Masa Depan UMKM Kulit Garut di Pasar Global

Masa Depan UMKM Kulit Garut di Pasar Global

Wisma Putra - detikJabar
Jumat, 29 Nov 2024 21:53 WIB
Sentra Kerajinan Kulit Sukaregang, Garut.
Sentra Kerajinan Kulit Sukaregang, Garut (Foto: Wisma Putra/detikJabar)
Garut -

Cuaca Kabupaten Garut cukup cerah di siang hari pada akhir Bulan Oktober 2024. Meski sudah memasuki musim hujan, matahari bersinar terang dan menerangi kota yang kerap disebut sebagai Swiss Van Java ini. Jika berbicara Garut, kita akan ingat dengan makanan tradisionalnya Dodol Garut atau obyek wisata legendarisnya Cipanas Garut.

Namun, selain dikenal dengan kota dengan beragam kuliner dan wisatanya. Garut juga dikenal sebagai kota fesyen, penghasil produk kulit ternama di Indonesia yang namanya sudah harum hingga mancanegara. Bahkan, tak lengkap rasanya jika kita tidak membeli produk kulit ini saat berkunjung ke kota yang ada di wilayah Priangan Timur, Jawa Barat ini.

Bagi Anda yang berencana mencari produk kulit ternama di kota yang juga kerap disebut sebagai Kota Intan ini, Anda tinggal datang saja ke Jalan Ahmad Yani Garut atau yang dikenal sebagai Kawasan Sukaregang. Di jalan itu Anda bakal menemukan banyak penjual produk kulit yang berjualan di Sentra Kerajinan Kulit Sukaregang hingga ke toko, ruko atau ritel modern.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sama halnya saat kita berjalan-jalan di Malioboro, kita bebas memilih toko yang kita inginkan. Jika penasaran dengan beragam produk yang dijual Anda bebas berkeliling atau keluar masuk toko yang Anda inginkan.

detikJabar berkesempatan berkunjung ke Sentra Kerajinan Kulit Sukaregang, di sentra kulit tersebut Anda bisa temukan banyak toko yang menjual produk kulit. Ada toko yang fokus menjual sepatu, jaket, tas atau aksesoris. Ada juga toko yang menjual produk kulit secara campur. Sama seperti berbelanja di pasar tradisional pada umumnya, Anda bebas menawar hingga menemukan harga yang disepakati antara pembeli dan penjual.

ADVERTISEMENT

Karena kami datang di kala weekday, susana sentra kulit ini tidak terlalu ramai pengunjung. Namun, jika Anda datang di kala weekend alias hari libur, siap-siap Anda berlomba-lomba dengan pengunjung lainnya untuk mengitari sentra kulit ini dengan berdesak-desakan. Bila ingin mengetahui sentra kulit ini ramai atau tidak oleh pengunjung, Anda bisa melihat ke arah parkiran kendaraan, jika dipenuhi bus hingga mobil berarti pengunjung sedang banyak.

Jika kedatangan Anda hanya sekedar untuk melihat-lihat atau hanya windows shopping, itu tidak akan menjadi masalah, pasalnya para pedagang di sentra kulit ini ramah dan terbuka kepada semua pengunjung yang datang. Intinya, jika Anda berencana membeli produk kulit di sentra kulit ini, Anda juga harus sepintar mungkin melakukan negosiasi agar mendapatkan barang sesuai dengan isi kantong dan bisa memborong banyak produk kulit asli Garut yang dijual oleh para pedagang.

Sentra Kerajinan Kulit Sukaregang, Garut.Sentra Kerajinan Kulit Sukaregang, Garut. Foto: Wisma Putra/detikJabar

Masih di Jalan Ahmad Yani, detikJabar berkesempatan berkunjung ke salah satu ruko yang dijadikan sebagai tempat untuk berjualan produk kulit milik Asli Ti Garut atau Astiga Leather. Beda dengan suasana sebelumnya, suasana di toko ini sudah seperti toko ritel pada umumnya. Ruko dengan nomor 320 dan bergaya desain furnitur industrial itu memiliki dua lantai,

Lantai 1 bagian utama dijadikan tempat untuk menjajakan produk kulit, di bagian belakang masih di lantai 1 dijadikan kantor beserta tempat penyimpanan kulit siap produksi dan di lantai 2 digunakan sebagai tempat produksi atau menjahit. Untuk di ruang utama, para pembeli bisa leluasa memilih produk yang diinginkan dan pembeli juga dapat berkesempatan melihat produk premium dengan kualitas tinggi yang dijual di toko ini.

