Tradisi Nampaling, Menangkap Belalang Jelang Panen di Pangandaran

Tradisi Nampaling, Menangkap Belalang Jelang Panen di Pangandaran

Aldi Nur Fadilah - detikJabar
Selasa, 04 Okt 2022 04:00 WIB
Bupati Pangandaran Jeje Wiradinata dan Wakil Bupati Pangandaran Ujang Endin Indrawan melakukan kegiatan Nampaling
Bupati Pangandaran Jeje Wiradinata dan Wakil Bupati Pangandaran Ujang Endin Indrawan melakukan kegiatan Nampaling (Foto: Aldi Nur Fadilah/detikJabar)
Pangandaran -

Dari banyaknya warisan budaya di Pangandaran, nampaling masih eksis menjadi kearifan lokal sejak 4 abad yang lalu. Nampaling merupakan prosesi penangkapan hama di area sawah pasca musim panen padi.

Saat ini, nampaling masih sering dilalukan warga di Desa Cikalong, Kecamatan Sidamulih, Kabupaten Pangandaran.

Kepala Desa Cikalong Ruspandi mengatakan, nampaling merupakan kegiatan penangkapan belalang atau masyarakat setempat menyebutnya simeut. Kegiatan menangkap belalang dilakukan untuk setiap musim panen padi datang. Dalam waktu tersebut belalang sangat melimpah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Nampaling sudah ada sejak tahun 1600-an, dulu memang hanya untuk pengusiran hama tapi kini dibuatkan festival budaya agar terlihat meriah," ucapnya kepada detikJabar, Senin (3/10/2022).

Ia mengatakan Festival Nampaling dalam acara Budaya Desa Cikalong ini sebagai upaya melestarikan tradisi yang menjadi warisan leluhur warga Desa Cikalong.

ADVERTISEMENT

Festival Nampaling dilakukan setiap selesai masa panen tiba yang biasanya masuk bulan September-Oktober.

Sementara kata nampaling diambil dari alat yang digunakan untuk menangkap belalang yang terbuat dari bambu. "Setelah belalang ditangkap, dimasukan ke dalam wadah yang bernama toler (Kembu)," ucapnya.

Bupati Pangandaran Jeje Wiradinata dan Wakil Bupati Pangandaran Ujang Endin Indrawan melakukan kegiatan NampalingBupati Pangandaran Jeje Wiradinata dan Wakil Bupati Pangandaran Ujang Endin Indrawan melakukan kegiatan Nampaling Foto: Aldi Nur Fadilah/detikJabar

Menurutnya daripada hama harus dibunuh dan mati sia-sia. Maka warga setempat mengolah belalang menjadi kuliner yang enak.

"Belalang bisa diolah menjadi oseng simeut, rasanya enak dan aman dikonsumsi," ucapnya.

Dalam festival nampaling olahan simeut disajikan bersama makanan tradisional seperti tumpeng, awug, candil dan sebagainya.

Di samping prosesi Nampaling warga setempat memanfaatkan belalang untuk dijual secara umum. "Di balik acara ini ada warga yang ikut terbantu dari sisi ekonomi. Karena 1 kg simet dihargai Rp 20 ribu-Rp 30 ribu," ucapnya.

Festival budaya ini juga dimeriahkan bersama seni gondang bubun, eok beluk, dan pentas seni lainnya.

(yum/yum)


Hide Ads