Langkah Awal Mas Efan Rajut Mimpi Jadi Bos Sekoteng

Langkah Awal Mas Efan Rajut Mimpi Jadi Bos Sekoteng

Wisma Putra - detikJabar
Senin, 22 Apr 2024 19:30 WIB
Mas Efan penjual sekoteng ikuti zaman dengan sediakan QRIS untuk pembayaran.
Mas Efan penjual sekoteng ikuti zaman dengan sediakan QRIS untuk pembayaran. (Foto: Wisma Putra/detikJabar)
Sumedang -

Menjelang senja, seorang pria muda tanpa lelah terus melangkahkan kaki kecilnya, menembus keramaian yang ada di jalanan Jatinangor. Dengan penuh semangat, pria muda bertubuh kurus tinggi, mengenakan kaus dan topi hitam itu dengan penuh semangat mendorong sebuah gerobak.

Gerobak yang berisikan bahan baku sekoteng dengan panci yang berisikan minuman jahe panas itu adalah sumber mata pencaharian pria muda tersebut.

Adalah Refan Tubagus Sodikin, di usia muda yang akan menginjak usia 22 tahun dalam beberapa bulan ke depan, rela mengadu nasib ke Kabupaten Sumedang demi menjadi sosok orang yang mandiri dan dapat dibanggakan oleh keluarga.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

detikJabar berkesempatan berbincang dengan pria asal Kecamatan Dukuhpuntang, Kabupten Cirebon itu. Mas Efan sapaan karib Refan Tubagus Sodikin dengan cekatan, saat detikJabar memesan seporsi sekoteng panas untuk dicicipi.

Mas Efan mengambil gelas plastik, lalu memasukan pacar cina, roti, kolang kaling, lalu kacang, setelah itu dia pun menyinduk minuman jahe panas dan memasukannya ke gelas plastik yang sudah berisikan banyak topping itu.

ADVERTISEMENT

Satu porsi sekoteng panas yang dijual oleh Mas Efan dibanderol Rp 10 ribu per porsinya. Harga tersebut cukup layak, karena selain dapat menghangatkan tubuh sekoteng panas yang dijualnya itu bisa mengganjal perut saat lapar.

Beda dengan pedagang keliling pada umumnya, Mas Efan sudah sediakan barcode QRIS dan pembeli dapat bertransaksi digital dengannya. Barcode QRIS itu ditempel di beberapa titik yang ada di gerobaknya dengan tujuan pembeli mudah menscan barcode itu saat akan membeli.

"Pakai QRIS, ikutin zaman, harus selalu update supaya tidak ketinggalan," ujar Mas Efan.

Mas Efan menyebut, meski dirinya hanya lulusan sekolah menengah pertama alias SMP di salah satu SMP di Cirebon, soal kemajuan teknologi khusunya transaksi digital dia lakoni dan tidak merasa wegah untuk ikuti kemajuan zaman.

Permintaan Pembeli Sediakan QRIS

Mas Efan penjual sekoteng ikuti zaman dengan sediakan QRIS untuk pembayaran.Mas Efan penjual sekoteng ikuti zaman dengan sediakan QRIS untuk pembayaran. Foto: Wisma Putra/detikJabar

Mas Efan mengakui, pembelinya saat ini sudah banyak yang menggunakan QRIS. Karena tidak ingin kehilangan pembeli, permintaan pembeli untuk sediakan QRIS dikabulkan olehnya.

Apalagi menurut Mas Efan pelanggannya notabene berasal dari mahasiswa dan sehari-hari dia berjualan berkeliling dari satu indekos ke indekos lainnya yang ada di wilayah Cileunyi hingga Sayang Jatinangor atau kawasan Asrama Brimob Polda Jabar.

"Pakai QRIS belum lama, baru hitungan bulan. Saya sediakan QRIS karena permintaan mahasiswa, banyak yang pakai QRIS, saya ngontrak di Cileunyi jualan ke kawasan Sayang Jatinangor," tuturnya.

Meski masih ada yang bertransaksi secara digital, Mas Efan berkeyakinan jika transaksi digital khususnya menggunakan QRIS akan banyak digunakan di masa mendatang.

"Kebanyakan sih cash, 40 persen 60 persen perbandingannya antara transaksi digital dan transaksi cash. Tapi transaksi digital harus dilakoni," ujarnya.

Mas Efan menyebut, transaksi digital dengan menggunkan QRIS sangat memudahkan, baik penjual ataupun pembeli. "Mempermudah pembeli dan memudahkan saya sebagai penjual," ucapnya.

"Transaksi juga jadi cepat, tidak perlu sediakan uang kembalian. Apalagi mahasiswa kebanyakan transaksinya pakai e-Wallet," tambahnya.

Selain itu, Mas Efan juga menyebut transaksi digital dengan menggunakan QRIS lebih aman dibandingkan dengan transaksi secara cash.

"Aman karena uangnya langsung masuk rekening. Jadi kita gak bawa uang cash lagi, terus kan kalau dulu uang hasil jualan itu harus disetor lagi ke bank, sekarang mah gak perlu dan uang cash yang didapat bisa digunakan buat belanja," jelasnya

Bercita-cita Jadi Bos Sekoteng

Mas Efan penjual sekoteng ikuti zaman dengan sediakan QRIS untuk pembayaran.Mas Efan penjual sekoteng ikuti zaman dengan sediakan QRIS untuk pembayaran. Foto: Wisma Putra/detikJabar

Mas Efan membangun usaha sekoteng bersama sang ayah bernama Didi. Dia berjualan berkeliling di kawasan Jatinangor dan sang ayah di kawasan Cileunyi. Meski demikian menurut Mas Efan usaha sekoteng tersebut merupakan usaha miliknya sendiri.

Menurutnya, jauh sebelum berjualan sekoteng dia sempat bekerja dengan orang lain, namun karena tidak betah dengan beragam karakter majikan atau bos akhirnya dia memilih usaha.

"Enggak cocok dapat bosnya, jadi pilih usaha, lebih enak dan atur keuangan sendiri," ujarnya.

Mas Efan menyebut, penghasilannya berjualan sekoteng panas tidak tentu. Dalam sehari dia bisa dapatkan uang ratusan ribu Rupiah yang di mana penghasilannya itu digunakan untuk modal, disisihkan untuk ibu di kampung dan ditabungnya.

"Pendapatan sehari bisa Rp 300 ribu. Bisa Rp 150 atau Rp 250 ribu, dapat Rp 300 ribu itu kalau bagus," tuturnya.

Karena bosan jadi karyawan, dengan menggeluti usaha sekoteng, Mas Efan bercita-cita ingin membuka usaha sendiri. Hal itu, tidak lain dan tidak bukan demi masa depannya bersama kelurganya kelak.

"Mencari rejeki untuk bantu orang tua, cita-cita ingin jadi pebisnis, bisnis ini juga diperbesar. Terus ingin usaha tani cabai di kampung, ada tanah milik orang tua. Ada tabungan, cuman belum besar. Kalau saya di sini, utamanya makan, untung ditabung dan dikirim sebagian ke ibu di kampung," terangnya.

Untuk menjadi bandar atau bos sekoteng, Mas Efan harus kumpulkan banyak modal. Menurutnya, modal satu gerobak sekoteng panasnya sekitar Rp 5 juta.

"Modal satu gerobak kurang lebih hampir Rp 5 juta. Keuntungan bisa dapat 20-40 persen," pungkasnya.

Transaksi Digital Mudahkan Penjual dan Pembeli

Regional CEO BRI Bandung Sadmiadi mengatakan, dengan transaksi menggunakan merchant BRI memberikan kemudahan saat membeli makanan. Selain itu, juga banyak manfaat bagi beragam jenis transaksi lainnya.

"Lebih banyak memberikan pilihan pembayaran, lebih simple karena tidak perlu membayar dengan uang cash, pembayaran menggunakan kartu atau scan barcode QRIS," kata Sadmiadi kepada detikJabar.

Bagi pelaku usaha atau pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang ingin mendaftar merchant BRI bisa daftar mandiri melalui aplikasi BRIMO atau daftar mandiri secara online melalui alamat https://jadimerchant.bri.co.id/ dan bisa menghubunngi unit kerja BRI terdekat.

Selain itu, dengan transaksi digital masyarakat lebih kekinian dan konsumen khususnya konsumen nasabah BRI dapat menikmati program-progam promo dari merchant yang bekerjasama dengan BRI.

Tak hanya itu, bagi pemilik usaha yang menyediakan merchant BRI mendapatkan kesempatan untuk mendatangkan omzet yang lebih besar karena tidak tergantung dari uang cash yang dibawa konsumen tetapi pembelanjaan konsumen sesuai dana yang terdapat di rekening konsumen sebagai sumber pembayaran.

"EDC Android BRI bentuknyaknya eye catching dan mudah dalam penggunaan, memiliki call centre 24 jam, bebas biaya sewa, pengelolaan keuangan lebih mudah karena semua transaksi tercatat dalam sistem (cashless)," tuturnya.

"Dengan jumlah pemegang kartu BRI sebanyak 7,4 juta di wilayah Jabar, maka merchant akan lebih efisien jika kartu BRI ditransaksikan pada EDC BRI," tambahnya.

(wip/yum)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads