Saat ini, Jatinangor identik dengan perguruan tinggi dan mahasiswa. Setidaknya, terdapat empat kampus yang terletak di Jatinangor, yaitu Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) Jatinangor, Institut Manajemen Koperasi Indonesia (IKOPIN) University, Institut Teknologi Bandung (ITB) Jatinangor, dan Universitas Padjajaran (Unpad) Jatinangor.
Sebelum dikenal sebagai kampus mahasiswa, Jatinangor ternyata merupakan perkebunan teh dan pohon karet yang dikuasai perusahaan swasta milik Belanda, Maatschappij tot Exploitatie der Baud-Landen yang berdiri tahun 1841. Perkebunan itu memiliki luas 962 hektar.
Dilansir dari detikEdu, perusahaan itu dimiliki oleh Willem Abraham Baud (1816-1879) atau Baron Baud. Untuk mengontrol perkebunan itu, Baud membangun sebuah menara yang dilengkapi lonceng di puncaknya. Menara yang dikenal sebagai Menara Loji tersebut kini terletak di kawasan kampus ITB Jatinangor.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada 1916, dibangun jalur rel kereta api yang menghubungkan Rancaekek dan Tanjungsari demi memperlancar distribusi hasil kebun. Jalur Rancaekek-Tanjungsari-Citali yang hendak dibangun ini memiliki panjang total 15 kilometer.
Sebetulnya, rel kereta tersebut hanya direncanakan untuk menghubungkan Rancaekek dan Jatinangor saja. Namun, pihak militer meminta rel kereta itu dibangun sampai Citali untuk keperluan angkutan umum.
Namun, biaya dan peralatan yang kurang untuk menembus alam saat itu menyebabkan pembangunan rel kereta hingga Citali ditangguhkan. Alhasil, rel kereta api hanya sampai ke Stasiun Tanjungsari saja.
Pembangunan itu juga didukung oleh perusahaan kereta api milik Belanda, Staat Spoorwagen Verenigde Spoorwegbedrijf yang pada 1918 membangun jembatan rel kereta penghubung Rancaekek-Tanjungsari. Jembatan Cikuda atau dikenal sebagai Jembatan Cincin berperan menunjang kelancaran distribusi hasil kebun dan transportasi masyarakat.
Pascakemerdekaan, tanah perkebunan Jatinangor itu dinasionalisasikan menjadi milik Pemerintah Daerah (Pemda) Sumedang. Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jawa Barat No. 593/3590/1987, kawasan seluas 3.285,5 hektar itu dibagi menjadi 7 wilayah peruntukkan.
Unpad yang berdiri pada 11 September 1957 juga turut berperan atas perkembangan Jatinangor menjadi kampung mahasiswa. Pasalnya, ide 'Kota Akademik Manglayang' dicetuskan oleh rektor keenam Unpad, Prof. Dr. Hindersah Wiraatmadja.
Rektor Unpad saat itu terinspirasi oleh 'Kota Akademik Tsukuba' yang terletak di sebelah selatan Gunung Tsukuba, 56 km timur laut dari Tokyo. Kota Tsukuba yang juga dikenal sebagai kota sains itu dikembangkan pada 1970-an untuk merangsang penemuan ilmiah di negara matahari terbit.
Ide kota akademik tersebut dicoba diimplementasikan oleh Prof. Dr. Hindersah untuk menjawab permasalahan kampus Unpad yang saat itu tersebar di 13 lokasi berbeda. Akibat sebaran tersebut, koordinasi dan pengembangan daya tampung pun menjadi terhambat.
Unpad mulai merintis pengadaan lahan yang memadai untuk kawasan pendidikan pada 1977. Namun, kesepakatan penunjukkan lahan bekas perkebunan di Jatinangor baru terjadi pada 1979. Unpad sendiri mencakup kawasan seluas 175 hektar.
Pada 1990, area perkebunan Jatinangor mulai dialihfungsikan menjadi kawasan pendidikan. IPDN, IKOPIN, Unpad, dan Universitas Winaya Mukti mulai menghuni kawasan Jatinangor. ITB kemudian membangun kampus di kawasan ini pada 2010.
Berbagai fakultas di Unpad pun turut dipindahkan ke kampus Jatinangor. Pemindahan itu diawali oleh Fakultas Pertanian yang pindah pada 1983. Sejak 5 Januari 2012, gedung rektorat Unpad pun resmi pindah ke Jatinangor.
(tey/tey)