Kisah Karmi, Pejuang Keluarga di Balik Gerobak Sayur

Serba-serbi Warga

Kisah Karmi, Pejuang Keluarga di Balik Gerobak Sayur

Siti Fatimah - detikJabar
Jumat, 03 Jan 2025 06:30 WIB
Karmi, pedagang sayur di Kampung Rancagoong, Desa Gegerbitung, Kecamatan Gegerbitung, Sukabumi.
Karmi, pedagang sayur di Kampung Rancagoong, Desa Gegerbitung, Kecamatan Gegerbitung, Sukabumi. Foto: Siti Fatimah/detikJabar
Sukabumi -

Di usia senjanya, Karmi (68) tetap teguh menjalani kehidupan sebagai pedagang sayur keliling. Ia tinggal di Kampung Rancagoong, Desa Gegerbitung, Kecamatan Gegerbitung. Sejak tahun 1985, Karmi telah mengabdikan diri pada pekerjaan ini untuk menghidupi keluarganya.

Setiap hari, perjuangan Karmi dimulai sejak dini hari. Pada pukul 02.00 WIB, ia sudah berangkat menuju pasar untuk berbelanja sayur-mayur yang akan dijualnya. Dengan gerobak sederhana, ia memulai perjalanan panjang dari Rancagoong menuju Cilangla, menjajakan dagangan dengan jarak yang tidak sedikit. Ia baru kembali ke rumah sekitar pukul 14.00 WIB, setelah hampir 12 jam beraktivitas.

Dulu Kuat, Kini Tertatih

"Dulu mah ditanggung (pakai pikulan), sekarang pakai gerobak didorong," cerita Karmi kepada detikJabar, Kamis (2/1/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Empat tahun terakhir, ia terpaksa menggunakan gerobak karena tenaganya tak lagi seperti dulu. "Dulu mah bawa 70 kilogram sayur masih kuat, sekarang 40 kilogram saja sudah sakit-sakit," ujarnya.

Perjuangan ini tak lepas dari tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga. Bersama istrinya yang masih setia mendampingi, Karmi harus menghidupi enam anak. Salah satu anaknya menganggur, sementara yang lain berusaha membantu sebisa mungkin.

ADVERTISEMENT

Dalam sehari, penghasilan Karmi hanya sekitar Rp70 ribu, dengan keuntungan bersih sekitar Rp50 ribu. Tak jarang, ia hanya bisa menutupi modal belanja tanpa keuntungan. Meski demikian, Karmi tak pernah menyerah.

"Ya daripada minta-minta, biarpun sudah tua tapi masih berusaha buat menghidupi anak dan istri," katanya dengan penuh keikhlasan.

Cita-cita yang Sederhana

Meski hidup dalam keterbatasan, Karmi menyimpan harapan besar. Ia ingin mendapatkan bantuan agar bisa membuka warung di rumah. Dengan begitu, ia tak perlu lagi mendorong gerobak dan mengarungi perjalanan jauh setiap hari. "Ingin dapat bantuan, biar bisa buka warung di rumah," ungkapnya.

Riza (41) salah satu warga sekitar jadi salah satu saksi hidup perjuangan Karmi. Dia mengenang saat Karmi berjualan di sekitar rumahnya.

"Iya dari saya kecil Pak Karmi ini sudah berjualan sayur. Dulu, kalau Pak Karmi lewat pasti warga ramai-ramai keluar buat belanja," kata Riza.

Warga lainnya, Murni (50) berharap ada perhatian lebih untuk Karmi. "Kasihan, Pak Karmi itu sudah tua tapi masih kerja keras. Kalau ada bantuan, semoga bisa membantu dia buka warung biar nggak usah keliling lagi," ungkapnya.

Selama 40 tahun berdagang, Karmi belum pernah mendapatkan bantuan apa pun, baik dari pemerintah maupun pihak lainnya. Kisah hidupnya adalah potret perjuangan seorang ayah yang tak kenal lelah demi keluarga, meskipun usianya sudah tak muda lagi.

Semoga harapan Karmi untuk mendapatkan bantuan dan membuka warung di rumah dapat segera terwujud. Sebab, di balik gerobaknya, ada cerita perjuangan dan semangat hidup yang luar biasa.




(sud/sud)


Hide Ads