Bayi terlahir dengan kondisi terlilit tali pusar memang bisa dijelaskan secara ilmiah. Namun di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat terdapat sebuah tradisi unik yang dilakukan dari dalam penjara.
Siang itu, terlihat beberapa warga sengaja berkunjung ke dalam Lapas Indramayu. Bukan untuk menjenguk narapidana, kehadirannya justru ingin melakukan ritual buang sial. Karena ketiga anaknya yang lahir dalam kondisi terlilit tali pusat.
"Yang lahirannya tuh waktu keluarnya kelilit kena ususnya ibu. Ada 3 anak semua kalungan usus semua," ujar Caryan (46), Jumat (8/9/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Caryan dan adiknya yang memiliki putra-putri bernasib sama saat lahir, sengaja datangi Lapas Indramayu. Sambil membawa nasi tumpeng dan pakaian ganti. Mereka melakukan kias buang sial dengan satu pemuka agama dari dalam Lapas.
Seperti kepercayaan orang tua dulu, Caryan menganggap anaknya yang lahir terlilit tali pusat tidak hanya memiliki keistimewaan. Melainkan, ia juga khawatir akan membawa dampak buruk bagi putra-putrinya.
"Gak tahu, tapi dari nenek moyang kalau anak kalung usus itu harus dikiasi kata orang dermayu mah. Jare wong tua bengen mah lokatan kadang-kadang apes kelindi, mbuh apa bahasa Indonesia e (kata orang tua dulu kadang-kadang bisa apes kelindi, gak tahu apa bahasa Indonesia nya)," ungkap Caryan.
"Yang di takuti seumpama kalau ada anak yang kalungan usus. Jadi kadang-kadang kalau ada temennya yang bermasalah malah anak tersebut yang kena apesnya," ujarnya.
Dari kepercayaan itu, anak dan keponakannya mulai melakukan ritual kalung usus. Bersama tokoh agama (Lebe) dari Lapas, ritual dimulai dengan doa bersama.
Uniknya, dalam rangkaian tradisi itu, anak dengan kalung usus itu juga memakan sajian makanan biasa dikonsumsi narapidana. Yang kemudian nasi tumpeng yang dibawanya bisa dinikmati oleh penghuni Lapas.
Tidak berhenti di situ, sebelum menyelesaikan prosesi tradisi itu, mereka (anak kalung usus) juga ikut mandi di dalam lapas. Pakaian yang mereka kenakan dibuang di tempat sebagai satu kiasan buang sial.
"Alhamdulillah selama saya di sini, banyak sekali keluarga yang membawa anaknya untuk tradisi kalungan usus namanya," kata Kalapas Kelas IIB Indramayu, Beni Hidayat.
Sebagai bentuk dukungan terhadap kepercayaan kearifan lokal itu, pihaknya memberikan kemudahan bagi masyarakat yang hendak melakukan tradisi tersebut. Mulai dari menyiapkan tokoh agama, makanan dari Lapas hingga menyediakan tempat mandi.
"Kearifan lokal yang perlu kita lestarikan juga. Ya kita sebagai petugas Lapas kita membantu masyarakat menjaga tradisi tersebut," ungkap Beni.
(dir/dir)