Mengenal Tustel Mesin Anyaman Mendong di Tasikmalaya

Mengenal Tustel Mesin Anyaman Mendong di Tasikmalaya

Faizal Amiruddin - detikJabar
Sabtu, 16 Jul 2022 07:30 WIB
Mengenal Mendong di Tasikmalaya
Mengenal Mendong di Tasikmalaya (Foto: Faizal Amiruddin/detikJabar)
Tasikmalaya -

Kerajinan berbahan mendong merupakan salah satu dari sekian banyak produk kerajinan khas Tasikmalaya. Industri kreatif yang satu ini bahkan telah mampu menembus pasar ekspor.

Dibalik produk-produk cantik itu, ada ratusan tangan-tangan terampil yang menggawangi bagian hulu rantai produksi anyaman mendong Tasikmalaya.

Mereka adalah perajin atau penenun mendong, yang bertugas menganyam mendong kering menjadi bahan setengah jadi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat ini ada keresahan di kalangan penenun mendong, yakni terkait kehadiran mesin tenun modern yang bisa saja menggeser eksistensi mereka.

"Kalau ada mesin, mungkin kami akan kehilangan pekerjaan. Tapi mudah-mudahan ke Tasik mah tidak masuk mesin tenun mendong," kata Mamah (56) seorang perajin di Kampung Pagergunung Kelurahan Singkup Kecamatan Purbaratu Kota Tasikmalaya, belum lama ini.

ADVERTISEMENT

Mamah mengaku sudah sejak gadis menekuni profesi penenun mendong. Sehingga mendong sudah menjadi bagian dari perjalanan hidupnya. "Sudah jadi pekerjaan, sumber penghasilan," kata Mamah.

Dia mengatakan upah yang diterima dari menenun mendong Rp 3 ribu per meter. Dalam sehari dia bisa menyelesaikan 10 sampai 12 meter. "Lumayan dari pada diam di rumah, lebih baik ikut ninun (menenun)," kata Mamah.

Mesin tenun mendong tradisional ini terlihat cukup unik. Mesinnya terbuat dari kayu. Perajin menyebut mesin tenun ini dengan nama tustel. "Bukan tustel buat motret, ini mah mesin tenun," kata Mamah diiringi derai tawa.

Saat mengoperasikan tustel, kedua tangan dan kaki Mamah semuanya bekerja. Di bagian kaki ada empat pedal yang berfungsi mengatur benang. Pedal ini berkaitan dengan motif anyaman. Sementara kedua tangan bekerja menyelipkan mendong sesuai dengan corak dan warna anyaman mendong.

"Ada rumusnya untuk membuat macam-macam corak anyaman, semakin banyak corak anyaman semakin rumit pengerjaannya," kata Mamah.

Dia berharap bisnis kerajinan mendong terus menggeliat sehingga berdampak positif bagi pekerjaannya. "Mudah-mudahan ekspornya semakin banyak, sehingga saya bisa terus bekerja," kata Mamah.

Zainal Muttaqin perajin mendong yang menjadi majikan Mamah mengatakan dalam sebulan pihaknya mampu mengekspor 2 kontainer beragam jenis kerajinan berbahan mendong.

"Setiap bulan rata-rata saya mengirim 2 kontainer produk kerajinan mendong ke Amerika Serikat," kata Zainal Muttaqin.

Meski ekspor produknya tak langsung atau melalui agen eksportir, Zaenal mengaku tak mempermasalahkan karena permintaannya rutin. "Memang tidak direct, tapi melalui agen. Tapi tak masalah, yang penting produk kita bisa masuk ke pasar global," kata Zainal.

Kreativitas pria yang akrab disapa Abah Eje dalam mengolah mendong tersebut tak terbatas hanya tikar saja. Lebih dari itu dia memiliki 100 item produk kerajinan berbahan mendong.

Diantaranya berupa dekorasi rumah, pernak pernik perhotelan, stationary, keranjang, kotak penyimpanan dan lain-lain.

Selain wara-wiri di pasar dunia, produk Abah Eje ini pun cukup perkasa di pasar domestik. Selama ini dia menjadi pemasok kebutuhan pernak-pernik hotel berbintang. Mulai dari sandal hotel, topi untuk tamu hingga tatakan gelas, semuanya berbahan mendong. Hotel-hotel berbintang yang menjadi mitra usaha Abah Eje tersebar di Bali, Bandung, Jakarta dan kota-kota besar lainnya.

"Pasar domestik juga lumayan bagus, walau pun kalau untuk saya lebih besar untuk ekspor. Perbandingannya 80 persen ekspor, 20 persen pasar domestik," kata Abah Eje.




(dir/dir)


Hide Ads