Masyarakat Sunda memiliki permainan tradisional bernama bola leungeun seuneu (boles) alias bola tangan api. Permainan ini biasanya beriringan dengan pencak silat.
Salah satu pegiat boles sekaligus pendiri Pesantren Dzikir Al Fath Kota Sukabumi Muhammad Fajar Laksana mengatakan, seni bermain boles sudah ada sejak abad ke XIII-XV Masehi, tepatnya pada masa Kerajaan Pajajaran. Data ini tercatat dalam Kitab Suwasit di Museum Prabu Siliwangi.
"Seni maen bola leungeun seuneu ini pada zaman Kerajaan Pajajaraan dipertunjukan untuk acara-acara penyambutan kedatangan raja dan upacara-upacara kebesaran dari Kerajaan Pajajaran yang menonjolkan unsur seni dan olahraga," kata Fajar dalam keterangannya, Rabu (22/6/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat ini, permainan tersebut dilestarikan dan menjadi ikon kebanggaan Kota Sukabumi. Sama seperti zaman dulu, boles sering kali ditampilkan dalam acara-acara resmi seperti syukuran pengangkatan pimpinan, syukuran sunatan, perkawinan, festival budaya, peringatan hari-hari besar, pertandingan adu lisung, dan lain-lain.
Permainan ini dimulai dengan dua tim yang saling memperebutkan bola. Hampir mirip dengan permainan bole basket, boles pun menuntut pemain memasukkan bola ke dalam sebuah keranjang yang telah disiapkan.
Berbeda dengan basket yang bolanya dipantul ke bawah saat digiring, bola api ini dilempar ke atas sebelum dioper ke pemain lain. Memegang bola api tentunya dengan menggunakan tangan kosong sampai masuk ke jaring hingga bisa mencetak sebuah kemenangan.
(ors/ors)