Upaya Pemkab Sumedang Kendalikan Inflasi Lewat Gerakan Pangan Murah

Upaya Pemkab Sumedang Kendalikan Inflasi Lewat Gerakan Pangan Murah

Irsyad Nabala, Nur Azis - detikJabar
Rabu, 21 Feb 2024 16:31 WIB
Penjabat Bupati Sumedang Herman Suryatman dalam salah satu acara gerakan pangan murah
Penjabat Bupati Sumedang Herman Suryatman dalam salah satu acara gerakan pangan murah (Foto: Istimewa).
Sumedang -

Pemkab Sumedang menggencarkan gerakan pangan murah. Langkah tersebut diambil untuk menstabilkan harga sejumlah kebutuhan pokok di pasar serta mengendalikan inflasi.

Penjabat (Pj) Bupati Sumedang Herman Suryatman mengatakan, gerakan pangan murah dilaksanakan lantaran adanya kenaikan harga pada beberapa komoditas.

Kenaikan tersebut, sambung Herman, akibat dampak dari perubahan iklim atau perubahan cuaca yang sangat mempengaruhi terhadap tingkat produksi komoditas.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Perubahan iklim, perubahan cuaca menyebabkan panen tidak optimal, suplai dari pusat-pusat produksi (komoditas) kurang bagus maka otomatis kalau pasokan terbatas sementara permintaan tetap atau lebih maka harga pun pasti naik, inikan (hukum) supply and demand (penawaran dan permintaan)," ungkap Herman kepada detikJabar di Sumedang, Rabu (21/2/2024).

Herman mengatakan, gerakan pangan murah perlu dilaksanakan untuk mengendalikan inflasi serta menstabilkan harga.

ADVERTISEMENT

"Kenapa inflasi perlu dikendalikan?, karena kalau inflasi dibiarkan maka harga naik, kalau harga naik maka daya beli turun, kalau daya beli turun maka konsumsi turun, kalau konsumsi turun maka kemiskinan akan naik," terangnya.

Herman menjelaskan, gerakan pangan murah tahap pertama dilakukan di lima titik. Di Alun-alun Tegalkalong (Kecamatan Sumedang Utara), Alun-alun Kecamatan Situraja, Kecamatan Tanjungsari, Kecamatan Cimanggung dan Kecamatan Jatinangor.

"Kelima titik itu yang memang teridentifikasi di pasarnya rawan, harga berasnya naik dari Rp13.000 ke Rp15.000 untuk yang premium, sementara yang medium dari Rp11.000 ke Rp15.000," ungkapnya.

Selain komoditas beras, dalam gerakan pangan murah ini terkhusus di Alun-alun Sumedang pada Rabu (21/2/2024) menyediakan juga komoditas lainnya seperti cabai-cabaian, telur dan minyak goreng.

"Ini gerakan pangan murah tahap pertama dan nanti kami lihat, kalau pasokan normal dan harga di pasar kembali normal, kami akan hentikan, tapi kalau harga belum normal dan pasokan belum normal, nanti kami lanjutkan putaran kedua," paparnya.

Herman menambahkan, gerakan pangan murah merupakan perwujudan dari hadirnya pemerintah di tengah-tengah masyarakat.

"Pemerintah hadir di tengah-tengah masyarakat dengan operasi pasar atau nanti Pemda Sumedang pun akan koordinasi dengan petani champion atau petani skala besar pada produksi cabai, kita beri subsidi, dari biasanya menjual ke Bandung, kita minta jualnya ke Sumedang dan kita kasih stimulus atau subsidi," ungkapnya.

"Sehingga petani pun tidak dirugikan dan masyarakat pun mendapatkan harga cabai yang murah," terang Herman menambahkan.

Harga beras yang dijual dalam gerakan pangan murah dibandrol Rp50.000 per 5 kilogram. Adapun kelompok sasaran yang akan menerima ada sebanyak 161. 951 KK. Per KK-nya akan menerima 10 kilogram beras per bulan. Sedikitnya ada 9.717 ton beras yang akan disalurkan ke 277 desa/kelurahan.

Gerakan pangan murah sendiri dilaksanakan oleh Pemkab Sumedang dengan menggandeng Badan Pangan Nasional dan dinas-dinas terkait.

Seperti diketahui harga beras di Kabupaten Sumedang mengalami kenaikan bertepatan dengan momen Pemilu ini. Salah satunya terpantau di pasar Tanjungsari, harga beras medium dari Rp11.000 per kilogram menjadi Rp15.000. Sementara beras premium dari semula Rp14.000 menjadi Rp17.000.

Keluh-kesah Pedagang di Pasar Bandung

Kenaikan sejumlah komoditas juga terjadi di Kota Bandung. Kondisi itu mulai dikeluhkan para pedagang yang ada di pasar.

Seperti yang dirasakan Nani, pedagang di Pasar Kosambi, Kota Bandung. Dia menyebut banyak warga yang batal belanja di lapaknya, gegara adanya lonjakan harga sejumlah komoditas.

"Yang beli teh jadi pada mundur pas dikasih tau harganya naik jadi weh nggak pada beli, atuh gimana da dari sananya udah mahal," kata Nani.

Dia mengaku pusing akibat lonjakan harga tersebut. Apalagi jelang menghadapi bulan suci Ramadan.

"Pusing pokoknya mah semua serba naik. Harga gula naik, harga kopi juga naik, Mau jual kerupuk naik juga harga aci soalnya naik, mau gantiin nasi berasnya mahal ke singkong juga harganya naik. Modal makin gede pendapatan makin kecil," ucapnya.

(mso/mso)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads