Likuiditas Adalah: Rasio, Risiko, dan Manfaatnya

Likuiditas Adalah: Rasio, Risiko, dan Manfaatnya

Debora Danisa Kurniasih Perdana Sitanggang - detikJabar
Senin, 15 Agu 2022 12:17 WIB
Ilustrasi likuiditas perusahaan.
Foto: Josh Appel/Unsplash

Likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban atau utang jangka pendek yang dimilikinya. Kemampuan tersebut dilihat dari nilai aset yang dimiliki perusahaan, apakah dapat dicairkan menjadi kas atau uang tunai dalam waktu singkat.

Tidak semua aset yang dimiliki perusahaan bersifat likuid. Dalam artikel ini, kita akan mempelajari tentang likuiditas secara lengkap, mulai dari pengertian, risiko likuiditas, manfaat, hingga contoh penerapannya.

Pengertian Likuiditas

Likuiditas adalah suatu istilah yang dipakai untuk menunjukkan persediaan uang tunai dan aset lain yang mudah dijadikan uang tunai, mengutip STAIN Kudus. Likuiditas perusahaan didefinisikan sebagai kemampuan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan operasional harian internal perusahaan, sedangkan likuiditas usaha merupakan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban finansial yang bersifat segera.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara itu, menurut OJK, likuiditas adalah kemampuan untuk memenuhi seluruh kewajiban yang harus dilunasi segera dalam waktu singkat.

Suatu perusahaan perbankan disebut likuid apabila bank tersebut memiliki uang tunai dan aset likuid lain yang cukup, serta mampu meningkatkan jumlah dana dengan cepat melalui sumber lain, untuk memenuhi kewajiban pembayaran dan komitmen keuangan tepat waktu.

ADVERTISEMENT

Manfaat dan Peran Likuiditas

Likuiditas berperan penting dalam kelangsungan operasional perusahaan. Berikut manfaat dan peran likuiditas, dilansir situs Hashmicro.

1. Mempermudah Kegiatan Bisnis Harian

Likuiditas bermanfaat sebagai sarana yang layak untuk melakukan kegiatan bisnis harian.

2. Sebagai Antisipasi Kebutuhan Mendesak

Perusahaan kerap memiliki kebutuhan mendesak dan mendadak yang tidak masuk dalam perencanaan awal. Likuiditas berperan memenuhi kebutuhan mendesak tersebut.

3. Mempermudah Pinjaman dan Penarikan oleh Nasabah

Untuk perusahaan di bidang keuangan seperti bank, likuiditas berperan mempermudah nasabah yang ingin melakukan penarikan atau pinjaman. Kemudahan tersebut dapat mengoptimalkan pengelolaan bisnis.

4. Sebagai Acuan Fleksibilitas Perusahaan

Perusahaan membutuhkan likuiditas sebagai acuan fleksibilitasnya demi memperoleh persetujuan investasi atau kegiatan lain yang menguntungkan perusahaan.

5. Untuk Menghitung Kemampuan Pembayaran Perusahaan

Likuiditas juga bermanfaat sebagai alat ukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek.

6. Sebagai Tolok Ukur Perbaikan Kinerja

Likuiditas dapat menjadi alat yang mendorong perbaikan kinerja pada perusahaan.

7. Untuk Mengecek Efisiensi Modal Kerja

Likuiditas memudahkan manajemen perusahaan untuk mengecek efisiensi modal kerja mereka.

8. Membantu Menganalisis Posisi Keuangan Jangka Pendek

Dengan likuiditas, perusahaan dapat menganalisis dan menginterpretasikan posisi keuangan mereka dalam jangka pendek.

Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan kapabilitas perusahaan dalam menutupi kewajiban jangka pendeknya (Hery, 2016: 149). Rasio likuiditas juga dikenal sebagai rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat kapabilitas perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka pendek yang akan jatuh tempo.

Mengutip Hery (2016) dalam situs dspace.uii.ac.id, rasio likuiditas dibagi menjadi 3 jenis. Yakni rasio lancar, rasio sangat lancar, dan rasio kas.

1. Rasio Lancar (Current Ratio)

Rasio lancar digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendek dengan menggunakan total aset lancar yang ada. Penghitungannya adalah rasio lancar sama dengan aset lancar dibagi kewajiban lancar.

2. Rasio Sangat Lancar (Quick Ratio atau Acid Test Ratio)

Rasio sangat lancar mencakup skala likuiditas perusahaan yang lebih teliti, di mana persediaan biaya dikeluarkan dari total aktiva lancar dan hanya menyisakan aktiva lancar yang likuid saja. Rasio sangat lancar dihitung dengan penjumlahan kas, surat berharga, dan piutang dibagi kewajiban lancar.

3. Rasio Kas (Cash Ratio)

Rasio kas merupakan perbandingan dari kas di perusahaan dan bank dengan total hutang lancar. Rasio kas dihitung dengan penjumlahan kas dan setara kas, kemudian dibagi dengan kewajiban lancar.

Komponen Likuiditas

Dilansir situs Hashmicro, likuiditas bisa memiliki 3 komponen.

1. Kepadatan

Merupakan jarak atau celah yang dapat menjelaskan jarak harga suatu produk, antara harga normal dan harga yang disetujui.

2. Kedalaman

Merupakan komponen yang menggambarkan volume barang yang dijual atau dibeli pada tingkat harga tertentu.

3. Resiliensi

Merupakan komponen yang menggambarkan tingkat perubahan harga menuju harga yang dinilai efisien setelah deviasi atau volatilitas harga.

Risiko Likuiditas

Dalam likuiditas terdapat risiko berupa ketidakmampuan untuk melikuidasi secara tepat waktu dengan harga yang wajar, mengutip Muranaga dan Ohsawa (2002) dalam makalah ilmiah oleh A. Khoirul Anam.

Sementara itu, menurut Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 11/25/2009, risiko likuiditas adalah risiko yang muncul akibat ketidakmampuan bank memenuhi kewajiban yang telah jatuh tempo dan pendanaan arus kas atau aset yang likuid tanpa mengganggu aktivitas bank sehari-hari.

Bank dianggap menghadapi risiko likuiditas bila mereka tidak melikuidiasi aset yang dimiliki dengan harga wajar. Harga aset bisa jadi sangat murah dan tidak sebanding dengan kebutuhan perusahaan. Hal tersebut akan menimbulkan kerugian dan penurunan pendapatan bagi bank.

Risiko likuiditas dibagi menjadi dua jenis, yakni risiko likuiditas pendanaan dan risiko likuiditas pasar. Berikut ulasannya mengutip Investopedia.

1. Risiko Likuiditas Pendanaan

Risiko likuiditas pendanaan atau risiko arus kas adalah risiko yang muncul ketika bendahara perusahaan menanyakan apakah perusahaan dapat mendanai kewajibannya. Indikator risiko likuiditas pendanaan yakni rasio lancar atau rasio cepat. Mitigasi klasiknya berupa batas kredit.

2. Risiko Likuiditas Pasar

Risiko likuiditas pasar atau aset adalah kemungkinan aset tidak likuid. Nilai aset tersebut sebenarnya tinggi, tetapi tidak mudah digunakan untuk mendapatkan tunai karena kondisi pasar yang memburuk. Misalnya aset properti yang sulit dijual karena kondisi pasar buruk, sehingga perusahaan harus menurunkan nilai jualnya.

Contoh Aset Likuid dan Penerapan Rasio Likuiditas

Aset dianggap likuid jika mudah dicairkan dalam bentuk uang tunai atau kas dan dalam waktu singkat daripada aset lain. Dilansir situs Universitas Telkom, berikut adalah contoh aset likuid.

  1. Uang tunai (kas), karena uang tunai adalah alat tukar resmi dan setiap orang membutuhkan uang tunai.
  2. Aset pasar uang (sertifikat bank Indonesia, surat berharga pasar uang, dsb.)
  3. Saham yang rutin diperdagangkan dan masuk daftar indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia (BEI).
  4. Reksadana, karena siapa pun bisa dengan cepat dan mudah melakukan jual-beli reksadana.
  5. Exchange-traded funds (ETF) atau reksadana yang diperdagangkan di bursa efek.

Sementara itu, aset yang tidak likuid adalah aset yang membutuhkan waktu lama untuk dicairkan dalam bentuk uang tunai. Antara lain bangunan rumah, tanah, apartemen, karya seni rupa, dan barang koleksi.

Penerapan

Berikut contoh penerapan rasio likuiditas mengutip situs accurate.id:

K&K Kuat dan Kokoh telah menerima pasokan dan bahan bangunan dari vendor dengan harapan dibayar penuh setelah K&K merampungkan proyek klien. Karena periode fiskal akan segera berakhir dan perusahaan hampir menyelesaikan empat proyek, mereka perlu memastikan bahwa K&K memiliki cukup uang untuk membayar kembali pinjaman yang diberikan vendor untuk material.

Mereka tahu bahwa K&K tidak memiliki cukup pendapatan untuk membayar kembali vendor mereka, jadi mereka memutuskan untuk melikuidasi beberapa aset menjadi uang tunai. K&K menggunakan rasio cepat untuk menghitung apakah mereka dapat membayar kembali vendor mereka atau tidak.

K&K mengidentifikasi bahwa mereka memiliki Rp 500 juta dalam kewajiban lancar. K&K juga memiliki Rp 100 juta tunai, Rp 100 juta dalam surat berharga, dan Rp 300 juta dalam piutang. Mereka menggunakan persamaan rasio cepat untuk memasukkan aset dan kewajiban lancar perusahaan, maka:

Kas + surat berharga + piutang/liabilitas lancar

= 100.000.000 + 100.000.000 + 300.000.000/500.000.000

= 500.000.000 / 500.000.000

Dengan menggunakan persamaan rasio cepat, K&K dapat menentukan bahwa aset lancar mereka cukup untuk dilikuidasi menjadi uang tunai untuk menyamai dan melunasi kewajiban lancar mereka.

Demikian penjelasan lengkap mengenai likuiditas, mulai dari pengertian, risiko, contoh aset likuid, hingga penerapan penghitungan rasio likuiditas. Semoga bermanfaat untuk kegiatan usaha Anda, detikers!




(des/fds)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads