Obrog-obrog dikenal sebagai tradisi 'alarm' sahur bagi warga Kabupaten Majalengka selama bulan Ramadan. Tradisi ini sudah berlangsung secara turun-temurun.
Aktivitas obrog-obrog biasa digelar dari pukul 00.30-03.30 WIB. Cara membangunkan sahurnya pun terbilang heboh. Sebab, mereka berkeliling kampung sambil menyuguhkan sejumlah lagu dangdut.
Lalu bagaimana sejarahnya hingga obrog-obrog bisa menjadi tradisi di Majalengka?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penikmat sejarah sekaligus Ketua Gruop Madjalengka Baheula (Grumala), Nana Rohmana atau yang lebih akrab disapa Kang Naro mengatakan, obrog-obrog mulai menjadi tradisi membangunkan sahur warga Majalengka sekitar tahun 90-an. Namun sebelum tahun 90-an, nama membangun sahur di Majalengka belum disebut obrog-obrog.
"Kira-kira tahun 90-an (obrog-obrog mulai jadi tradisi di Majalengka). Sebelumnya mah saya pas masih muda sekitar tahun 70 sampai 80-an sebutannya itu ngahelar atau ngelar. Sebutan obrog-obrog itu populernya di Cirebon dan Indramayu sebenarnya," kata Naro kepada detikJabar, Sabtu (1/4/2023).
Nama obrog-obrog sendiri tercipta dari suara alat musik tradisional zaman dulu, yakni Rebana dan Gembyung. Bunyi yang dihasilkan dari alat musik tersebut kemudian melekat kuat dibenak masyarakat sehingga sekelompok orang yang membangunkan sahur di Majalengka disebut obrog-obrog.
"Disebut obrog-obrog tuh karena alat musik yang digunakan sangat sederhana yaitu rebana besar, kemudian ada gembyung atau tembikar yang lubangnya ditutupi ban dalam bekas mobil. Dimainkannya dipukul atau dicubit, nah suaranya yang berbunyi Brog..Brog itu kemudian masyarakat menjadi latah menyebutnya grup obrog-obrog," jelas Naro.
Jauh sebelumnya, diceritakan Naro, membangunkan sahur di Majalengka selama Ramadan tidak seheboh saat ini. Sebelum era tahun 90-an, cara warga Majalengka membangunkan sahur hanya menggunakan alat tradisional, yakni kentongan.
Tradisi obrog-obrog ini dulunya hanya menggunakan alat-alat musik tradisional. Namun seiring berkembangnya zaman, alat musik obrog-obrog kini telah bertransformasi menggunakan alat musik modern.
"Nah di Majalengka sendiri sebelum disebut obrog-obrog mah alat musiknya paling sederhana pake kentongan bambu, itu sudah sejak zaman dulu. Kalau kata orang tua mah pakai kentongan bambu, itu sudah ada sejak zaman Belanda. Kemudian berkembang menjadi obrog-obrog mulai pakai alat musik, gembyung atau tembikar, gitar dan organ," ujar dia.
"Tapi semakin ke sini alat musik sederhana yang awalnya disebut obrog-obrog itu sudah tidak dipakai lagi. Terus uniknya zaman dulu mah tidak ada pakai artis (penyanyi) cewek, semua laki-laki. Mungkin karena perkembangan zaman, obrog-obrog mulai pakai gitar elektrik, organ tunggal, kendang dan juga gong, terus ahirnya pakai artis cewek juga," sambungnya.