Suasana Taman Lansia, Kota Bandung, pagi itu cukup sejuk. Banyak warga beraktivitas di taman yang ada di Jala Diponegoro itu, untuk mengisi waktu Minggu paginya.
Dari kejauhan, nampak seorang pria yang sudah berumur setengah abad duduk di kursi taman dan sibuk menggoreskan pensil di tangan kanannya di atas kertas berukuran A4.
Saat didekati detikJabar, pria bernama Rusli Anam (50) itu sedang sibuk mengarsir membuat lukisan pensil wajah seorang musisi asal Inggris, Mick Jagger.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Lagi buat lukisan wajah Mick Jagger," kata Kang Rusli sapaan karib Rusli Anam kepada detikJabar.
Pria yang saat ini tinggal di Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung mengaku, sudah bisa melukis sejak umumnya 10 tahun, atau 40 tahun lalu. Kang Rusli menyebut, dia bisa melukis secara otodidak.
Melukis di atas kertas dengan menggunakan pensil, adalah awal mula dia bisa melukis. Menurutnya, selain melukis menggunakan pensil dan kertas, dia juga bisa melukis dengan menggunakan media lain.
"Sebenarnya awal dasar saya melukis pake pensil, tapi sudah merambah ke media lain, cat minyak, akrilik, cat air, ada postet colour juga," tuturnya.
Pernah Dihukum Akibat Melukis
Masih ingat dibenat Kang Rusli, semasa ia masih duduk di kelas 3 sekolah dasar di SD Ngagelrejo Surabaya, Jawa Timur. Pada waktu itu dia sedang mengikuti mata pelajaran matematika, bukan memperhatikan apa yang sedang diajarkan oleh gurunya, Kang Rusli malah melukis wajah sang guru di atas buku gambar miliknya.
"Ada kejadian menarik, orang perlu tahu, karena ini cikal bakal saya, waktu pelajaran matematika dulu, karena saya senang menggambar, (wajah) gurunya saya gambar padahal lagi pelajaran matematika. Saking asyik menggambar, saya lagi asyik mengarsir, ternyata guru saya sudah ada dipinggir saya, itu SD kelas 3," ungkapnya.
Dia pun harus mendapatkan hukuman dan dipanggil ke ruang kepala sekolah. Tapi sejak momen itulah, keahliannya melukis diketahui banyak orang, bahkan hukuman yang diterima Kang Rusli bukan lagi hukuman yang jelek, melainkan dirinya diorbitkan dan diikutkan dalam setiap perlombaan melukis.
"Akhirnya saya dihukum, yang namanya pelajaran matematika, kok saya menggambar. Dihukum, tapi saya dipanggil ke kantor kepala sekolah, ternyata saya diorbitkan ikut lomba, ternyata menang terus, dan dapat beasiswa, terus berlanjut dan saya menang. Sampai saya SMP, SMA hingga keluar sekolah, juga masih kegiatan berkesenian, sudah jadi fesyen," jelasnya.
Pria yang pernah bersekolah di SMP KP Baleendah Bandung dan SMA PGRI Surabaya ini juga mengaku, tidak ada anggota keluarganya yang bisa melukis. Keahliannya itu, didapatkan secara otodidak.
"Nggak ada, tapi secara global seni dari ibu ibu juga menyanyi, olah vokal," tuturnya.
Kang Rusli menyebut, setiap Hari Minggu dirinya membuka jasa '10 menit membuat seketsa wajah'. Hal itu dilakukan, untuk menambah pendapatnya.
"Sekarang galeri di rumah, sebelum COVID-19 punya di Braga, berhenti karena pandemi COVID-19. Di Taman Lansia sejak 2006, buka galeri, pasca pandemi kembali ke Taman Lansia. Sebelumnya suka keliling Surabaya, Malang, Yogyakarta, Bali sudah saya rambah," tuturnya.
Tak hanya menerima pesanan dari warga yang berkunjung ke Taman Lansia, Kang Rusli juga kerap mendapatkan pesanan lukisan dari luar negeri, lukisan wajah yang dibuatnya pernah dikirim ke Amerika
"Ini sebenarnya ngamennya, kalau fokus berkarya untuk dipamerkan. Sekarang antara 6-10 orang, harga Rp 100-Rp 300 seketsa, kecil dan besar. Live langsung, duduk di sini langsung jadi," sambung Kang Rusli.
Kang Rusli menyebut, di tengah gempuran teknologi digital, dirinya saat ini terus berinovasi dan berkreasi agar hasil seninya masih dicintai masyarakat.
"Peminat masih banyak, kita harus tahu diketahui buat promo, kita juga harus kreatif, lukisan tak melulu di kertas atau kanvas, tapi lukisan itu ada di kaos, sepatu dan produk fesyen juga. Bikin kaos lukis, tas lukis, sepatu lukis, produk kaos lukis dari Rp 150-Rp 200, lukis wajah mereka atau tokoh," pungkasnya.
(wip/mso)