Tahun 1996, Yudi Yhonas Parela merantau dari kampung halamannya di Cikelet, Kecamatan Pameungpeuk, Kabupaten Garut ke Kota Bandung untuk mengadu nasib dan mencari peruntungan dengan bekerja di kota seperti impiannya semasa kecil.
Pria yang lahir di tanah Garut wilayah selatan itu rela putus sekolah di bangku SMP demi hidup mandiri dan memiliki penghasilan sendiri tanpa harus merepotkan lagi kedua orang tuanya.
Kedatangan Yudi ke Kota Kembang tanpa arah, dia tidak tahu harus mencari pekerja kemana, keteguhan Yudi datang ke Kota Bandung hanya untuk bekerja tanpa mengetahui harus bekerja apa dan melamar kemana.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jika mengingat pengalaman kelam itu Yudi selalu ingat masa-masa sulitnya dia datang ke Kota Bandung. Tapi siapa sangka dengan keuletan dan kesabaranya Yudi berhasil menjadi pengusaha toko sembako dan menjadi Agen BRILink sukses.
detikJabar berkesempatan berbincang bersama Yudi dan bertemu langsung di toko sembako sekaligus yang digunakan tempat agen BRILink dan rumah tinggalnya bersama keempat anaknya. Sebelum berbincang tentang kesuksesan, Yudi mengisahakan masa-masa sulit dulu ketika dia datang ke Bandung.
"Saya putus sekolah pas SMP di Pameungpeuk Garut. Saya merantau ke sini ke Bandung tanpa seizin orang tua, tujuannya ingin kerja," kata Yudi membuka perbincangan, Rabu, 24 April 2024.
Tanpa memiliki sanak keluarga di Kota Bndung, pertama tempat yang didatangi Yudi yakni Lapangan Gasibu. Saat terbengong di tempat tersebut, Yudi dihampiri seorang pria yang secara kebetulan menawarkan pekerjaan.
"Saya duduk di Gasibu seharian, bingung, mau cari kerja kemana, tiba-tiba ada orang bertanya, dek mau kemana? Cari kerja Pak. Mau kerja di saya gak? Boleh Pak yang penting saya bisa makan dan bisa tidur, kerja apa Pak? Jualan parfume," ungkap Yudo menirukan perbincangan dengan penjual parfume itu.
Sejak saat itu, Yudi berjualan parfume dengan cara mengasong, berkeliling ke setiap pertokoan, restoran, hingga ke pusat-pusat keramaian di Kota Bandung. Meskipun penghasilan berjualan tidak terlalu besar, Yudi tetap melakoni pekerjaannya.
"Penghasilan itu Rp 5 ribu per hari, masih ingat. Itu belum terlalu besar karena harga nasi dan ayam juga udah Rp 1.400," kata Yudi.
Lima bulan berjualan parfume, Yudi mengunjungi sebuah Restoran Padang yang ada di Jalan Titimplik. Saat mengunjungi restoran itu, sang pemilik menawari Yudi untuk bekerja di restoran tersebut.
"Dek mau kerja di sini gak, ngapain jualan parfume," ujar pemilik restoran kepada Yudi.
Karena melihat pekerjaaanya tak perlu berkeliling seperti berjualan parfume, sekaligus menambah skill dan pengalaman, Yudi pun tertarik dan akhirnya memutuskan bekerja di restoran itu.
Dua tahun sudah Yudi bekerja di Bandung dan dia mengaku betah bekerja di restoran itu. Sejak dua tahun kepergiannya dari Garut ke Bandung Yudi pun tak pernah memberi kabar kepada orang tuanya di kampung dan dia juga tak mengetahui kabar orang tuanya seperti apa.
Entah bagaimana ceritanya, Yudi bisa bertemu dengan saudaranya yang sedang makan di restoran milik majikannya dan pertemuan itu terjadi tanpa direncanakan. Setelah Yudi ditemukan, Yudi pun dibawa pulang ke kampung karena ibunya sangat rindu kepadanya.
"Di sini ketemu saudara, kebetulan. Katanya kamu kemana saja, kirain sudah hilang. Saya dibawa pulang, pulang karena ibu kangen, tapi setelah pulang saya balik lagi dan kerja lagu," tuturnya.
Ingin Jadi Pengusaha Sukses
![]() |
Lima tahun bekerja di restoran, Yudi pun memiliki pikiran lain lagi, jika dia terus menjadi karyawan dia tidak pernah sukses dan tidak pernah mendapatkan apa yang dia inginkan. Sehingga dia memilih resign dan memulai mencari usaha baru demi mengejar cita-cita yang dia inginkan.
"Lima tahun di restoran saya keluar karena punya pemikiran saya harus punya usaha. Saya buka usaha jus di Pasar Puyuh," katanya.
Berkat keseriusannya dalam menjalankan usaha berjualan jus, Yudi yang sebelumnya menyewa kios di pasar itu berhasil membeli kios jus tersebut seharga Rp 35 juta pada tahun 2002. Setelah itu, Yudi juga memperbarui barang jualanya dengan berjualan sembako.
"Setelah jus, saya buka toko sembako, toko sembako sampai sekarang," ujar Yudi.
Sempat Jadi Driver Ojol
![]() |
Sebelum menjadi Agen BRILink yang sukses, Yudi sempat menjadi driver online (ojol). Meski sudah memiliki toko sembako, Yudi kepincut jadi driver ojol karena pada saat itu insentifnya cukup besar.
"Meski sudah punya toko saya ngojol karena saya tergiur insentifnya gede. Pada saat itu toko dijaga istri," ujar Yudi.
Menurut Yudi, pada saat itu intensif menjadi driver ojol cukup besar sehingga bisa menambah penghasilan rumah tangganya. "Ojol dulu penghasilan Rp 300 ribu," ucapnya.
Sejak menjadi driver ojol, Yudi sudah terbiasa melakukan transaksi digital dan mengenal banyak e-Wallet. Dengan banyaknya pengguna e-Wallet Yudi pun memanfaatkan kesempatan itu.
"Awalnya saya tahu transaksi digital ini, sebelum buka BRILink. Di sana ada e-Wallet saya tahu transaksi digital di sana dan mendalaminya, jadi driver ojol tahun 2017 sampai 2019, akhirnya buka agen namun belum resmi dan resmi buka Agen BRILink di tahun 2021 di Pasar Puyuh," jelas Yudi.
Yudi menyebut, Agen BRILink miliknya terus berkembang dan dikenal banyak orang yang mengetahui. Bahkan yang melakukan transkasinya pun naik terus berkali-kali lipat. Tak hanya satu, kini Yudi memiliki dua lokasi Agen BRILink.
"Satu di sini (di rumahnya), satu lagi di Pasar Puyuh yang dibuka di tahun 2021. Kalau yang di sini dibuka paling baru setahunan," ujar Yudi.
6 Ribu Transaksi BRILink Perbulan
![]() |
Jika dirata-ratakan, transaksi di dua Agen BRILink milik Yudi mencapai 6 ribu transaksi dan dari jumlah transaksi itu, Yudi mendapatkan belasan juta Rupiah dari keuntungan biaya adminnya.
"Keuntungan lumayan, setiap bulan 3 ribuan transaksi, kalau di dua tempat sekitar 6 ribuan transkasi," ujarnya.
Tidak seperti di perdesaan, pengguna BRILink berasal dari kalangan petani, peternak hingga warga yang menunggu transfer dari keluarganya yang bekerja di kota. Menurut Yudi, nasabah yang transaksi di tempatnya rata-rata pembeli yang datang ke toko sembakonya dan itu menjadi kesinambungan.
"Sejak ada BRlLink malah toko saya jadi ramai, justru sasaran saya pembeli itu," ujarnya.
Selain itu, saat disinggung mengapa banyak nasabah yang pilih bertransaksi di Agen BRILink miliknya, padahal ATM hingga kantor BRI unit atau cabang tidak begitu jauh.
"Alasan pertama admin murah, ke ATM ada parkir dan harus bayar Rp 2 ribu minimal, kalau ke sini bisa sambil jajan tanpa ada bayaran parkir," ujarnya.
Saat disinggung kiat sukses menjadi Agen BRILink, Yudi sebut kuncinya serius dan sabar dalam melakoninya. Karena menurutnya hasil tidak akan mengkhianati proses.
"Jadi agen simpel, intinya komitmen, buka tepat waktu, jangan sering tutup, itu yang utama, continue soal waktu dan saldo serta uang cash harus balance karena ada yang transfer dan narik," terang Yudi.
BRI Bandung Miliki 80 Ribu Agen BRILink
![]() |
Regional CEO BRI Bandung Sadmiadi mengatakan, hingga kini jumlah agen BRILink di wilayahnya sudah lebih dari 80 ribu agen.
"Terdapat 84.453 agen BRILink yang tersebar di seluruh wilayah kerja BRI Regional Office Bandung," kata Sadmiadi kepada detikJabar.
Dalam menjalankan usahanya, agen BRILink akan mendapatkan sharing fee yaitu pembagian fee antara BRI dan agen BRILink atas biaya administrasi dari transaksi BRILink dengan jumlah prosentase tertentu yang telah disepakati.
"Respon dari agen BRILink positif karena dengan menjadi agen BRILink nasabah memiliki pendapatan tambahan dari layanan agen BRILink selain pendapatan yang diperoleh dari usaha eksisting yang dikelola dan dapat meningkatkan omzet usaha eksisting," tuturnya.
Dalam pelaksanaannya, agen BRILink dikelola dan dilakukan monitoring oleh unit kerja operasional BRI yang melakukan perjanjian kerjasama antara BRI dan AgenBRILink.
"Selain itu agen BRILink juga dilakukan monitoring oleh Regional Office BRI," pungkasnya.
(wip/yum)