Bagi banyak orang, utang sering kali dikaitkan dengan beban finansial yang menguras kantong. Namun, berbeda dengan pengalaman seorang ilmuwan asal Amerika Serikat, Walter Hunt. Terhimpit utang besar, ia justru menemukan ide cemerlang yang mengubah hidupnya dan menjadikannya kaya raya. Seperti apa kisahnya?
Mengutip dari detikFinance, Today I Found Out mengabarkan, kisah ini bermula ketika Walter Hunt memiliki utang sebesar 15 dolar AS kepada seorang juru gambar bernama J.R. Chapin. Jika disesuaikan dengan nilai mata uang saat ini, jumlah utang tersebut setara dengan sekitar 422 dolar AS atau sekitar Rp6,58 juta (dengan kurs Rp15.600 per dolar AS). Tidak diketahui secara pasti sejak kapan utang ini muncul.
Walter Hunt dikenal sebagai ilmuwan yang sibuk dan produktif. Pada awal 1800-an, ia berhasil menciptakan berbagai inovasi, seperti pena, mesin pemecah es, mesin penyortir surat, hingga senjata api. Bahkan, pada 1834, ia menciptakan mesin jahit pertama di dunia. Namun, sang putri membujuknya untuk tidak mengomersialkan penemuannya karena dikhawatirkan dapat menyebabkan banyak penjahit kehilangan pekerjaan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di sisi lain, J.R. Chapin merupakan seorang ilustrator yang bertugas menggambar sketsa penemuan Hunt agar dapat dipatenkan. Pada tahun 1849, Chapin akhirnya menagih pembayaran atas jasanya, sementara Hunt masih belum memiliki cukup uang untuk melunasinya.
Lahirnya Peniti dalam Waktu Tiga Jam
Terdesak oleh utang, Hunt termenung mencari cara untuk melunasi kewajibannya. Dalam kondisi penuh tekanan, ia mengambil sebatang kawat dan mulai memelintirnya. Dalam waktu tiga jam, ia berhasil menciptakan sebuah penjepit yang kini dikenal sebagai safety pin atau peniti.
Tak ingin menyia-nyiakan idenya, Hunt segera mengajukan paten. Tepat pada 10 April 1849, ia secara resmi mendapatkan hak paten untuk peniti dengan nomor U.S. Patent No. 6,281.
Setelah mendapatkan hak paten, Hunt langsung menjualnya kepada perusahaan W.R. Grace and Company dengan harga 400 dolar AS. Jika dikonversi ke nilai saat ini, jumlah tersebut setara dengan sekitar 11.000 dolar AS atau sekitar Rp171,6 juta.
Dengan uang hasil penjualan hak patennya, Hunt segera melunasi utangnya kepada Chapin. Hidupnya pun membaik setelah itu. Namun, keputusan untuk menjual hak paten ini dianggap sebagai kesalahan besar dalam hidupnya.
Peniti hasil temuannya ternyata laku keras di pasaran ketika mulai diproduksi secara massal. Perusahaan yang kini memproduksi peniti mampu meraup keuntungan hingga jutaan dolar. Pada abad ke-18, jumlah uang sebesar itu memiliki nilai yang sangat besar.
Artikel ini telah tayang di detikFinance.
(fdl/sud)