Siapa sangka, produk-produk premium yang ada di toko ini dijual ke luar negeri di antaranya negara-negara di Asia seperti Malaysia, Singapura hingga Brunei Darussalam. Lalu negara-negara di Eropa hingga di Amerika Serikat. Selain itu, produk Astiga Leather sudah menjadi langganan publik figur, pejabat, menteri hingga istri mantan Presiden RI Abdurrahman Wahid yakni Shinta Wahid hingga petinggi Bank Indonesia dan Bank BRI menggunakan produk dari Astiga Leather.

Bagi yang pertama kali datang ke tempat ini, Anda akan mengira jika Astiga Leather dikelola oleh perusahan fesyen besar dan terkenal karena tampilan tokonya yang kekinian dan modern. Namun siapa sangka, Astiga Leather ini adalah UMKM asal Garut yang berhasil naik kelas. Sama seperti usaha kecil pada umumnya, sebelum besar seperti saat ini Astiga Leather dirintis dari bawah di mana proses produksinya pernah dilakukan di sebuah rumah yang ada di Jalan Merdeka, Garut. Berkat kegigihan sang pemilik almarhum H Yusuf Sofyan yang kini diteruskan oleh putranya Lutfhi Muhammad sekaligus sebagai Owner Astiga Leather.

detikJabar, berkesempatan berbincang langsung dengan Lutfhi Muhammad dan berkesempatan duduk di kursi kulit yang nyaman yang ada di ruangan utama. Kursi kulit itu, kerap digunakan jika Astiga Leather dikunjungi tamu istimewa. Mengapa disebut istimewa, di sekeliling kursi itu terpajang produk kulit salah satunya produk jaket dan tas-tas premium. Selain itu, produk-produk yang terpajang di rak tersebut merupakan artikel-artikel eksklusif yang dikeluarkan oleh Astiga Leather.

Kepada detikJabar, Lutfhi mengisahkan sepenggal cerita perjalanan Astiga Leather yang dilakukan sang ayah. Sebelum berjualan di toko seperti saat ini, untuk merintis usaha produk kulit tersebut, menurut Lutfi jika sang ayah pernah berjualan produk kulit dengan cara berkeliling dari tempat ke tempat hingga kota ke kota. Menurut Lutfhi, kini tugas dia tinggal meneruskan peninggalan sang ayah hingga usaha produk kulitnya terus berkembang salah satunya terus berinovasi agar produk kulit ini tidak tergerus oleh zaman.

Owner Astiga Leather Garut Lutfhi Muhammad. Foto: Wisma Putra/detikJabarOwner Astiga Leather Garut Lutfhi Muhammad Foto: Wisma Putra/detikJabar

Astiga didirikan pada tahun 1998. Sebelum usaha ini didirikan, Lutfhi menuturkan jika sang ayah pernah bekerja sebagai TKI di Jepang pada bidang furnitur dari tahun 1996-1997, satu tahun di Jepang sang ayah pulang ke Indonesia dan bekerja di pabrik aksesoris pakaian yang ada di Bekasi, namun tak berlangsung lama karena terdampak krisis moneter yang terjadi tahun 1998 dan akhirnya ayahnya pun kembali pulang ke kampung halaman dan berjualan produk kulit secara keliling.

"Pas pulang kampung tahun 1998, dulu Sukaregang belum seramai seperti sekarang, banyak toko-toko. Bapak mencoba mulai usahanya, istilah sekarang mah jadi reseller dari beberapa toko yang sudah ada, jualannya ke teman-temannya, ke rekanannya di Bandung, Jakarta dan lainnya. Cari konsumen secara langsung ke kantor-kantor, bawa contoh, pesan dan dibikinin," kata Luthfi kepada detikJabar belum lama ini.

Luthfi mengungkapkan, orderan produk kulit yang diterima sang ayah pada saat itu terus meningkat, hingga ayahnya pun melihat prospek bisnis ini cukup bagus dan akhirnya, H Yusuf Sofyan buka usaha produk kulit di lantai 2 tang ada di rumahnya di Jalan Merdeka Garut dengan dibantu dua orang karyawan.

Menurut Luthfi, perkembangan produk kulit di Garut semakin pesat, sang ayah memutuskan memindahkan usahanya ke kawasan Sukaregang dan mengontrak sebuah toko dengan harapan usahanya semakin meroket. Mengontrak ruko di tahun 2001, akhirnya sang ayah dapat membeli ruko di tahun 2009 lalu.

"Karena pusat perkulitan ada di Sukaregang, bapak putuskan untuk ngontrak di daerah sini di tahun 2001, pindah-pindah awalnya dari ujung Perempatan SMP 3 hingga kita punya sendiri di tahun 2008-2009 an. Dibeli oleh bapak, dulu kawasan ini dulu belum ramai, belum seramai seperti saat ini dan belum ada pertokoan," tuturnya.

Tembus Bantuan KUR BRI Rp3 Miliar

Produk kulit Astiga Leather. Foto: Wisma Putra/detikJabarProduk kulit Astiga Leather. Foto: Wisma Putra/detikJabar


UMKM di Jawa Barat harus mencontoh langkah Luthfi dalam menjalankan usahanya. Kesuksesan Luthfi, tak terlepas dari dukungan banyak pihak salah satunya bank milik BUMN yakni BRI. Beragam manfaat didapatkan oleh Lutfi selama menjadi UMKM binaan, dari mulai mendapatkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang angkanya cukup fantastis.

Menurut Luthfi, kesuksesannya saat ini tak terlepas dari peran BRI. Sebelum menjadi binaan Rumah BUMN BRI, dia sudah bekerjasama dengan Bank BRI salah satunya dari segi permodalan.

"Sebetulnya sebelum ada rumah BUMN sejak ada bapak dan di tahun 2014 dilanjut sama saya sudah bekerjasama dengan Bank BRI. Dulu KUR di bawah Rp500 juta, sekarang sudah nyampe Rp3 miliar tapi itu sudah selesai tahun kemarin. Dari kecil sampai gede, sekitar 10 tahun," ungkapnya.

Menurut Luthfi, modal KUR yang dia dapat betul-betul digunakan untuk membangun usahanya hingga sebesar seperti saat ini dan dia mengaku, modal itu sangat membantunya.

"Terbantu, kita ambil pinjaman itu jelas, bukan ada kesempatan dipakai yang lain dan kita jelas peruntukan uangnya dari mulai memperbesar stok barang, memperluas pasar, alhamdulillah saya udah mah dibantu pinjaman BRI juga dibantu marketnya. Mereka berikan jalan, kadang kita juga terima pesanan langsung dari BRI," terang Luthfi.

Selain binaan Bank BRI, Astiga Leather juga menjadi binaan Bank Indonesia Jawa Barat (BI Jabar). Dari BI Jabar Luthfi dapatkan bantuan akses pasar, dilibatkan dalam pameran hingga produknya digunakan sebagai suvenir dalam sebuah acara yang digelar BI Jabar. Untuk pameran yang pernah diikuti yakni PKJB hingga Inacraft.

"Kita punya produk unggulan dan juga sejalan dengan Bank Indonesia yang mengangkat potensi produk-produk UMKM, kita juga didampingi dari segi pelatihan bagaimana caranya produk yang belum unggul menjadi unggulan, level up gitu ya hampir sama sih sebetulnya programnya dengan BRI," ujar Luthfi.


Ide Brilian Pejuang UMKM Kulit Garut

Owner Gravis Leather Asep MauludinOwner Gravis Leather Asep Mauludin Foto: Wisma Putra/detikJabar

Masih UMKM binaan Bank BRI yang memproduksi produk kulit, detikJabar juga berkesempatan berkunjung ke home industri milik Gravis Leather yang berada di Kecamatan Karangpawitan dan bertemu langsung dengan sang owner Asep Mauludin. Tidak seperti Luthfi, proses produksi hingga penjualan produk milik Asep dilakukan di rumahnya. Meski tak punya toko di lokasi strategis, Asep juga memaksimalkan penjualan secara digital.

Siapa sangka, produk kulit milik Asep yang awalnya diproduksi di garasi rumahnya, kini merambah pasar Asia. Menurutnya jaket kulit yang dibuatnya dijual ke Malaysia hingga Jepang. "Penjualan ke Jepang, Malaysia. Kirim bisa (bukan bentuk ekspor) dan yang belanja satuan atau perorangan," ujarnya.

Asep menuturkan, sebelum pandemi COVID-19 dia bisa produksi jaket kulit hingga 20 pcs, namun sekarang menurun 2-5 pcs perhari. Meski berkurang, tapi jaket yang dibuat bukan hanya dilihat dari segi kuantitas saja tapi dari kualitas juga. "Kapasitas produksi 2-5 pcs jaket, tas juga sama, sebelumnya 20 pcs," ucapnya.

Dalam menjalankan bisnisnya, Asep juga manfaatkan medsos hingga marketplace untuk memasarkan produknya. Harga prosuk jaket termahal bisa mencpai Rp2,5 juta, meski dinilai mahal dalam hal ini Asep menyasar pelanggan khusus dan tidak ada istilah pembeli mentakan mendang-mending dan menurut Asep, pasarnya ada. "Ketika kita kerucutkan target market, enggak masalah harga untuk barang yang dengan kualitas terbaik," ujarnya.


Produk Kulit Garut Digunakan untuk Jok Pesawat

Beragam produk kulit yang ada di Astiga Leather.Beragam produk kulit yang ada di Astiga Leather. Foto: Wisma Putra/detikJabar



Ketua DPW Asosiasi Bumi Putra Nusantara Indonesia Dodi Gustari mengatakan, pergerakan produksi produk kulit hingga penyemakan kulit di Sukaregang menunjukan trend positif. Menurutnya ada sekitar 1000-1500 pengusaha kulit setingkat UMKM di Garut, mulai dari penjahit, toko, retail, dan lainya. Bahkan menurutnya, produk kulit Garut go internasional.

"Selama masa jabatan Bupati yang kemarin Pak Rudi-Helmi, alhamdulillah ada beberapa kegiatan yang membawa kulit Sukaregang ke luar negeri. Salah satunya, brand dari Kabupaten Garut yaitu TAG Leather yang sempat mewakili Indonesia menjadi salah satu peserta di Lineapelle Leather Fair yang digelar di Fieramilano Rho, Milan, Italia.

"Itu salah satu kontribusi dari pemerintah daerah untuk meningkatkan kualitas dan memasarkan produk," ujarnya.

Tak hanya pemerintah daerah, kementrian hingga anak perusahaan BUMN juga turut memajukan UMKM-UMKM kulit di Garut. "Untuk kementerian ada beberapa pelatihan-pelatihan dan juga ada pembimbingan dari pemerintah pusat terutama dari Kementerian Perindustrian," tuturnya.

Dalam hal ini menurut Dodi, pemerintah secara simultan sudah memberikan pelatihan, salah satunya pelatihan pemasaran secara online melalui media sosial (medsos). Selain itu, para perajin produk kulit juga saat ini berlomba-lomba dalam melakukan inovasi produk.

"Kalau inovasi pasti dilakukan, karena kita mengikuti zaman ya, mulai dari bahan baku untuk menjadi suatu hasil produksi yang bagus, otomatis juga ada peningkatan. Salah satunya, sekarang itu ada salah satu perusahaan di Garut produknya digunakan untuk jok Pesawat Lion Air," ujarnya.

Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat, Herman Suryatman dalam mengungkapkan untuk menjadikan UMKM go internasional, Pemprov Jabar bersama BI Jabar rutin menggelar kegiatan Karya Kreatif Jawa Barat dan Pekan Kerajinan Jawa Barat (KKJ-PKJB). Herman menyebut, kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan derajat UMKM agar naik kelas sekaligus sebagai Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia dan Bangga Berwisata di Indonesia.

"Mudah-mudahan kita akan sempurnakan. Tahun depan menjadi satu kegiatan yang terintegrasi, yang ending -nya adalah bagaimana kita gas pol meningkatkan derajat UMKM agar naik kelas," kata Herman.

Menurutnya UMKM di Jabar harus menjadi yang termaju di tingkat nasional. Kegiatan KKJ-PKJB menurut Herman didedikasikan untuk meningkatkan kapabilitas dan kapasitas UMKM. "Mudah-mudahan dampaknya dapat meningkatkan kebanggaan kita terhadap buatan Indonesia, juga bangga berwisata di Indonesia, khususnya di Jawa Barat," tuturnya.

Digitalisasi dan Modal untuk UMKM



Kepala Kantor Perwakilan BI Jawa Barat Muhammad Nur mengatakan, BI Jabar mencatat transaksi QRIS di Jabar tertinggi di tingkat nasional mencapai Rp90,86 triliun dengan volume transaksi sebesar 873,36 juta per September 2024. "Tentu ini adalah modal yang penting bagi kita karena sekarang dengan digitalisasi kita meyakini ekonomi akan semakin lebih efisien," kata Nur di Bandung belum lama ini.

Nur menjelaskan, saat ini jumlah merchant QRIS di Jawa Barat mencapai 7,5 juta atau sekitar 21 persen dari total merchant nasional yang tembus di angka 34 juta lebih. "Sementara itu, jumlah pengguna QRIS di provinsi ini mencapai 11,8 juta atau sekitar 22 persen dari total pengguna nasional yang telah mencapai 53 juta," tutur Nur.

Menurutnya capaian ini tentunya akan berdampak kepada pertumbuhan perekonomian khususnya bagi UMKM di Jabar dalam melakukan transaksi dan pemasaran terhadap para pelangganya. "Digitalisasi tidak hanya untuk sistem pembayaran, tetapi juga untuk pemasaran melalui media sosial. Ini memberikan dampak besar terhadap peningkatan penjualan UMKM," jelasnya.


Regional CEO BRI Bandung Sadmiadi mengapresiasi Owner Astiga Leather Lutfhi Muhammad dan Owner Gravis Leather Asep Mauludin yang mampu jadikan UMKM naik kelas dan juga dijual ke luar negeri.

"BRI berperan aktif membina UMKM melalui Rumah BUMN untuk pengembangan UMKM go modern, go digital, go online dan go global," katanya.

Dia menyebut, BRI Regional Office Bandung sudah memiliki 867 klaster usaha binaan. "Membina Klaster Usaha yaitu community approach dengan memberikan pembinaan literasi bisnis dan digital kepada kelompok usaha yang terbentuk berdasarkan kesamaan usaha dalam satu wilayah," ujarnya.

Menurutnya, Luthfi dan Asep merupakan dua dari jutaan pelaku UMKM yang memanfaatkan bantuan KUR dengan baik. Hal itu, dapat dilihat dari tahapan pinjaman KUR hingga kemajuan usahanya.

"Selama enam tahun terakhir BRI Regional Office Bandung telah menyalurkan pinjaman KUR kepada 3,9 juta nasabah, dengan total nominal penyaluran sebesar Rp102 triliun di Jawa Barat wilayah kerja BRI Regional Office Bandung," terangnya.

BRI juga melakukan pemberdayaan kepada UMKM dan masyarakat melalui CSR yang telah disalurkan sebesar Rp33,4 miliar dari 2020 hingga 2023. Dalam pemberdayaannya, BRI mendorong para pelaku UMKM naik kelas melalui LinkUMKM yang merupakan Platform Pemberdayaan Digital. "Tujuannya untuk meningkatkan kapabilitas UMKM Indonesia melalui program terintegrasi yang dapat diakses melalui website dan aplikasi. Terdapat scoring assessment untuk penilaian UMKM naik kelas dimana terdapat 200.591 UMKM naik kelas di BRI Regional Office Bandung," pungkasnya.

(wip/yum)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads