Dari membangunkan sahur keliling kampung hingga konser keliling dunia adalah prestasi terbesar yang pernah dilakoni grup musik LAIR. Grup musik obrog-obrog yang berasal dari Desa Jatisura, Jatiwangi, Majalengka itu, pernah melakukan tur di tiga benua.
Sekedar diketahui, di wilayah Pantura, Jabar, khususnya Kabupaten Majalengka, Cirebon dan Indramayu, obrog-obrog dikenal sebagai tradisi 'alarm' sahur selama bulan Ramadan. Tradisi membangunkan sahur ini sudah berlangsung sejak turun-temurun.
Namun siapa sangka, dari yang awalnya hanya sebuah tradisi, sekelompok pemuda asal Majalengka itu berhasil membuktikan jika musik obrog-obrog bisa membetot perhatian dunia. Mereka mengenalkan musik obrog-obrog itu di tiga benua, yakni Amerika Utara, Eropa dan Asia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
LAIR melakoni tur internasionalnya itu pada 2022 lalu. Adapun negara yang dikunjungi dalam tur bertajuk 'Tour 1000 Km++' itu adalah Kanada, Norwegia, Denmark, Swiss, Ceko, Jerman, Thailand dan Philipina.
Terbaru, LAIR juga akan merilis album keduanya dalam waktu dekat. Di dalam album keduanya itu, mereka membuat sebanyak 13 tracklist.
"Dalam waktu dekat ini kita juga akan merilis album yang kedua segera mungkin. Album pertama ada 3 lagu. Album kedua ada 13 lagu. Dari keresahan lingkungan aja lagu-lagunya mah," kata personel grup musik LAIR, Tedy M saat diwawancarai detikJabar, Senin (3/4/2023).
Untuk mempromosikan lagu-lagu terbarunya itu, mereka juga akan melakukan hal yang sama, yakini tur internasional. Namun, mereka belum tahu kapan tur akan dilakukan dan negara mana saja yang akan menjadi tujuannya nanti. Meski begitu, mereka baru mengungkap satu list negara yang akan dikunjungi, yaitu Taiwan.
"Jadi setelah merilis (album), tur lagi tuh. Tur yang kedua ada Taiwan. Iya sambil promosi," ucap dia.
Tedy pun jadi mengenang tur internasional pada 2022 lalu. "Kebetulan tahun kemarin kita mengadakan tur (di tiga benua), dari mulai titik pertama itu di Kanada (Amerika Utara), Eropa dan Asia" kata Tedy.
Selain mengenalkan budaya Tanah Air, jelas Tedy, tur internasionalnya itu dilakukan sebagai ajang promo album. Mereka di sana memamerkan musik bergenre tarling dengan lagu ciptaannya sendiri.
"Selain memperkenalkan budaya kita, musik-musik Indonesia. Tentunya ini menjadi ajang showcase si LAIR ini memperkenalkan album, memperkenalkan musik. (Selam tur) bawain lagu LAIR semua, lagu ciptaan LAIR. Kemarin (saat tur) kebetulan juga habis ngerilis album, album yang pertama," ujar dia.
Tedy menjelaskan, dalam turnya itu, LAIR membawakan dua konsep penampilan, yakni keliling kampung bak membangunkan sahur dan tampil di atas panggung selayaknya konser. Dalam perjalanannya, mereka juga kerap berkolaborasi dengan seniman di berbagai negara.
"Iya ada itu (main musik sambil keliling kampung). Ada juga kita bermain di sebuah event musik atau event seni gitu. Misalnya kita diundang kayak titik awal tuh di Toronto (Kanada). Kita bermain di Toronto Biennial waktu itu, kita menjadi opening act-nya di Biennial tersebut," jelas dia.
Ditanya respon penonton terkait penampilan musik obrog-obrog selama tur. Tedy mengaku, selama konser di berbagai negara ekspresi yang ditunjukkan penonton hanya terheran-heran. Sebab, instrumen musik yang lantunkan terdengar asing bagi warga 'luar'.
"Responnya sangat terheran-heran ya, awalnya. Karena mereka juga belum terbiasa melihat instrumen-instrumen yang kita bawakan, apalagi kita juga menginstal alat musik obrog-obrog ini kan," ujar dia.
Diceritakan Tedy, biaya selama turnya itu ditanggung secara mandiri alias tanpa sponsor. Mereka mengumpulkan dana untuk tampil di luar negeri dari sejumlah even yang telah mereka garap selama di Tanah Air.
"Sponsornya sih enggak ada yah, sponsornya mandiri awalnya. Semuanya mandiri, itu juga dalam artian misalnya kita diundang di suatu even, nah itu kita produksi dari situ sih. Ada juga dapet sponsor sebenarnya, kita membuat film dari Dikbud, jadi itu kayak bisa menambah uang transport kita untuk melaju ke negara berikutnya gitu," jelas dia.
(tya/tey)