Warga Bandung Selatan, khususnya yang tinggal di Kecamatan Pasirjambu dan Ciwidey, Kabupaten Bandung tidak akan lupa dengan kejadian banjir bandang yang terjadi dialiran Sungai Ciwidey tahun 2017 lalu.
Banjir bandang yang terjadi pada Hari Rabu, 4 Mei 2017 itu menghanyutkan sedikitnya empat rumah warga dan puluhan rumah mengalami kerusakan. Selain itu, seratusan warga harus mengungsi akibat kejadian ini.
Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum mengungkap, kejadian banjir bandang ini akibat terjadi alih fungsi lahan di wilayah Hulu Sungai Ciwidey. Kondisi hulu Sungai gundul, perkebunan teh dan hutan yang menjadi wilayah resapan air, beralih fungsi menjadi perkebunan sayur.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Akibatnya, saat hujan turun di wilayah hulu, terjadi longsor dan bermuara ke aliran sungai. Akibat debit air yang cukup tinggi dan volume air tak tertampung oleh aliran sungai sehingga terjadilah banjir bandang yang melanda wilayah Ciwidey dan Pasirjambu.
Pemerintahan desa setempat juga menyebut, akibat kerusakan di wilayah Hulu Sungai Ciwidey, kerugian akibat bencana alam ini ditaksir mencapai ratusan juta rupiah. Beruntung, dalam kejadian ini tidak ada korban jiwa.
Kejadian banjir bandang itu menyedot perhatian publik hingga pemberitaan nasional. Di samping penanganan korban, pemerintah bersama seluruh stakeholder mulai melakukan penataan wilayah hulu Sungai Ciwidey hingga wilayah hilir Sungai Ciwidey.
Reboisasi pun dilakukan di kawasan hulu, penataan aliran sungai dan bantaran Sungai juga dilakukan dan diharapkan kejadian bencana alam itu tidak kembali terjadi.
Tak hanya pemerintah, seorang pemuda bernama Sanjaya Kuntara yang pada 2017 lalu masih berumur 23 tahun tergerak hatinya dan bertekad ingin memperbaiki kerusakan lingkungan dengan melakukan penanaman pohon kopi di bekas lahan yang ditanami sayuran.
"Memulai usaha di tahun 2017, kita mulai usahanya dari hulu ke hilir, maksudnya dari hulu kita dari perkebunannya sampai dengan hilir, hilirnya itu sampai ke kopi shopnya. Hulunya ada di Ciwidey, hilirnya kita ada di Kota Bandung di Jalan Ahmad Yani ini," kata Sanjaya kepada detikJabar dijumpai di Kedai Kopi Buhun Soendari, Kamis, 21 Maret 2024.
Tak mudah bagi Sanjaya melakukan penanaman kopi di wilayah Ciwidey, karena masih banyak orang, khususnya petani yang beranggapan jika komoditas tersebut belum dinilai menguntungkan. Seiring waktu berjalan dengan bermodalkan tekad dan keyakinan, Sanjaya pun dapat mengajak para petani yang sebelumnya menanam sayur beralih menanam kopi.
"Masyarakat sana masih belum aware tentang keberlanjutan dari penanaman kopi, yang mereka pikirkan garap lahan Perhutani yang cuannya cepat dan perputaran cuannya cepat, maknanya kebanyakan masyarakat sana tanam sayuran. Tapi sekarang tidak diperkenankan karena selalu ada pergerakan tanah yang sebabkan longsor," ungkapnya.
"Perhutani sendiri mengimbau ke para petani untuk mengelola lahan dalam bentuk tanaman keras berupa teh atau kopi. Kenapa teh dan kopi karena akarnya bisa mengilat tanah jadi meminimalisir akan terjadinya longsor," tambahnya.
Tekad Sanjaya Bisnis Kopi Dari Hulu ke Hilir
![]() |
Owner Kopi Buhun Soendari ini menyebutkan, dalam usaha kopi dia tidak hanya ingin meraup keuntungan semata, tapi ingin memberikan kebaikan bagi lingkungan.
"Keinginan utama jadi pengusaha kopi yang jelas kebermanfaatan ya. Baik itu kebermanfaatan secara sosial, maupun secara ekonomi. Secara sosial kita bisa melakukan pemberdayaan masyarakat setempat," ujarnya.
"Pemanfaatan ekonominya kita bisa memunculkan atau lihat potensi yang kompeten di desa untuk bisa kita akses secara langsung dan menjadikan desa sebagai aset," tambahnya.
Dalam budidaya kopi ini, Sanjaya bekerjasama dengan Kelompok Tani dan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) di lahan milik Perhutani yang letaknya ada di dua desa.
Lahan Perhutani yang digarap ada di dua desa di Kecamatan Ciwidey yakni Desa Cisondari dan Desa Cibodas. Untuk di Cisondari luasan lahan 500 hektare sekian dengan total garapan petani 300 hektare sekian, untuk Cibodas luasan lahan garapan Perhutani seluas 300 hektare sekian dengan garapan petani 100 hektare sekian.
"Dalam sekali panen, kita bisa produksi 12-24 ton green bean dan bahan baku mentah," ujar Sanjaya.
Hitung-hitungan Untung Rugi Budidaya Kopi
![]() |
Jika disinggung lebih untung menjadi petani sayur atau menjadi petani kopi? Sanjaya sebut keduanya memiliki untung dan rugi, tapi dibandingkan menanam kopi, menjadi petani sayur lebih tinggi kerugiannya.
"Keuntungan dari segi lingkungan dan segi finansial. Untuk margin antara peralihan dari sayur ke kopi sebenarnya bukan finansial saja, 30-40 persen perbedaan antara sayuran dan kopi, resikonya lebih tinggi sayuran, kenapa? Harga sayuran fluktuatif dan berubah-ubah tanpa bisa diprediksi, lain dengan kopi, memang juga fluktuatif tapi resikonya lebih minim," terangnya.
Budidaya kopi juga sama dengan budidaya sayur jika melihat potensi gagal panen. Meski demikian, secara finansial Sanjaya mengklaim lebih untung budidaya kopi.
"Gagal panen juga sama, cuman dari segi finansial lebih menguntungkan dan secara resiko lebih kecil daripada sayur," jelasnya.
Kepada detikJabar, Sanjaya juga menggambarkan model bisnis kopi dari hulu ke hilir yang dilakukannya hampir selama tujuh tahun itu.
"Mulai pembibitan, pembenihan, pemeliharaan, lalu ada proses panen, pasca panen dan lakukan penjualan, baik secara green bean atau roast bean. Itu manajemen kopi yang saya lakukan dari hulu ke hilir," tutur Sanjaya.
Untuk pemasaran kopi yang dibudidayakan, Sanjaya menggunakan offline store dan online dengan memanfaatkan marketplace dan media sosial.
Budidaya Ngopi: Dari Gaya Hidup Menjadi Kebutuhan Hidup
![]() |
Bisnis kopi yang kini dijalani Sanjaya, dinilainya memiliki peluang bisnis yang cukup cerah. Dia beranggapan, saat ini budaya ngopi yang sebelumnya menjadi gaya hidup, kini menjadi kebutuhan hidup.
"Dulu banyak orang beranggapan budaya ngopi itu adalah lifestyle, sekarang tanpa kita sadari kopi menjadi kebutuhan hidup," tuturnya.
Mengapa menjadi kebutuhan hidup? Sanjaya menyebutkan, dari pagi sebelum aktivitas sudah ngopi, siang ketika ngantuk ngopi lagi, sore dan malam hari kalau suntuk ya ngopi lagi. Secara tidak langsung menurut Senjata, ngopi menjadi kebutuhan hidup.
Karena saat ini budaya ngopi menjadi kebutuhan hidup, banyak petani yang sebelumnya budidaya sayuran, kini budidaya kopi. "Kopi memberikan dampak ekonomi positif kepada petani, makannya petani alih lagi sekarang yang semulanya mereka tanam sayuran kini tanam kopi, karena industri kopi, trend kopi terus meningkat," ujarnya.
"Orang-orang juga belajar, beralih dari kopi gunting ke kopi giling. Orang-orang juga saat ini ingin mengenal knowledge ngopinya lebih dalam tentang kopi," tambahnya.
Saat disinggung budaya ngopi sudah bergeser, Sanjaya menyebut bukan budayanya, tapi trennya yang terus bergeser siring berjalannya waktu.
"2016-2017 trend ngopinya itu ngopi filteran, lalu bergeser dari 2019 sampai sekarang trennya es kopi susu. Mungkin ada orang beranggapan musiman usaha kopi tuh, memang musiman tapi yang musiman ya itu trennya, industrinya itu tetap tumbuh dan berkembang," tegas Sanjaya.
Dari Ciwidey Hingga USA
![]() |
Sanjaya menyebut, tak hanya dipasarkan di pasar nasional, Kopi Buhun Soendari juga merambah pasar luar negeri salah satunya diekspor ke Amerika Serikat dan Arab Saudi.
"Nasional seluruh Indonesia, dari Jakarta, Semarang, Malang, Sumateraan, Kalimanatan, hampir menyeluruh, kita ekspor juga ke USA dan Arab Saudi," ujarnya.
Menurut Sanjaya, hingga kini ekspor kopi ke Negeri Paman Sam masih rutin dilakukan dengan kapasitas 1-2 kuintal. "USA di kapasitas 100-200 per kilogram, sekarang masih, kita Buhun Soendari dan kolaborasi dengan Kelompok Tani dan LMDH," paparnya.
Bentuk kopi yang diekspor ke Amerika, dikirim dalam bentuk cherry, outputnya berupa green bean atau roast bean. Dengan melakukan ekspor, Sanjaya menyebut nama kopi asal Indonesia semakin dikenal.
"Keuntungan? Jelas bawa nama kopi Indonesia, kita dari Bandung, Jawa Barat. Nasional pun kita enggak kalah dari kopi impor," tuturnya.
Suntikan KUR BRI Rp 50 Juta
![]() |
Dalam menjalankan usahanya, Sanjaya mengaku mebutuhkan banyak suntikan modal. Bantuan Kredit Usaha Rakyat (KUR) senilai Rp 50 juta dari Bank BRI, menurutnya sangat membantu dalam menumbuhkan bisnis kopinya.
"KUR dapat Rp 50 juta, sebagian untuk di pembelian bahan baku di hulu dan setengah di hilir, pembelian alat dan renovasi," ucapnya.
Menurut Sanjaya, bantuan modal usaha dari BRI sangat berguna dan sangat membantu dalam keberlangsungan bisnisnya. Sanjaya berharap, pada periode selanjutnya dia bisa mendapatkan bantuan modal yang lebih besar.
"Kepikiran (ambil KUR lagi), nantinya buat pembelian bahan baku, juga penambahan alat dan mesin. Alat membutuhkan mesin huller, pemecah lapisan kulit kedua, sama alat roasting," tuturnya.
Menurut Sanjaya, untuk kebutuhan huller dan roasting dirinya masih maklun ke orang lain. Dia punya alat huller, tapi kapasitasnya kecil.
"Kita butuh minimal bisa 100-200 kilogram perjam, sekarang baru 20-30 kiloan perjam. Itu makan waktu, jadi harus dimaklunkan. Kalau punya sendiri, untuk maklun roasting saja bisa mengurangi Rp 35-45 ribu. Huller sendiri, bisa mengurangi Rp 1.500-2.000 per kilogram.
Tak hanya bantuan modal melalui KUR. Sanjaya juga mendapat banyak ilmu sejak bergabung bersama Rumah BUMN BRI.
"Banyak pelaku usaha yang pikirannya hanya produksi-produksi, outputnya berujung pada cuan, hanya itu, dulu yang kita pikirkan. Setelah jadi binaan dan mitra BRI, kita selain berproduksi, kita juga harus nambah up skilling supaya kita jangan mentok di produksi nih, harus bisa memasarkannya, mencari modal, cari investor dan menguliti lebih dalam tentang usaha yang kita geluti," jelas Sanjaya.
