Aliran distorsi begitu kencang menyuarakan segala keresahan. Ruang kebersamaan bersatu dalam sebuah acara Anniversary Homeland edisi kedelapan.
Hentakan drum membuat silaturahmi semakin hangat. Berbagai musisi underground atau 'bawah tanah' dari Bandung raya berkumpul tanpa sekat atau batasan.
Dengan pakaian mayoritas hitam, mereka melebur dengan canda tawa dan riuhnya tempo musik cepat. Berbagai aliran musik menyatu bercumbu menghibur para pecintanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pemilik Homeland Studio, Akbar Jaya Putra atau lebih dikenal Abbay mengatakan kegiatan tersebut baru digelar lagi setelah beberapa tahun mati suri akibat pandemi COVID-19.
"Iya kami memang biasanya diselenggarakan setiap tahun. Kemarin waktu pandemi kita mati total nggak ada pergerakan, nggak ada acara, semua kaya mati suri aja. Kebetulan tahun ini kita dikasih kesempatan, ya udah event silaturahminya kita adakan lagi. Apalagi udah rame lagi nih sekarang," ujar Abbay, saat ditemui detikJabar, di Bojongpulus, Rancaekek, Kabupaten Bandung, Sabtu (15/10/2022).
Abbay menjelaskan acara tersebut menjadi ajang silaturahmi bagi para pencinta musik 'bawah tanah'. Sehingga semua musisi dan penikmatnya berkumpul dalam alunan distorsi.
"Anniv Homeland ini memang setiap tahunnya digelar untuk komunitas musik 'bawah tanah'. Kemudian intinya adalah menjadi ruang silaturahmi juga, karena silaturahmi antara musisi-musisi Bandung raya jangan sampai terputus lah," katanya.
Dalam acara tersebut berbagai band turut beraksi. Band pengisi acara tersebut di antaranya Vogoo, Pourriture, Walker, Epigraph, Asteroid, HIV76, Pemberontak, Tolak Tunduk, Lose It All, Goredath hingga Nectura.
"Dibikin acara ini itu untuk semuanya bisa bekumpul para musisi 'bawah tanah', mau dari Bandung Barat, Bandung Selatan, Bandung Timur, Kota Bandung, semuanya berkumpul di sini lah. Jadi kita tidak memilah-milah musisi, semua gabung di sini aja," jelasnya.
Menurutnya pergerakan musik 'bawah tanah' saat ini telah mengalami perbedaan. Apalagi jika dibandingkan pergerakan musik 'bawah tanah' pada tahun 1990an.
"Kalau di zaman saya kayaknya sulit untuk menembus sesuatu yang baru. Terkadang bergerak juga sulit. Kemudian untuk yang ke sini-sini bisa lebih nyaman, soalnya udah ada platform-platform online, ada Youtube, ada media sosialnya banyak. Band sekecil apapun mereka sudah bisa naikin ke Youtube, naikin ke sosial media lainnya. Semua sedunia ibaratnya bisa melihat lah," tegasnya.
Mantan bassist band Puppen tersebut mengaku adanya Homeland Studio bisa menjadi wadah bagi para musisi di Bandung raya. Sehingga para musisi bisa berkarya dengan bebas.
"Jadi bagi para musisi jangan sungkan-sungkan datang ke Homeland. Bagi saya nggak ada senioritas di musik, semuanya sama. Cuma mungkin dimulainya saya atau yang lain lebih dulu," kata Abbay.
Abbay berharap musik 'bawah tanah' semakin besar ke depannya. Untuk mewujudkannya, harus diawali dengan mempererat silaturahmi.
"Band-band yang biasa bisa cepat dikenal orang lain, karena mayoritas yang saya tampilkan di sini adalah band-band baru," kata Abbay.
Dia menambahkan ke depannya Homeland akan kembali menggelar acara dengan konsep yang unik. Menurutnya acara tahun depan akan lebih besar lagi.
"Kita mau bikin satu acara lagi, nanti ada camping para musisi bawah tanah, ada area motocros, ada bmx, ada berbagai permainan lain lah. Kemungkinan acara itu bisa lebih besar dibandingkan sekarang. Rencananya tahun depan itu acara camping itu dulu, baru nanti ada acara anniv kaya gini lagi," pungkasnya.
(orb/orb)