Cerita Andi Sopiandi: Lukisan 'Asmaul Husna' dan Perjalanan Batin

Cerita Andi Sopiandi: Lukisan 'Asmaul Husna' dan Perjalanan Batin

Wisma Putra - detikJabar
Selasa, 05 Jul 2022 13:54 WIB
Maestro lukis Andi Sopandi
Pelukis Andi Sopiandi di galeri Andi Studiolukis (Foto: Wisma Putra/detikJabar)
Bandung -

Kaligrafi Asmaul Husna yang dilukis menggunakan cat akrilik berwarna warni di kanvas berukuran 140Γ—180 centimeter, terpajang di dinding sebuah rumah yang ada di gang sempit di kawasan Bandung Utara.

Tak hanya lukisan kaligrafi Asmaul Husna, ada juga lukisan tawaf dan 13 lukisan lainnya bertemakan religius yang dilukis langsung oleh Andi Sopiandi dan dipamerkan di studionya, Andy Studiolukis di Jalan Cigadung Raya Barat, Gang Cipaheut Kidul II No 34.

Pameran lukisan ini bertajuk "Dan aku, telah menemukanNYA" dan dikuratori oleh Aendra Medita. Pameran ini digelar selama dua pekan dari Tanggal 2-16 Juli 2022 dengan waktu operasional dari Pukul 10.00-16.00 WIB.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

detikJabar berkesempatan bertemu dengan Andi Sopandi saat berkunjung ke studionya belum lama ini. Sebelum menunjukkan lukisan lain, Andi memperlihatkan salah satu lukisan yang dibuatnya dalam keadaan sakit.

"Ini kaligrafi, tapi dibuat modern, kontamporer. Namanya Asmaul Husna," kata Andi kepada detikJabar.

ADVERTISEMENT
Maestro lukis Andi SopandiMaestro lukis Andi Sopiandi Foto: Wisma Putra/detikJabar

Pria kelahiran Bandung 12 Februari Tahun 1968 itu mengungkapkan, tidak mudah membuat lukisan kaligrafi Asmaul Husna tersebut. Waktu pengerjaannya pun cukup lama, tidak seperti biasanya karena Andi dalam keadaan sakit.

"Saya merasakan panas tinggi demam, sakit cukup parah, saya lawan, saya harus sehat, seminggu (sakitnya), (tapi) tiga hari sudah beraktivitas, ini saya bikin selama tiga minggu, biasanya tiga hari juga selesai," ungkapnya.

Andi yang sudah malang melintang di dunia seni lukisan dan sudah menggelar sejumlah pameran tunggal dan bersama ini menyebut, 15 lukisan yang dipamerkan ini sarat akan perjalanan religius dirinya selama hidup di dunia.

Pameran ini terbuka untuk umum dan tidak dikenai tiket. Tak hanya dapat melihat 15 karya lukisan milik Andi yang dilukis hampir selama satu tahun. Para pengunjung juga bisa berbincang langsung dengan Andi dan bertanya terkait lukisan yang dibuatnya hingga bisa sharing terkait pengalaman dalam melukis hingga Andi dapat dikenal sebagai pelukis terkenal di Bandung.

Perjalanan Religius di Jepang

Usai menunjukkan lukisan Asmaul Husna, Andi langsung menunjukkan lukisan kolase yang di mana dalam lukisan kolase itu ada dua gambar lukisan yang ditempel olehnya. Dua gambar lukisan itu, pernah di pameran di Tokyo Jepang Tahun 2017 dan 2018 lalu.

"Satu sarapan pagi, dibeli orang Jakarta. Itu pisang kukus dan teh pahit di dalam poci yang disimpan di atas meja. Kedua, pegunungan Indonesia, menggambarkan pegunungan Ciwidey, pepohonan dan hamparan kebun teh, dibeli masih orang Bandung. Dibeli, harga pertemanan, relatif, (kalau) harga pameran tidak akan terjangkau," jelas Andi.

Pada pameran tahun 2017 Andi tak bisa hadir, baru pada tahun 2018 Andi dapat menghadiri pameran lukisan tersebut. Saat menghadiri pameran lukisan itu, Andi memilki pengalaman yang tak terlupakan dan sarat akan kisah religius seperti 15 lukisan yang dibuatnya.

"Sarat akan tema islami, ini perjalanan religius saya, terutama yang di Tokyo, waktu itu saya masih ingat, Sabtu pelaksanaan pameran, Jumat pasang karya. Kita cari masjid (untuk salat Jumat), ada masjid Al-Iklas berdiri di antara gedung pecakar langit. (Tak mudah temukan masjid) saya tanya ke polisi, begitu di pojok saya nanya, masjid di mana, ada tuh di sebelah (dijawab orang). (Sampai di masjid) Bapak mau Jumatan? Oh baru selesai, kalau mau salat zuhur di atas di lantai dua," kisahnya kepada detikJabar.

Maestro lukis Andi SopandiMaestro lukis Andi Sopiandi Foto: Wisma Putra/detikJabar

Andi bersama dua temannya jalan ke atas, nunggu di lantai dua. Andi juga bercerita, dari tempat pameran ia berjalan hampir selama dua jam dengan situasi cuaca panas dan perut kosong.

Andi sudah berusaha mencari makanan, namun kala itu susah mencari makanan yang halal. Sehingga ia putuskan cari masjid sekaligus ingin bertanya tempat makan yang menjual makanan halal.

"Cari makan, cari yang halal susah, akhirnya kita putuskan cari masjid, perjalanan dua jam jalan, perut kelaparan, setelah salat, keluar, apa? Disuguhi tongseng kambing dan nasi yang cukup banyak, di situ kita bertiga nangis, dan itu susah kami dapatkan," ucapnya Andi.

Buat Lukisan Kurang Dari 10 Menit

Cat merah marun diulaskan di atas kanvas, diulaskan tidak beraturan, cat itu langsung diratakan oleh Andi dengan menggunakan kuas yang dipegang di tangan kanannya.

Setelah memulaskan cat merah marun. Andi juga memulaskan cat berwarna hitam. Sama seperti sebelumnya, cat itu dipulaskan tanpa beraturan.

Pada awal melukis, cat yang dicampurkannya terlihat berantakan, tangan kanannya yang memegang kuas terus memulaskan cat dari kanan ke kiri, dari atas ke bawah dan terus menerus hingga lukisan itu mulai terlihat bentuknya.

"Ini lukisan ruang dan waktu," kata Andi.

Tak mudah baginya meski hanya melukis dengan hasil gambar yang bisa dikatakan oleh orang awam lukisan sederhana. Tapi baginya, raganya seperti tersedot ke lukisan itu.

"Seperti tersedot ke dalam lukisan," ujar Andi dengan nafas tersenggal-senggal seperti layaknya orang selesai berlari.

Maestro lukis Andi SopandiMaestro lukis Andi Sopiandi Foto: Wisma Putra/detikJabar

Agar terlihat seperti masuk ke dalam lorong, Andi menambahkan cat warna merah menyala dan menggoreskan ujung belakang kuas ke kanvas lukisan yang dibuatnya. Tidak sampai 10 menit, lukisan itu pun jadi.

"Tidak mudah buat lukisan seperti ini, dibutuhkan penjiwaan yang luar biasa," ujarnya.

(wip/yum)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads