Tapak Tilas Kerajaan Sumedang Larang di Makam Prabu Geusan Ulun

Tapak Tilas Kerajaan Sumedang Larang di Makam Prabu Geusan Ulun

Nur Azis - detikJabar
Senin, 08 Agu 2022 06:00 WIB
Jejak Kerajaan Sumedang Larang dari Makam Prabu Geusan Ulun
Jejak Kerajaan Sumedang Larang dari Makam Prabu Geusan Ulun (Foto: Nur Azis/detikJabar)
Sumedang -

Kabupaten Sumedang dulunya merupakan wilayah kekuasaan kerajaan Sumedang Larang. Kerajaan tersebut merupakan penerus bagi kerajaan Sunda pasca runtuhnya Kerajaan Padjadjaran.

Makam-makam raja menjadi salah satu jejak peninggalan bagi Kerajaan Sumedang Larang. Seperti makam Prabu Geusan Ulun yang berlokasi di Desa Dayeuh Luhur, Kecamatan Ganeas, Sumedang.

Kawasan Dayeuh Luhur merupakan wilayah dataran tinggi di Kabupaten Sumedang atau berada di sekitar kawasan Gunung Rengganis. Kawasan tersebut berjarak sekitar 11 kilometer dari Alun-alun Sumedang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam kamus bahasa Sunda, kata Dayeuh berarti ibukota, sementara kata Luhur berarti tinggi. Dari pengertian tersebut Dayeuh Luhur dapat diartikan ibu kota yang berada di dataran tinggi atau pusat kerajaan di dataran tinggi.

Makam Prabu Geusan Ulun kini menjadi salah satu lokasi Cagar Budaya bagi Sumedang. Makamnya sendiri berada di sebuah bangunan cukup besar.

ADVERTISEMENT

Diketahui, makam tersebut telah mengalami penataan pada 2012 saat Kepala Disparbudpora dijabat oleh Dicky Rubiana Abdullah.

Salah satu Juru Kunci Komplek Pemakaman Dayeuh Luhur, Nono Sutisna menjelaskan, kawasan Dayeuh Luhur dulunya bernama Kampung Rengganis.

"Rengganis itu dalam bahasa Sunda artinya tempat yang elok, nyaman dan tenang," terang Nono saat ditemui detikJabar di komplek pemakaman Dayeuh Luhur, Minggu (7/8/2022).

Jejak Kerajaan Sumedang Larang dari Makam Prabu Geusan UlunJuru Kunci Komplek Pemakaman Dayeuh Luhur, Nono Sutisna Foto: Nur Azis/detikJabar

Nono melanjutkan, Kampung Rengganis dulunya merupakan bagian dari Desa Cileuweung. Baru kemudian pada sekitar tahun 1984, dipisah menjadi dua desa yakni Desa Cileuweung dan Desa Dayeuh Luhur.

"Sekarang Desa Dayeuh Luhur menjadi Desa yang terpisah dari Desa Cileuweung," ujarnya.

Lokasi Terakhir Kerajaan Sumedang Larang

Nono menyebut, kawasan Dayeuh Luhur dulunya merupakan lokasi terakhir bagi Kerajaan Sumedang Larang dari sebelumnya berlokasi di kawasan Kutamaya (Red : Kawasan Padasuka, Kecamatan Sumedang Utara).

"Jadi di sini itu tempat peristirahatan terakhir Prabu Geusan Ulun," terangnya.

Nono menyebut, ada dua makam tokoh penting dari Kerajaan Sumedang Larang di Komplek pemakaman Dayeuh Luhur, yakni makam Raja Prabu Geusan Ulun bersama istrinya, Ratu Harisbaya.

Sementara satunya lagi, yakni sebuah situs yang konon tempat menghilangnya atau tempat moksa dari embah Jaya Perkasa atau Sanghyang Hawu.

"Totalnya ada 11 makam di komplek pemakaman Dayeuh Luhur, salah satu tokoh penting lainnya, yakni makam anaknya Prabu Geusan bersama Permaisuri Harisbaya yaitu Suriadiwangsa atau Rangga Gempol satu," paparnya.

Lokasi makam Prabu Geusan Ulun dan makam permaisuri Harisbaya sendiri terpisah dengan jarak sekitar 100 meter.

Sementara untuk menuju ke situs embah Jaya Perkasa, jaraknya sedikit jauh lantaran harus ditempuh dengan berjalan kaki dengan menaiki sebuah tanjakan berupa anak tangga.

"Embah Jaya Perkasa ini adalah Panglima Kerajaan Sumedang Larang yang sebelumnya merupakan utusan dari Kerajaan Padjadjaran untuk menyerahkan Mahkota Binokasih kepada Prabu Geusan Ulun," tuturnya.

Jejak Kerajaan Sumedang Larang dari Makam Prabu Geusan UlunJejak Kerajaan Sumedang Larang dari Makam Prabu Geusan Ulun Foto: Nur Azis/detikJabar

Berada di Puncak Gunung Rengganis

Sebagaimana yang disebutkan diawal oleh juru kunci, Komplek pemakaman Dayeuh Luhur ternyata memang berada di sekitar kawasan puncak Gunung Rengganis. Maka tidak heran jika saat memasuki area pemakaman udaranya cukup sejuk lantaran dikelilingi oleh pemohonan.

Berada di lingkungan pedesaan, sejumlah fasilitas pun ada di sana seperti lahan parkir yang luas, sejumlah warung, toilet dan sarana lainnya. Meski akses jalannya cukup ekstrim namun kondisinya cukup baik dengan perpaduan antara jalan beton dan aspal.

Wisatawan yang berkunjung kesini tidak hanya dari Sumedang bahkan beberapa diantaranya berasal dari luar kota. Mereka rata-rata datang untuk berziarah.

Selanjutnya Sepenggal Kisah Prabu Geusa Ulun dan Embah Jaya Perkasa

Dilansir dari Sejarah Kerajaan Sumedang Larang, Jurnal Patanjala Vol. 3, No. 1, pp. 161-166 (Euis Thresnawaty S, 2011), disebutkan bahwa Jaya Perkasa atau Jaya Prakosa atau Sang Hyang Hawu merupakan salah satu dari empat kandaga lante atau empat bersaudara mantan Senapati Kerajaan Sunda Padjadjaran.

Tiga mantan Senapati Kerajaan Sunda Padjadjaran lainnya, yakni Batara Dipati Wiradijaya (Mbah Nanganan), Sang Hyang Kondang Hapa dan Batara Pancar Buana (Mbah Terong Peot).

Keempat kandaga lante ini mendapat utusan dari pemegang kekuasaan terakhir dari Kerajaan Padjadjaran sebelum benar-benar runtuh yang saat itu rajanya bernama Prabu Raga Mulya atau dikenal juga dengan sebutan Prabu Surya Kencana.

Jejak Kerajaan Sumedang Larang dari Makam Prabu Geusan UlunJejak Kerajaan Sumedang Larang dari Makam Prabu Geusan Ulun Foto: Nur Azis/detikJabar

Amanatnya yakni menyerahkan Mahkota Binokasih kepada Prabu Geusan Ulun sebagai Raja dari Sumedang Larang.

Mahkota Binokasih sendiri merupakan mahkota yang dikenakan oleh Raja-raja Padjadjaran secara turun temurun. Runtuhnya Kerajaan Padjadjaran membuat Kerajaan Sumedang Larang secara otomatis menjadi pewaris tahta kekuasaan bagi kerajaan Sunda saat itu.

Halaman 2 dari 2
(yum/yum)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads