, Jerman), Vooruit (Gent, Belgia), Global (Kopenhagen,Denmark),Marsell Paradise (Milan, Italia) dan beberapa kota lainnya.
Mereka juga pernah tampil di beberapa negara Asia pada 2019 seperti di Studio Lam (Bangkok, Thailand), We Are Neighbours (Bangkok, Thailand) dan Organik Festival (Taipei, Taiwan).
Menurut Teguh, tidak banyak perbedaan dalam tur yang digelar tahun ini. Bedanya hanya ada pergantian instrumen yang dipakai dari yang semula diiringi Jentreng, kini menggunakan kecapi Kawih.
Baca juga: Daftar 118 Warisan Budaya Tak Benda di Jabar |
"Hal itu seiring pergantian personil dari semula bareng Wisnu, kini bersama Azah Sastra dari sejak tahun 2020," terangnya.
Tarawangsawelas akan membawakan beberapa lagu hasil ciptaannya pada tur kali ini. Di antaranya, Matahari, Dari Timur, Kecemasan, MTDH (materi baru) dan Pawon (materi baru).