Mengenal 7 Warisan Budaya Tak Benda di Ciamis

Mengenal 7 Warisan Budaya Tak Benda di Ciamis

Dadang Hermansyah - detikJabar
Minggu, 28 Agu 2022 03:30 WIB
Warisan budaya tak benda di Ciamis.
Warisan budaya tak benda di Ciamis (Foto: Dadang Hermansyah/detikJabar).
Ciamis -

Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, memiliki kesenian dan kebudayaan yang beragam. Hampir setiap kecamatan memiliki kebudayaan khas yang rutin dilaksanakan setiap setahun sekali.

Dinas Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga (Disbudpora) Ciamis mencatat ada 7 kesenian dan kebudayaan di Ciamis yang ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia (WBTB). Penerapan WBTB tersebut dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.

"Ada tujuh yang ditetapkan sebagai WBTB. Ada kesenian helaran, namun yang paling banyak itu tradisi atau upacara adat," ujar Kadisbudpora Ciamis Erwan Darmawan, Sabtu (27/8/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berikut 7 warisan budaya tak benda di Kabupaten Ciamis:

1. Kesenian Helaran Bebegig Sukamantri

Bebegig Sukamantri merupakan kesenian helaran dari Kecamatan Sukamantri, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Kesenian ini adalah representasi dari sosok penjaga lingkungan dan alam di wilayah Kecamatan Sukamantri.

ADVERTISEMENT

Pada zaman dahulu, Bebegig digunakan untuk mengusir orang yang berniat jahat di lingkungan desa dekat hutan larangan Karang Gantungan. Bebegig Sukamantri ini berpenampilan seram, terbuat dari ijuk kawung (Aren). Hiasannya atribut mahkota dari kembang bubuay dan daun waregu yang tersusun rapi di atas kepala topeng, juga dihiasi kembang hahapaan dan daun pipicisan.

Bebegig telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia oleh Kemendikbud tahun 2018.

2. Gondang Buhun

Gondang Buhun merupakan kesenian menumbuk padi yang masih dilakukan oleh masyarakat Kampung Adat Kuta, Kecamatan Tambaksari. Kesenian ini menjadi bentuk rasa syukur yang diungkapkan melalui lantunan atau nyanyian yang telah diwariskan secara turun temurun oleh leluhur di kampung Kuta.

Gondang Buhun dimainkan oleh kaum perempuan Kuta dengan menggunakan alat inti yakni halu dan lisung, diiringi kendang dan gong. Gondang Buhun ditetapkan sebagai WBTB Indonesia pada tahun 2018 dari Provinsi Jawa Barat.

3. Prosesi Adat Merlawu

Merlawu adalah prosesi adat yang dilaksanakan oleh masyarakat di Desa Kertabumi, Kecamatan Cijeungjing, menjelang bulan Ramadan. Kegiatan inti dari Merlawu ini adalah berdoa bersama di makam Prabudimuntur.

Kemudian dilanjutkan dengan syukuran dan kesenian di Situs Gunung Susuru. Merlawu telah ditetetapkan sebagai
WBTB Indonesia pada tahun 2021.

4. Adat Misalin

Misalin berasal dari Situs Gunung Salawe, Kecamatan Cimaragas, Kabupaten Ciamis. Kegiatan ini biasa digelar pada saat munggahan atau menjelang bulan Ramadan.

Makna filosofis dari Misalin diambil dari kata "salin/nyalin" yang berarti mengganti. Sehingga dalam menghadapi bulan suci Ramadan seluruh umat muslim harus membersihkan diri. Supaya selama menjalankan ibadah puasa mendapatkan keberkahan.

Kegiatan Misalin dilaksanakan secara turun temurun dan dipertahankan oleh masyarakat setempat sebagai ajang silaturahmi dan kebersamaan. Ditetapkan sebagai WBTB pada tahun 2020.

5. Tradisi Ngikis

Tradisi Ngikis berasal dari Situs Bojong Galuh Karangkamulyan, Kecamatan Cijeungjing, Kabupaten Ciamis.

Kegiatan tersebut dilaksanakan dalam rangka menyambut bulan Ramadan. Prosesi inti yakni mengganti pagar Pangcalikan dan makan bersama sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Ngikis dilaksanakan secara turun temurun. Pada tahun 2020, Ngikis telah ditetapkan sebagai WBTB.

6. Tradisi Nyangku

Nyangku merupakan prosesi pencucian pusaka peninggalan leluhur Panjalu. Yakni peninggalan dari Prabu Borosngora. Dilaksanakan pada hari Senin atau Kamis terakhir pada bulan Maulud (Rabiul Awal).

Kegiatan Nyangku juga dilaksanakan dalam rangka memperingati hari lahirnya Nabi Muhammad SAW. Nyangku telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia pada tahun 2017.

7. Tradisi Nyuguh

Nyuguh merupakan tradisi masyarakat Kampung Adat Kuta, Kecamatan Tambaksari. Digelar setiap tanggal 25 safar.

Prosesi tersebut dimulai dengan membawa dongdang (wadah makanan) dari puseur lembur berjalan menuju ujung kampung bersama seluruh masyarakat. Kemudian sesepuh adat memimpin doa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tradisi ini sebagai bentuk rasa syukur atas melimpahnya hasil bumi di wilayah Kampung Adat Kuta dan diakhiri dengan makan bersama. Nyuguh telah ditetapkan sebagai WBTB pada tahun 2021.

Halaman 2 dari 2
(mso/mso)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads