KH Zainal Mustafa merupakan pahlawan nasional yang berasal dari Tasikmalaya. Dia juga akrab disapa Umri atau Hudaimi. Lahir pada 1 Januari 1899 silam di Tasikmalaya, ia besar di lingkungan keluarga petani yang hidup sederhana.
KH Zainal Mustafa hanya lulusan SD. Tapi, dia menempuh pendidikan pesantren selama 17 tahun di berbagai daerah. Setelah menyelesaikan pendidikannya, pada 1927 ia kembali ke kota kelahirannya Tasikmalaya dan membentuk Pesantren Sukamanah. Di pesantrennya, KH Zainal Mustafa memberikan aturan untuk menggunakan bahasa Sunda sebagai bahasa pengantar. Hal ini dirasa cukup berbeda dengan pesantren-pesantren pada umumnya.
Selain itu, para santri di pesantrennya juga dibebaskan untuk berdiskusi dan mereka pun diwajibkan untuk belajar bahasa asing lain, seperti bahasa Belanda dan bahasa Melayu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada 1933, guna memperluas pengetahuannya akan politik, KH Zainal Mustafa bergabung dengan NU dan jadi lebih sadar akan politik dan memahami bahwa penjajahan yang dilakukan oleh Belanda terhadap Indonesia harus segera diakhiri.
Baca juga: 12 Nama Pahlawan Nasional dari Jawa Barat |
Alhasil, pada akhir 1940, polah KH Zainal Mustafa mulai mendapat perhatian dari para penjajah. Mereka mulai mengawasinya, karena pidato-pidato yang ia berikan menimbulkan kesadaran masyarakat dan membuat Belanda dibenci karena melakukan penjajahan.
Puncaknya kemudian terjadi pada 17 November 1941, KH Zainal Mustafa ditahan oleh tentara Hindia Belanda di Tasikmalaya selama satu hari. Selanjutnya, ia dipindahkan ke LP Sukamiskin sebagai tahanan politik.
Setelah bebas pada 1942, KH Zainal Mustafa dipenjara kembali sebulan setelah ia bebas karena aktivitas politiknya. Ia ditahan selama satu tahun dan bebas pada awal tahun 1943, tepatnya ketika Jepang datang ke Indonesia.
Saat itu, ia dibebaskan oleh tentara Jepang. Meski demikian, KH Zainal Mustafa menentang dengan tegas kebijakan-kebijakan Jepang, seperti seikerei (mewajibkan bentuk penghormatan kepada kaisar), shokuryo kamri zimusyo (kewajiban menyerahkan beras ke kantor pengelolaan pangan), dan penipuan terhadap wanita yang dijanjikan sekolah ke Jepang, tapi ternyata malah dikirim ke pertempuran di Birma dan Malaya.
Atas dasar itu lah, pada Desember 1943, KH Zainal Mustafa melakukan rencana terkait pemberontakan melawan kekejaman Jepang. Caranya adalah dengan menculik para pembesar Jepang, melakukan sabotase telepon dan komunikasi, sampai membebaskan para tahanan politik.
Alhasil, puncaknya terjadi pada 25 Februari 1944, KH Zainal Mustafa memulai serangan dengan menggunakan dua taktik ke arah utara dan selatan. Tak hanya itu saja, ia juga menyiapkan 100 orang pasukan untuk berjaga di sekitar Pesantren Sukamanah.
Benar saja, ketika tengah melakukan penyerangan, pesantrennya mendapatkan serangan. Namun, kendala kekurangan orang membuat pasukannya dilumpuhkan oleh tentara Jepang.
Seakan merasa kesal dengan penyerangan yang dilakukan oleh KH Zainal Mustafa, pada 26 Februari 1944 tentara Jepang akhirnya melakukan pembersihan. Mulai dari lewat serangan udara, menghancurkan kitab-kitab, menghancurkan bangunan, sampi perampasan. Ada sebanyak 900 orang yang kemudian ditahan. Beruntungnya, pasukan yang dipimpin oleh KH Zainal Mustafa berhasil selamat, meskipun harus berujung menjadi buronan.
Sehari setelahnya, tepatnya pada 27 Februari 1944, muncul instruksi berupa pesan rahasia dari KH Zainal Mustafa kepada para santri dan warga yang ditahan. Lewat pesan tersebut diinformasikan agar pada waktu dilakukan pemeriksaan, mereka tidak membocorkan rahasia apapun kepada tentara Jepang.
Dari sekitar 752 orang yang diinterogasi, 650 orang dinyatakan tidak bersalah dan dikembalikan ke kampung asalnya. Sementara itu, sebanyak 79 orang dianggap memiliki sangkut paut terhadap pemberontakan. Mereka akhirnya menjalani hukuman penjara di LP Sukamiskin selama 5 tahun.
Sedangkan sebanyak 23 orang, termasuk KH Zainal Mustafa dibawa ke Kejaksaan Agung Dai Nippon di Jakarta. Ia beserta pasukannya kemudian dieksekusi di kawasan Cilincing, Tanjung Priok, Jakarta. Sayangnya, sampai detik ini, belum diketahui secara pasti di mana lokasi makam KH Zainal Mustafa.
(tya/tey)