Kopi Kabupaten Bandung Juga Diekspor ke Prancis
![]() |
Pemerintah Kabupaten Bandung dorong keran ekspor komoditas kopi demi menyejahterakan petani kopi di Kabupaten Bandung. Tak hanya ke Benua Amerika hingga negara-negara di Timur Tengah, ekspor kopi Kabupaten Bandung juga merambah ke Benua Eropa.
Tiga kali sudah kopi asal Kabupaten Bandung diekspor ke Prancis. Pertama ekspor ke Prancis dilakukan pada Oktober 2021 dan terakhir ekspor dilakukan di Bulan November 2023.
Pada ekspor ketiga, 19,5 ton kopi dan calassic bean diekspor ke Prancis. Ekspor ini dilakukan oleh Koperasi Klasik Beans Sunda Hejo bekerja sama dengan Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Jawa Barat.
"Alhamdulillah Kabupaten Bandung melepas ekspor kopi ke Prancis dengan nilai ekspor mencapai lebih dari Rp 2 miliar. Jenis kopinya arabika dan robusta," kata Bupati Bandung melalui Kepala Disdagin Kabupaten Bandung Dicky Anugerah.
Pihaknya berharap para petani kopi di Kabupaten Bandung dapat menjaga kualitas dan kuantitas kopi yang diekspor, baik arabika maupun robusta agar keran ekspor dapat terus mengalir.
"Bahkan kami mendorong agar kualitas dan kuantitas kopi yang diekspor ini terus ditingkatkan karena permintaan kopi Kabupaten Bandung cukup banyak, terutama dari negara Eropa maupun Timur Tengah," tuturnya.
Dia berharap ke depan ekspor kopi maupun komoditi pertanian lainnya dari Kabupaten Bandung akan semakin banyak menembus pasar ekspor demi meningkatkan kesejahteraan para petani sekaligus mengangkat nama besar Kabupaten Bandung di mancanegara.
Sebab selain kopi, Kabupaten Bandung juga telah melakukan ekspor komoditas pertanian lainnya seperti jahe dan umbi-umbian ke negeri jiran Malaysia, tanaman Porang ke China dan ekspor industri manufaktur ke beberapa negara lainnya.
"Insya Allah Pemkab Bandung akan terus mendorong agar kualitas dan kuantitas komoditi asal Kabupaten Bandung ini makin banyak yang bisa tembus ekspor. Ini adalah sebuah kebanggaan bagi pemerintah daerah agar kopi maupun komoditi lainnya asal Kabupaten Bandung semakin mendunia," terangnya.
BRI Dorong UMKM Go Global
![]() |
Kopi Buhun Soendari yang merupakan mitra UMKM binaan BRI telah membuktikan jika UMKM bisa naik level. Bahkan bisa go internasional dengan melakukan ekspor ke Amerika.
"BRI juga berperan aktif membina UMKM melalui Rumah BUMN untuk pengembangan UMKM, Go Modern, Go Digital, Go Online, Go Global," kata Regional CEO BRI Bandung Sadmiadi kepada detikJabar.
Menurutnya, puluhan miliar sudah dikucurkan BRI demi membantu UMKM dalam program CSR BRI. "Pemberdayaan kepada UMKM dan masyarakat melalui CSR yang telah disalurkan sebesar Rp33,4 miliar dari 2020-2023," ujarnya.
Untuk mendorong UMKM naik level, pihaknya berharap agar para UMKM bisa bergabung dengan Rumah BUMN BRI karena di sana banyak pelatihan yang dapat memberi banyak pengetahuan bagi pelaku UMKM.
Seperti diketahui, Rumah BUMN BRI sendiri di BRI Regional Office Bandung ada tiga, yakni di Kota Bandung yang berada di Jalan Jurang No 50, Kabupaten Purwakarta di Jalan Raya Anjun, Kecamatan Plered dan Kabupaten Tasikmalaya di Jalan R Ikik Wiradikarta No 09.
"Membina klaster usaha yaitu community approach dengan memberikan pembinaan literasi bisnis dan digital kepada kelompok usaha yang terbentuk berdasarkan kesamaan usaha dalam satu wilayah. Saat ini BRI Regional Office Bandung sudah memiliki 867 klaster usaha binaan," pungkasnya.
(wip/yum)