Tak hanya objek wisata, Kabupaten Pangandaran ternyata menyimpan peninggalan sejarah. Salah satunya masih ada sisa candi masa kerajaan Sunda di Taman Wisata Alam (TWA) Cagar Alam Pananjung, Pangandaran, Jawa Barat.
Nama Pananjung sendiri merupakan sebutan dari situs tanjung. Dari sumber tradisi, daerah tersebut merupakan pusat kerajaan Pananjung. Dulunya merupakan bangunan suci pada masanya.
Dalam kawasan Cagar Alam Pananjung, Desa/Kecamatan Pangandaran, Kabupaten Pangandaran terdapat situs Batu Kalde yang disebut sebagai salahsatu peninggalan candi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salahsatu pemandu wisata Cagar Alam Pangandaran Haris mengatakan, setelah diteliti situs Batu Kalde diasumsikan sebagai bangunan candi yang digunakan tempat ibadah keagamaan Hindu dari masa Kerajaan Sunda.
"Di dalam situs Batu Kalde terdapat beberapa fragmen dan struktur Candi dengan bahan dasar batuan kapur diantaranya, Arca Candi, Yoni, Lingga, dan struktur candi lainnya," kata Haris kepada detikcom beberapa waktu lalu.
Candi tersebut sebagian terkubur dalam permukaan tanah yang berserakan. Menurutnya dari hasil pengamatan struktur yang ada di situs Batu Kalde dapat dijumpai juga di percandian di Jawa Tengah, yakni Candi Kimpulan, Candi Gunung Sari, dan Candi Gunung Wukir yang dihubungkan dengan Prasasti Canggal tahun 732 Masehi.
![]() |
Selain itu, candi yang berada di Cagar Alam Pangandaran memiliki kaitan erat dengan mitos yang berkisah tentang Dewi Rengganis (Dewi Samboja) dan Raden Anggalarang.
Dalam sejarahnya, Dewi Rengganis merupakan istri Raden Anggalarang yang pernah mendirikan Kerajaan Galuh Tanduran di daratan Pananjung, berdirinya Kerajaan Galuh Tanduran tersebut atas permintaan Raden Anggalarang kepada ayahnya Prabu Haurkuning salah satu raja di tanah Pajajaran waktu itu.
Haris menjelaskan, situs Pananjung telah diteliti oleh pusat Arkeologi Nasional pada tahun 1977, 1978, 1983, 1984, 1986, 1987 dan 1991 yang merupakan survei dan ekskavasi. "Hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa candi tersebut terdiri dari beberapa bangunan," ucapnya.
Jika dilihat di lokasi beradanya candi, bangunan di sebelah Barat berbentuk bujur sangkar berukuran 12 meter X 12 meter.
Karena terjadi adanya kepentingan, akhirnya bamgunan tersebut diurung kembali. Artefak dan fitur yang tampak ke permukaan merupakan struktur batu yang tidak beraturan, dan batu bulat yang sebagainya tertanama di dalam tanah.
Pada batu-batu bulat itu terdapat bekas gesekan yang memutar membentuk alur-alur. Tidak jauh dari tempat ini terdapat struktur bangunan berbentuk empat persegi panjang yang dipercaya sebagai "makam" para bajak laut.
Situs Batu Kalde atau Candu Candha Wasi dulunya merupakan tempat peribadatan atau lokai istirahat Raja Galuh Pangauban yang bernama Maharaha Sanghiyang Cipta atau Prabu Linggawesi.
Publik memang mengenalnya sebagau situs Batu Kalde padahal dulunya merupakan tempat pemakaman atau perisitirahatan terakhir Raja Galuh Maharaha Sanghiyang Cipta atau Prabu Linggawesi.
![]() |
Dalam keterangan Waosan Babad Galuh sekitar abad 14 Candi Candha Wasi merupakan lokasi yang suci dan sakral semasa kerajaan Hindu.
"Konon dari cerita tutur, antrean untuk mengantarkan jasad Raja Galuh Pangauban Maharaja Sanghiyang Cipta berderetan ramai yang diarak dari Ciputrapinggan sampai Candi Candha Wasi," terangnya.
Bahkan ritual kebudayaan dilakukan dengan begitu terhormat untuk Raja sebagai penghormatan besar. "Dalam arak-aeakan jenazah terdapat payung asri, payung kembar dan payung agung," paparnya.
(yum/tya)