Ada Mata Air Unik di Tasik, Bisa Bikin Masakan Tambah Gurih

Ada Mata Air Unik di Tasik, Bisa Bikin Masakan Tambah Gurih

Faizal Amiruddin - detikJabar
Sabtu, 27 Mei 2023 19:00 WIB
Mata air unik yang memiliki rasa asin bernama Air Tanjung di Tasikmalaya.
Warga mengantre mengambil air di Air Tanjung yang memiliki rasa asin di Tasikmalaya. (Foto: Faizal Amiruddin/detikJabar)
Tasikmalaya -

Kota Tasikmalaya memiliki satu potensi unik berupa mata air asin. Keberadaan sumber mata air unik ini telah memberi banyak manfaat bagi masyarakat. Salah satunya menjadi salah satu sumber penghasilan bagi puluhan warga dan ratusan pelaku usaha kuliner.

Air Tanjung, demikian nama sumber air asin yang berada di RW 05, Kampung Cukang, Kelurahan Tanjung, Kecamatan Kawalu, Kota Tasikmalaya ini. Air asin yang keluar dari mata air ini jelas unik dan masih menjadi misteri. Bagaimana bisa, di tengah perkampungan dengan lanskap perbukitan, bisa muncul mata air dengan rasa asin.

Salah satu pemanfaatan dari Air Tanjung ini digunakan sebagai bahan pembuatan ketupat, lontong dan gorengan. Warga meyakini membuat ketupat dengan Air Tanjung akan menjadikan olahan beras itu menjadi enak. Selain itu diklaim pula, ketupat atau lontong akan bertahan lebih lama. Asal digantungkan, ketupat tak akan basi sampai satu minggu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Karena banyak peminat, mata air ini kemudian berubah menjadi sumber penghasilan. Oleh masyarakat tempat tersebut dikelola, warga yang hendak mengambil air unik ini dikenakan tarif. Tidak diketahui sejak kapan mata air ini muncul. Namun, masyarakat mulai menggunakannya untuk memasak sejak tahun 2000-an.

"Satu galon tarifnya Rp 5 ribu, ya sebagai ganti biaya pengelolaan," kata Mumu (55) warga setempat kepada detikJabar belum lama ini.

ADVERTISEMENT

Sumber mata air ini dikelola oleh pihak RW dengan melibatkan warga. Setidaknya ada 21 warga yang dilibatkan dalam bisnis pemanfaatan Air Tanjung . "Sehari tiga orang yang jaga. Melayani pembeli, menampung air dan lain-lain. Giliran setiap hari, jadi ada 21 warga yang dilibatkan," kata Mumu.

Dalam sehari hasil penjualan Air Tanjung rata-rata sekitar Rp 200 ribu. Warga yang bekerja tentu dapat upah, sisanya setor ke kas RW. Nilai penjualan itu akan berlipat-lipat jika menjelang Lebaran.

Dengan hasil pengelolaan Air Tanjung itu warga setempat sudah tak pusing lagi jika menggelar acara Agustusan, Maulid Nabi, kegiatan Karang Taruna dan lain sebagainya.

"Alhamdulillah jadi berkah untuk kami warga kampung sini. Bisa menyumbang masjid dan menutup beban kegiatan sosial kemasyarakatan," kata Mumu.

Secara swadaya masyarakat mengelola air itu dengan cara menampungnya ke bak-bak penampungan. Kemudian dari bak dialirkan ke dua tangki air kapasitas 1000 liter.

Air Tanjung memang perlu ditampung sebagai stok, karena volume mata air tidak besar. Menurut Mumu butuh waktu 24 jam untuk memenuhi dua tangki air besar itu.

"Volume airnya sekitar 2.000 liter per 24 jam. Jadi harus ditampung dulu. Nah seperti masa Lebaran, kita kadang keteteran, pembeli banyak tapi di penampungan sudah kosong," kata Mumu.

Mumu mengatakan warga setempat saat ini tengah memikirkan bagaimana caranya melakukan optimalisasi pemanfaatan air bernilai ekonomis ini.

"Kalau peminat banyak, dari luar kota juga banyak yang butuh. Ciamis, Banjar sampai Pangandaran juga sering datang. Terutama bagi pedagang kuliner berbahan lontong atau ketupat. Tapi memang namanya jualan air dengan nilai yang murah, kadang berat di ongkos. Nggak ketutup oleh biaya kirim," kata Mumu.

Dia berharap punya mobil tangki air lalu membuka depot Air Tanjung di beberapa titik. Misalnya di pasar induk Cikurubuk atau di tempat lain yang dianggap strategis untuk memperluas pemasaran. "Ya mungkin itu mah nantilah, sekarang jalani dulu saja seperti ini," kata Mumu.

Saat ini tak hanya warga yang terlibat pengelolaan yang dapat penghasilan, warga lainnya pun banyak yang kebagian berkah dengan berjualan air tersebut di pinggiran jalan raya.

(iqk/iqk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads