Di Kabupaten Ciamis ada kesenian helaran Munding Ki Bowang. Kesenian ini berasal dari Dusun Banjarwaru, Kecamatan Kawali.
Seni pertunjukan ini diciptakan berdasarkan cerita rakyat yang mengisahkan kejadian zaman dahulu yang terjadi di Dusun Banjarwaru.
Bentuk kesenian helaran ini mirip seperti teatrikal. Dua orang memainkan kostum munding alias kerbau berukuran besar sedang mengamuk.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Munding itu lari tanpa arah yang jelas hingga biasanya membuat penonton pun kaget. Kemudian ada beberapa orang lainnya berusaha menaklukan munding tersebut.
Kabid kebudayaan Disbudpora Ciamis Muharram A Zajuli didampingi Pamong Budaya Ahli Muda Eman Hermansyah menjelaskan sejarah kesenian tersebut. Konon pada masa lalu ada pendekar atau jawara yang sakti bernama Ki Bawang.
Kesenian Munding Ki Bowang di Ciamis. Foto: Dadang Hermansyah/detikJabar |
Dia merupakan seorang tokoh yang dikenal sangat mencintai, melindungi, dan mengayomi masyarakat. Sehingga daerah tersebut dalam keadaan aman dan tidak ada yang berani melakukan kejahatan.
Namun pada suatu waktu terjadi kekacauan di daerah tersebut. Masyarakat resah sebab segerombolan kerbau atau munding tiba-tiba mengamuk. Munding tersebut biasanya digunakan untuk membajak sawah.
"Pada saat itu menurut cerita, tidak ada warga yang berani menangkap dan menaklukkan munding tersebut, mengingat ukuran kerbau sangat besar," ujar Eman, Minggu (26/6/2022).
Menurut Eman, kerbau tersebut merusak dan mengacak-acak semua benda yang ada di sekitarnya. Kejadian itu membuat masyarakat setempat ketakutan.
"Diceritakan dengan berani Ki Bowang diarahkan atau dipancing ke tempat jebakan yang telah dibuat. Akhirnya munding tersebut berhasil ditaklukkan oleh Ki Bowang menggunakan jebakan getah bersama masyarakat," katanya.
Menurut Eman, dengan adanya peristiwa itu, sebuah lokasi di Banjarwaru, ini diberi nama atau dikenal dengan nama Baruang Leugeut.
Eman menjelaskan filosofi kesenian Munding Ki Bowang adalah satu tatanan kemasyarakatan yang bisa menciptakan keamanan dan ketentraman berkat pemimpin yang berani.
Kesenian Munding Ki Bowang di Ciamis. Foto: Dadang Hermansyah/detikJabar |
Makna lainnya, mengajarkan jiwa seorang pemimpin yang mampu mengayomi masyarakatnya. Selanjutnya, warga, khususnya pemimpin, diajak peduli terhadap masalah yang dihadapi masyarakat.
Namun pemimpin juga harus didukung kerja sama dengan masyarakat. Sehingga kemananan dan ketentraman wilayah, serta kesejahteraan masyarakat bisa tercipta.
"Filosofinya pemimpin yang mampu mengayomi masyarakat. Begitu juga masyarakatnya yang ikut mendukung dengan bergotong-royong," pungkasnya.













































