5 Tradisi Unik di Jabar Jelang Ramadan

5 Tradisi Unik di Jabar Jelang Ramadan

Tim detikJabar - detikJabar
Selasa, 29 Mar 2022 20:01 WIB
Tradisi makan bersama jelang ramadan
Ilustrasi makan bersama jelang Ramadan. (Foto: iStock)
Bandung -

Menjelang bulan suci Ramadan, masyarakat Jawa Barat biasa melakukan berbagai tradisi untuk menyambutnya. Mulai dari nyekar ke makam, munggahan hingga mengadakan festival liwet.

Berikut 5 tradisi unik di Jabar yang dirangkum detikJabar :

1. Munggahan

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Acara ini biasanya dilakukan pada akhir bulan Sya'ban, satu atau dua hari menjelang Ramadhan. Bentuk pelaksanaannya bervariasi, umumnya berkumpul bersama keluarga dan kerabat, makan bersama dan saling bermaafan serta berdoa bersama.

2. Nyekar

ADVERTISEMENT

Nyekar atau ziarah kubur adalah salah satu tradisi yang biasa dilakukan menjelang memasuki bulan suci ramadhan oleh sebagian besar masyarakat muslim di tanah air.

Aktivitas mendoakan keluarga atau sanak saudara yang telah meninggal dunia mulai terlihat di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Seperti di sebagian besar makam yang berada di Jawa Barat ramai didatangi warga. Seperti di wilayah Kecamatan Leuwimunding, sejumlah warga terlihat sedang membersihkan dan mendoakan makam keluarganya.

Atau di TPU Kamboja, Purwakarta, banyak didatangi peziarah yang mendoakan keluarga yang sudah meninggal dunia.

3. Festival Liwet

Santri di Pesantren Darussalam Ciamis, menggelar Festival Liwet Nusantara untuk menyambut Ramadan. Kegiatan ini dilaksanakan di area pesantren, Minggu (27/3/2022). Santri yang turut serta dalam Festival Liwet Nusantara ini berjumlah 1.750 orang dari berbagai tingkatan.

Awalnya mereka memasak nasi liwet beserta masakan kuliner khas lainnya di area pesantren menggunakan sejumlah tungku dadakan. Kemudian nasi liwet dan kuliner lainnya disajikan pada stan di Gedung Serbaguna Nadwatul Ummah.

Festival Liwet Nusantara ini juga bertujuan melatih para santri harus bisa memasak masakan tradisional dan liwet. Meski terlihat mudah, memasak nasi liwet juga harus punya resep yang sesuai agar rasanya enak.

Bahkan ada teknik tersendiri memasak nasi liwet. Apabila tidak menggunakan teknik itu, nasi bisa menjadi gosong bahkan tidak matang sempurna.

4. Papajar

Masyarakat muslim Sunda khususnya di Sukabumi dan Cianjur memiliki tradisi unik dalam menyambut Ramadan. Tradisi tersebut dinamakan Papajar yang konon katanya sudah ada sejak abad ke 16.

Papajar berasal dari kata mapag pajar (fajar).Dalam bahasa Sunda, istilah ini cukup tua untuk menyambut kemunculan sesuatu misalnya srangenge ti langit, tangara raja papajar dan lain-lain.

Jika fajar identik dengan terbitnya matahari maka Papajar merupakan sambutan untuk terbitnya bulan Ramadan. Biasanya kegiatan Papajar diisi dengan rekreasi dan makan-makan sepekan sebelum berpuasa.

Kegiatan Papajar warga Sukabumi biasanya dilakukan di Pelabuhan Ratu, Selabintana atau beberapa tempat wisata lain. Para keluarga membawa makanan sambil menggelar tikar dan makan-makan bersama.

5. Misalin

Proses Tradisi Misalin diawali dengan membersihkan situs dan makam leluhur di Situs Bojong Galuh Salawe. Kemudian pada malam harinya, panitia tradisi menggelar ngadamar, berkeliling kampung membenarkan kepada warga bahwa besok hari akan digelar Misalin.

Puncak dari Tradisi Misalin ini adalah melakukan tawasul dan doa bersama di area makam para leluhur. Selanjutnya saling bersalaman antar warga, lalu makan bersama sebagai wujud kebersamaan sesama warga. Kemudian diakhiri dengan atraksi budaya dengan mempertontonkan kesenian khas Kecamatan Cimaragas.

Budayawan Ciamis Aip Syarifudin mengatakan Tradisi Misalin ini sudah berlangsung sejak dulu secara turun temurun. Filosofi dari tradisi ini adalah meninggalkan segala perbuatan dosa menjelang Ramadhan.

Misalin ini sebagai sarana mendekatkan diri dengan sang pencipta dan sesama warga. Mewujudkan sikap bersilaturahmi, gotong royong, tenggang rasa dalam rangka keharmonisan dalam bermasyarakat dan bernegara.

Tradisi Misalin di Situs Galuh Salawe, Desa Cimaragas, Kecamatan Cimaragas ini telah ditetapkan dalam Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) oleh Pemerintah Pusat.




(tey/tey)


Hide Ads