Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Jawa Barat kini semakin berkembang. Menurut penelitian dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), terdapat kenaikan transaksi belanja UMKM di kota Bandung meningkat sebanyak 2,5 kali lipat.
"Hasil riset INDEF terjadi kenaikan transaksi terutama di kota Bandung. Memang tidak begitu besar angkanya dibandingkan Surabaya dan Semarang, tapi ini karena memang kota Bandung sudah punya angka yang besar terhadap transaksi ke produk lokal atau UMKM," jelas Nur Komaria Peneliti INDEF dalam acara Inisiatif Hyperlocal: Kontribusi Tokopedia untuk Geliat UMKM Nasional di Bandung, Selasa (28/3/2023) petang.
Dalam acara itu ia memaparkan data bahwa kenaikan transaksi ini disebabkan oleh gencarnya geliat hyperlocal. Hyperlocal merupakan strategi pemasaran yang berfokus pada minat daerah yang ditargetkan. Rupanya geliat hyperlocal mampu membuahkan hasil yang baik bagi UMKM terutama di kota Bandung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dampak hyperlocal di Indonesia cukup baik. Jumlah UMKM yang sangat besar di hyperlocal mampu membantu peningkatan 2.5 kali lipat. Sementara pertumbuhan ekonomi tanpa memperhatikan hyperlocal juga mengalami peningkatan namun hanya 1.26 kali," jelas Nur.
Ada empat daerah yang memiliki transaksi tertinggi di Kota Bandung tahun 2022, yakni Coblong, Lengkong, Sukasari, dan Sukajadi.
Selain itu, riset Tokopedia dan INDEF juga menunjukkan bahwa, jika membandingkan data 2017-2019 dengan 2020-2021, Bandung termasuk kota yang mengalami peningkatan indeks jumlah penjual yakni sebesar 65%.
Lima daerah di Bandung dengan UMKM paling banyak yakni di Bandung Kulon, Sumur Bandung, Bandung Kidul, Bojongloa Kidul, dan Bandung Wetan.
"UMKM punya kontribusi lebih dari 8 Triliun Produk Domestik Bruto (PDB) bagi Indonesia. Hyperlocal ini jadi gerakan yang mampu menghubungkan akses pasar supaya lebih luas, harga transparan, dan tersedia dimanapun berada," ujar Kepala Departemen Corporate Affairs Tokopedia, Ekhel Chandra Wijaya.
Ekhel menjelaskan bahwa menurutnya peran e-Commerce atau pasar online yakni mampu menjadi panggung bagi UMKM, membangun kepercayaan, serta mendekatkan dengan inovasi dan teknologi.
"Jadi geliat hyperlocal dipermudah dengan kehadiran toko online salah satunya pemilihan logistik. Kalau ada yang jual makanan dengan masa kadaluarsa yang singkat bisa gunakan logistik yang cepat dan memudahkan pembeli," papar Ekhel.
Namun, potensi besar ini diakui oleh Nur sebagai 'PR' yang juga besar bagi UMKM.
"Nah PR UMKM banyak, tapi juga perlu mengetahui gimana cara untuk membuat usaha jadi level up. Potensi memperluas pasar, caranya untuk melakukan campaign, gimana cara supaya dapat peluang yang sama dengan UMKM Jakarta. Inisiatif hyperlocalnya harus gencar," jelas Nur.
Saat ini, kota Bandung mulai menyasar fokus digitalisasi pasar untuk mengoptimalkan strategi hyperlocalnya. Ada dua pasar yang sudah memiliki toko E-Commerce untuk memasarkan produk yakni Pasar Baru Cicalengka dan Pasar Cihapit.
"Pengelola pasar disana yang mengelola toko online, kemudian melakukan pendampingan terkait foto produk, packaging, dan pengirimannya. Jadi siapapun yang butuh barang dari pasar, bisa terfasilitasi dengan belanja di rumah," tutup Ekhel.
(aau/tey)